Categories
Uncategorized

DOA BUKAN SEKEDAR PERMINTAAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 7:7-11

.

.

.

.

Marthin Luther berkata bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Saat kita memiliki perspektif bahwa doa adalah sebuah permintaan, kita akan cenderung berdoa saat merasa butuh. Namun kita akan melihat doa dari perspektif yang lain berdasarkan ajaran Yesus dalam Matius 7:7-11. Ada 3 hal yang perlu kita renungkan dari bacaan kita saat ini.

  1. . . Kata “Mintalah”, “Carilah”, “Ketoklah” memiliki bentuk kata Present Imperatif yang berarti suatu perintah yang dilakukan secara terus menerus. Kita diajarkan untuk berdoa bukan hanya saat butuh tetapi setiap saat.
    .
    . . Hal lain yang bisa kita pelajari dari perintah ini adalah Allah sangat menyukai saat kita berdoa padaNya. Seorang anak bisa saja membuat kesal ayahnya saat meminta sesuatu secara terus menerus. Tetapi Allah kita berbeda. Allah justru sangat menyukai saat kita terus berseru padaNya. Karena itu marilah kita terus berdoa karena :
    a. Itu artinya kita sangat bergantung pada Tuhan
    b. Tuhan sangat menyukai saat kita terus berseru padaNya..
    ..
    .
  2. . . Ayat 8 merupakan penegasan bahwa Tuhan memperhatikan setiap doa kita. Abineno menjelaskan bahwa ketiga Passivum dalam ayat ini yakni menerima, mendapatkan, dan dibukakan pintu adalah futurm passive yang menyatakan sesuatu yang pasti terjadi.
    Future berbicara tentang masa depan. Karena itu kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan setiap doa kita di masa yang akan datang. Allah tidak mempermainkan doa kita.
    .
    .
  3. Jawaban Tuhan.
    .
    . . Pertama-tama Yesus memberikan sebuah gambaran tentang sikap seorang ayah dalam menanggapi permintaan seorang anak. Kita akan masuk ke kehidupan orang Yahudi saat itu:
    1. Tidak mungkin memberikan batu jika anaknya meminta roti. Batu kapur yang ada dipantai banyak yang mirip roti (William Barclay). Batu yang bundar mirip roti bundar (Abineno).
    2. Tidak mungkin memberikan ular jika meminta ikan. Ular yang dimaksud lebih kepada belut karena memang belut dilarang untuk dimakan.
    3. Tidak mungkin memberikan kalajengking jika meminta telur (Luk. 11:12). Di Palestina, Kalajengking besar warnanya mirip telur.
    .
    .

    . . Terlepas dari 3 penjelasan berdasarkan konteks situasi saat itu di Israel, Yesus ingin menyampaikan bahwa bapa yang jahat pun tidak akan memberikan pemberian yang menyakiti anaknya.
    .
    .

    . . Kata “jahat” dalam ayat 11 tersebut berasal dari kata poneros yang berarti serakah, mengingat diri sendiri (egois). Jadi, seorang ayah yang serakah dan egois ini pun tahu bagaimana memberi yang baik pada anaknya apalagi Bapa kita. Yesus memberikan penjelasan bahwa jawaban Tuhan adalah “yang baik” bukan yang mereka minta. Kalau Injil Lukas menjelaskan bahwa Allah memberikan Roh Kudus (Luk. 11:13). Untuk bisa memahami kaitan antara Roh Kudus dalam Lukas 11:13 dan “Yang Baik” dalm Matius 7:11, kita melihat sebuah synonymous parallelism pada Yesaya 44:3b dimana di sana dijelaskan bahwa Roh Tuhan = Berkat Tuhan. Itu sebabnya kita juga bisa memahami dalam injil Matius dan Lukas Tersebut bahwa Roh Kudus = Yang Baik = Berkat Tuhan.
    .
    .

    . . Apa arti “yang baik” di ayat ini?
    .
    . . Injil Lukas menggabungkan khotbah Yesus ini dengan “Doa Bapa Kami” sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa frasa “yang baik” yang dimaksud oleh Yesus adalah segala sesuatu yang ada dalam “Doa Bapa Kami”. Mengingat Allah adalah satu-satunya pribadi yang baik (band. Matius 19:16-17), maka kita bisa memahami bahwa “yang baik” yang dimaksud adalah segala sesuatu yang baik menurut kehendak Allah, bukan menurut kehendak kita.
    .
    .

    Tentu ini menjadi sukacita besar bagi kita karena:
    1. Allah kita adalah Allah yang baik dan kita memanggilNya Bapa.
    2. Bapa kita lebih mengerti apa yang kita butuhkan dibandingkan diri kita sendiri.
    .
    .

    . . Maka kita bersyukur Tuhan menjawab doa kita berdasarkan kehendakNya bukan berdasarkan keinginan kita karena itu bisa menjerumuskan kita sendiri.
    .
    .

    . . Orang Yunani memiliki cerita dimana dewa mereka senang menjawab doa-doa para penyembahnya tetapi jawabannya selalu mengandung duri. Misalnya Aurora (dewi fajar) yang jatuh cinta pada manusia biasa bernama Tithonus meminta agar Tithonus diberi hidup kekal tetapi lupa meminta awet muda. Dewa Zeus mengabulkan untuk hidup kekal. Tetapi Tithonus tidak awet muda. Kekal tetapi tua. Itulah Dewa Zeus yang suka mempermainkan para pemohonnya sehingga jawaban doa malah jadi seperti beban dan kutukan.
    .
    .

    . . Allah kita tidak akan mempermainkan kita dengan doa kita. Dari cerita Yunani tersebut kita bisa melihat bahaya jika Tuhan mengikuti semua yang kita katakan. Karena kita sering tidak tahu apa yang kita butuhkan
    .
    .

Allah kita adalah Bapa yang sangat mengasihi kita. Dia ingin kita bergaul erat denganNya. Dia ingin kita selalu bergantung padaNya. Dia memperhatikan setiap doa-doa kita. Dia begitu bersukacita saat kita berseru padaNya. Dalam kasihNya Ia juga tidak ingin kita terjebak dalam keegoisan untuk mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Atau terjebak dalam keserakahan bahwa Tuhan harus memberikan semua permohonan kita. Atau kebinasaan kekal karena permohonan kita justru membuat kita semakin jauh dariNya. Karena itu Dia memberikan “yang baik” yaitu yang sesuai dengan kehendakNya bagi kita sehingga kita menikmati hubungan yang indah dalam pergaulan kita bersama dengan Tuhan.

Karena itu doa bukan sekedar permintaan tetapi hubungan yang indah dan yang sempurna berdasarkan kasih antara yang tidak sempurna dan yang sempurna antara pribadi yang terbatas dan yang tidak terbatas.

Teruslah berdoa dalam hidup kita secara pribadi, keluarga, dan persekutan saudara seiman. Tuhan memberkati kita. Amin.