Jalan Pulang

a-sailing-ship-firing-its-cannon-detail-from-a-map-of-the-pacific-china-and-america-1599-abraham-ortelius

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Ayub 19 : 25-26

.

.

.

.

. . . . Sebuah ilustrasi menggambarkan tentang bagaimana 3 orang pelaut berlayar di tengah lautan luas, dengan bermodalkan sebuah peta. Mereka berlayar mengikuti arah peta tersebut, hingga sampailah mereka di sebuah pulau kecil yang merupakan tempat harta karun berada. Ketika kapal tiba di tepi pantai, tanpa berpikir panjang ketiga pelaut ini langsung berlari mencari tempat harta karun tersebut. Mereka bahkan tidak memikirkan tentang apa yang terjadi pada peta yang mereka genggam tadinya. Peta tersebut terlempar begitu saja hingga hanyut terbawa arus ombak.

.

.

. . . . Ketika 3 pelaut ini kembali ke kapal dengan membawa harta karun tersebut, mereka baru menyadari bahwa mereka telah kehilangan hal yang paling penting, yaitu peta yang mengarahkan jalan pulang mereka ke tempat asalnya. Mereka sadar betapa pentingnya sebuah peta, meski tidak terlihat berharga bahkan hanya sebuah benda mati. Hingga sampai akirnya, pelaut itu pun tidak pernah bisa kembali dan mati di pulau harta karun tersebut.

.

.

. . . . Belajar dari kisah ini, kita dapat meliat bahwa terkadang kita merasa diri bahwa kita mampu memahami semuanya, mampu menghadapi semua dengan kekuatan kita, bahkan menyia-nyiakan waktu kita untuk hal yang sementara di dunia. Kita tidak pernah berpikir, apakah hal tersebut membawa kita pada ‘Jalan Pulang’ yang Tuhan inginkan atau tidak. Bahkan lebih buruk daripada itu, kita seringkali berpikir dan mengambil langkah hidup sesuai apa yang kita inginkan, tanpa kita menyadari bahwa ujungnya pasti akan ke maut.

.

.

. . . . Jika kita kembali melihat juga dalam kisah hidup salah satu tokoh Alkitab, yaitu Ayub maka kita bisa mengerti tentang pentingnya untuk memastikan serta memantapkan ‘Jalan Pulang’ kita kepada kehidupan kekal yang Tuhan sediakan. Kisah hidup Ayub menggambarkan bagaiman kehidupan yang semula penuh dengan kecukupan serta memiliki harta benda sangat banyak, dan anak-anak yang dikasihi. Namun, hanya dalam sekejap saja semua hal tersebut hilang dan meninggalkan duka bagi seorang Ayub. Bukan hanya itu, Ayub pun juga mengalami derita yang secara manusia sangat memalukan, dimana tubuhnnya dipenuhi dengan borok dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bahkan Istrinya sendiri pun juga menyuruhnya untuk mengutuki Allah. Akan tetapi, Ayub tidak melakukan hal tersebut, melainkan dia tahu bahwa Penebusnya hidup dan tidak akan tinggal diam. Ini memberikan kita pesan bahwa Ayub tahu ‘Jalan Pulang’ bagi dirinya, yaitu bertemu dengan Allah.

.

.

. . . . Lalu, pertanyaan bagi kita ialah bagaimana cara agar kita tahu ‘Jalan Pulang’ kita, apakah sudah sesuai dengan Jalan yang telah Allah tetapkan, atau tidak? Karena itu, 2 hal inilah yang harus kita lakukan:

.

  1. . . Memberikan Kedaulatan Hidup Sepenuhnya Kepada Allah (ay. 25)
    . .
    . .Ayub menyadari bahwa Penebusnya hidup, dan bangkit di atas debu. Hal ini menggambarkan bagaimana Ayub meletakkan pengharapan sepenuhnya kepada Allah, serta memberikan kedaulatan hidupnya kepada Allah. sehingga, dalam berbagai dukacita serta penderitaan yang ia alami saat itu, ia tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Dan Ia juga menyadari bahwa akirnya nanti Allah akan menyelematkannya. Inilah hal penting yang harus kita lakukan sebagai orang percaya. Memberikan kedaulatan hidup sepenuhnya memang tidak mudah, namun percayalah bahwa ketika Allah yang berdaulat atas hidup kita maka hidup kita akan berjalan mengikuti proses-Nya, yang akan berujung pada ‘Jalan Pulang’ ke kehidupan kekal.
    . .
    . .
  2. . .Mengutamakan Allah Dalam Segalanya (ay. 26)
    . .
    . .
    . .Ayub tetap mengandalkan Allah, bahkan meskipun tubuhnya dipenuhi dengan borok namun ia tetap akan memandang kepada Allah saja. Hal selanjutnya yang perlu kita lakukan sebagai orang percaya ialah mengutamakan Allah di atas segalanya. Mengutamakan berarti apapun kondisi dan situasi bahkan fisik kita saat ini, kita tetap percaya dan memandang sepenuhnya kepada Allah dan janji-janjiNya. Kita juga tidak melepaskan perintah-perintah yang telah Allah berikan untuk kita lakukan dalam kehidupan ini. Sehingga, kita dapat mengerti bahwa ‘Jalan Pulang’ kita yang sesungguhnya adalah ketika kita dapat memandang Allah senantiasa.

.

.

. . . . Kesimpulannya, marilah kita mulai saat ini meletakkan dasar pengharapan kita sepenuhnya kepada Allah, sang Penebus idup kita. Dan tetaplah memandang kepada Allah senantiasa dalam segala situasi. Tuhan Yesus Menyertai.

.

.

Our way back home is when we can see God in every situation in ourlife –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

33 replies on “Jalan Pulang”

Comments are closed.

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th. . .Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35 . . Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai

Read More »