Kategori
Uncategorized

MAKNA HIDUP

Dibuat Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Pengkhotbah 11:9-10; 12:1-6

.

.

.

.

Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” Pengkhotbah 12:1

.

.

.

.

Makna hidup adalah suatu motivasi, tujuan bahkan harapan yang ada dalam diri setiap orang, untuk membuat hidupnya lebih bahagia lebih berarti tentunya. Makna hidup setiap manusia tentunya berbeda-beda, karena makna hidup bersifat personal dan bahkan bisa berubah-ubah dengan situasi dan kondisi yang di alami masing-masing orang.

.

.

Makna hidup orang percaya adalah mengingat akan Sang Penciptanya, (ayat nats). Dengan mengingat akan Sang Pencipta dan bisa hidup sesuai dengan kehendak-Nya, maka hidup kita akan bahagia dan tentunya lebih berarti. Kitab Pengkhotbah di tulis oleh Salomo pada tahun-tahun akhir hidupnya. Salomo yang mengalami kemorosotan rohani mulai menyadari bahwa kebahagiaan yang didapatkannya dengan cara kesenangan materialisme adalah suatu hal yang sia-sia. Salomo yang sudah mengalami kekayaan, ketenaran, kehormatan, kuasa dan semuanya ada secara melimpah, membuatnya jatuh dalam dosa. Salomo lupa akan siapa Penciptanya.

.

.

Kegagalan Salomo tentunya menjadi pelajaran penting bagi kita orang percaya saat ini. Janganlah kita melakukan kesalahan yang sama, seperti yang dilakukan oleh Salomo. Janganlah hidup kita hanya berfokus pada harta benda duniawi dan ambisi pribadi. Tetapi hendaklah kita bisa memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup ini, untuk mengabdi kepada-Nya serta membulatkan tekad untuk takut kepada-Nya dengan melakukan segala perintah-Nya.

.

.

Ada tiga poin penting yang perlu kita terapkan dalam hidup kita :

.

.

  • Bersukaria (Ayat 9)

Dalam hal ini Tuhan menginginkan setiap umat-Nya bisa bersukaria dalam menjalani kehidupannya. Hendaklah sukaria tersebut membawa dampak yang baik bagi orang-orang yang ada di sekitar kita, agar nama Tuhan di permuliakan. Jangan pernah bersukaria atas kesusahan orang lain, tetapi biarlah sukaria kita dapat menolong dan membantu orang lain.

.

.

  • Membuang Segala Kesedihan (Ayat 10a)

Orang yang sudah percaya tentunya tidak berlarut-larut dalam kesedihan, sebab orang yang benar-benar percaya tentunya yakin kalau Tuhan mampu mengganti tangisnya menjadi tawa. Hendaklah kita jangan berlarut-larut dalam kesedihan, karena kesedihan hanya bisa membuat kita semakin down. Tetapi biarlah kita mempercayakan seluruh kehidupan kita dalam tangan Tuhan.

.

.

  • Menjauhkan Penderitaan (Ayat 10b)

Penderitaan yang di maksud disini ialah hal-hal yang kita lakukan sendiri dan hal tersebut membuat diri kita menderita. Misalnya, merokok, mabuk dan lain-lain. Hal-hal tersebut tentunya perlu kita jauhkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Hendaklah kita dapat menjaga tubuh kita, sebab tubuh kita adalah bait Allah.

“MENGABDIKAN DIRI KEPADA TUHAN, DENGAN TAKUT AKAN DIA DAN MELAKUKAN PERINTAH-PERINTAH-NYA ADALAH SATU-SATUNYA JALAN BAGI KITA MENEMUKAN MAKNA HIDUP INI”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

HIKMAT YANG BENAR

Ditulis Oleh : Sdri Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Firman : 1 KORINTUS 2:6-16

.

.

.

.

“Kita tidak menerima Roh dunia, tetapi Roh yang berasal dari Allah, supaya Kita Tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada Kita” 1 Kor. 2:12

.

.

.

.

Ungkapan “hikmat” dalam bahasa Yunani adalah Sophia yang diterjemahkan dalam bahasa inggris yaitu “wisdom” dengan demikian ungkapan hikmat yang dimaksudkan adalah sifat spiritual atau rohani.

Hikmat yang dibicarakan Paulus dalam 1 Korintus 2:6-16 adalah hikmat Allah tentang berita salib. Paulus menghendaki setiap orang Kristen tidak didasarkan pada hikmat manusia, tetapi pada hikmat Allah. Sebab hari-hari ini manusia cenderung untuk mengandalkan pengetahuan, pengalaman Dan logika berpikirnya dibandingkan dengan mengandalkan Tuhan. Hikmat yang benar adalah pengetahuan intelektual yang berasal dari Tuhan yang tidak terbatas. Jika demikian, hikmat dunia adalah hikmat yang berasal dari penguasa-penguasa dunia dengan segala pemikiran manusia (ayt. 6-7) yang disebut juga hikmat yang tidak benar (palsu) yang bersifat sementara sedangkan hikmat yang benar bersifat kekal.

Melalui Kebenaran Firman Tuhan dalam 1 Kor. 2:6-16 ada tiga sumber hikmat yang benar yaitu:

.

.

.

.v

  • Allah Bapa (ayt. 6-9)

Dalam Ayat 7 “Tetapi yang kami beritakan adalah hikmat Allah yang tersembunyi Dan rahasia” kata sembunyi dalam bahasa Yunani “Apokropto” merujuk pada hal-hal yang tersembunyi kemudian dapat dinyatakan (Matius 11:27;16:17).

.

.

  • Roh Kudus (ayt. 10-13)

Roh Kudus menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Jadi Roh Kudus adalah sumber hikmat yang benar karena Roh Kudus adalah Roh Allah yang benar.

  • Pikiran Kristus (ayt. 14-16)

Mengapa Kita harus memiliki pikiran Kristus dari pada pikiran duniawi untuk memperoleh hikmat yang benar ? Memiliki pikiran Kristus berarti pikiran Yesus Kristus. Bertindak Dan perilaku seperti yang ada dalam Firman Tuhan.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

KEMATIAN KRISTUS YANG MENGUBAHKAN

Ditulis Oleh : Pdt. Joni S.Th.

 

Pembacaan Alkitab : Lukas 23 :44-49

.

.

Dalam rangka menyongsong Paskah, dimana setiap orang Kristen memperingati hari kematian Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia. Kematian yang menjadi kunci akan kehidupan yang baru didalam Kristus. Kisah kematian Kristus yang diwarnai dengan berbagai fenomena dan sangat sakral. Dimana dikisahkan dalam lukas 23 ayat 44-49 ini, bahwa saat menjelang kematian Kristus matahari tidak bersinar dan kegelapan menutupi seluruh bumi kurang lebih 3 jam. Kegelapan yang sangat mengerikan yang mengambarkan kehidupan manusia didalam Dosa, dimana Kristus harus mati digantung diatas kayu salib agar manusia yang hidup dalam kegelapan itu dapat diselamatkan dan memperoleh kehidupan didalam terang Kristus. Tirai bait suci yang menjadi lambang pemisah dimana manusiaberdosa tidak dapat berhubungan dengan Allah yang kudus,kini tirai ituterbelah menjadi dua sebagai bukti bahwamelalui kematian Kristus kini manusia diperdamaikan dengan Allah dan dapat berjumpa kembali dengan Allah didalam kekudusanNya.

Betapa suci dan kudusnya manusia harus hidup dihadapan Allah, sebab Allah yang kudus itu tidak dapat bersatu dengan manusia yang berdosa atau tidak kudus. Hanya melalui kematian Kristuslah semua itu menjadi berubah. Kematian Kristus yang mengubahkan dinyatakan dalam tiga hal berikut ini:

  1. Mengubahkan hubungan manusia dengan Allah
    Sebelum kematian Kristus diatas kayu salib, hubungan saya dan sudara dengan Allah terputus. Dimana gambar Allah yang ada didalam diri kita menjadi rusak, kita hidup didalam dosa, hidup dalam kegelapan bahkan sangat jauh dari cara hidup yang Allah inginkan yaitu memuliakan namaNya. Hati manusia menjadi jahat,penuh dengan akal busuk, bertindak seturut dengan keinginan sendiri didalam daging.
    Namun kini Kristus telah mengubahkan itu semua melaluikematianNya, sehingga kitayang percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan dan juruselamat,kini hubungan kita dengan Allah dipulihkan, kita yang dulu jauh dengan Allah kini menjadi dekat, kita yang dulu hidup berdasarkan keinginan daging kita, kini dituntut hidup seturut dengan kehendak Allah. Kita memperoleh damai sejahtera, sukacita dan kasih yang penuh pengharapan didalam Kristus Yesus. zzz
  2. Mengubahkan hati manusia untuk percaya dan memuliakan Allah
    Ketika manusia hidupdalam dosa, hati manusia menjadi gelap dan penuh dengan keinginan jahat. Kepala pasukan yang menyalibkan Yesus,kini melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Yesus mati diatas kayu salib. Hal ini menjadi pengalaman spiritual bagi dirinya dimana itu membuat pola pikirnya menjadi berubah, ia yang memimpin penyaliban Kristus kini dapat melihat keselamatan dari Kristus, sehingga ia menjazzz

Melalui ketiga hal ini, sudahkah kematian Kristus mengubahkan kehidupan kita? Adakah hubungan kita dengan Allah menjadi baik saat ini? Sudahkan hati kita menjadi percaya dengan sungguh-sungguh dan memulian Allah? Dan sudahkan kita menyesali segala perbuatan dosa kita dihadapan Allah?

Karena itu dalam menyongsong hari paskah ini, marilah kita membangun hubungan kita dengan Allah agar semakin dekat lagi, sehingga hati, pikiran dan tindakan serta seluruh kehidupan kita diberikan hanya untuk memuliakan Allah. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

TEMA : PCR “Pray Created a Restoration”

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembaaan Alkitab : Yakobus 5 : 16

.

.

.

.

Dalam renungan kali ini, kita akan diperhadapkan lebih dahulu pada 3 pertanyaan yang sejatinya hanya kita yang mengetahui jawabannya.

  1. Pernahkah kita menyakiti atau disakiti?
  2. Pernahkah atau sudahkah kita berdoa bagi mereka yang menyakiti atau kita sakiti?
  3. Pernahkah kita mengalami pemulihan karena doa?

Melalui ketiga pertanyaan diatas kita dapat memahami bagaimana kehidupan doa kita sebagai orang percaya. Seringkali kita tidak menyadari bahwa doa memiliki sangat banyak makna di dalamnya. Doa bukan hanya sekedar komunikasi kita kepada Tuhan, tetapi justru dalam dan melalui doa itu kita bisa mengalami pemulihan. Akan tetapi, doa yang bagaimana yang bisa membawa kita kepada pemulihan?

Dalam Yakobus 5:16, kita tidak hanya dijanjikan tentang bagaimana besarnya kuasa dari doa orang yang percaya. Dalam ayat ini kita juga dapat belajar bagaimana dan apa yang harus kita lakukan, sehingga doa yang kita naikkan dapat sungguh-sungguh memiliki kuasa sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

.

.

  • Mengaku Dosa

Mengaku dosa bukan hanya sekedar kita mengakuinya kepada Tuhan saja. Karena sejatinya, Tuhan sudah lebih mengetahui setiap dosa kita bahkan sebelum kita mengakuinya. Akan tetapi, melalui ayat ini kita dituntun agar kita dapat mengakui dosa kita kepada setiap orang yang telah kita sakiti atau bahkan menyakiti kita. Bagi banyak orang, hal ini adalah hal tersulit yang bisa dilakukan, Mengapa? Karena kita terlalu malu untuk menyatakan bahwa kita bersalah atau melakukan kesalahan. Dan melalui ayat ini, kita diingatkan kembali untuk mampu mengakui dosa kita, karena keterbukaan merupakan awal dari sebuah pemulihan.

.

.

  • Saling Mendoakan

Ketika kita mampu mengakui setiap kesalahan dan dosa kita kepada sesama maupun Tuhan, maka kita baru dapat menuju tahap selanjutnya, yaitu saling mendoakan. Dengan saling mendoakan kita bisa saling menopang satu dengan yang lain melalui roh kita. Oleh sebab itu, ketika permasalahan bahkan akar pahit kita kepada sesama telah hilang, maka kita akan dapat berdoa dengan hati yang tenang dan penuh sukacita.

.

.

  • Sembuh/Pulih

Kesembuhan yang dikatakan di dalam Yakobus 5:16 bukan hanya berbicara tentang kesembuhan secara jasmani saja, terlebih lagi kesembuan yang dialami ialah kesembuhan secara rohani. Dimana kondisi hati kita kembali pulih dari segala keterikatan, kekecewaan, dan akar pahit atau amarah, sehingga roh kita dapat dengan mudah menyampaikan setiap keinginan dan permohonan kita kepada Allah. Tidak ada lagi pembatas yang bisa menghalangi doa kita kepada Tuhan.

Melalui ketiga tahap di atas, barulah kita dapat benar-benar merasakan bagaimana kuasa doa yang sesungguhnya ketika kita berdoa bagi orang lain. Dengan bagitu, doa kita tidak lagi terhalang dan Roh Kudus akan dengan mudah menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan. Oleh sebab itu, mulailah dari diri sendiri untuk berani berkata apabila kita salah, sehingga kehidupan ini akan berjalan seturut dengan kehendak Tuhan. Dan melalui kesemuanya itu, Doa akan dapat selalu membawa kepada pemulihan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus Menyertai.

A day without prayer is a day without blessing, and a life without prayer is a life without power

– (Edwin Harvey)

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MENJAGA KETETAPAN HATI

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 40:5

.

.

.

.

“ Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! ”

.

.

.

.

Seorang anak kecil adalah mereka yang begitu polos, luguh dan tidak dapat menetapkan hati ketika diberi kesempatan memilih sesuatu. Jika ditawarkan antara ice cream atau mainan, pasti akan memilih ice cream terlebih dahulu dan setelah habis di makan, maka akan kembali merengek meminta mainan. Mereka tidak mengerti apa itu memilih, mereka tidak paham bahwa ketika sudah memilih yang satu maka yang lain sudah tidak boleh diminta lagi. Hal ini terjadi, karena anak kecil belum memiliki pengetahuan yang cukup memadai seperti orang dewasa karena masih dalam tahap bertumbuh dan berkembang.

.

.

Sebaliknya, orang dewasa sudah memiliki banyak pengetahuan; baik itu menilai sesuatu hal yang benar atau yang salah, memutuskan untuk beretika yang baik atau buruk dan bahkan dalam hal memilih pasangan hidup serta memilih Sang Juruselamat dalam hidup. Sebagai orang dewasa tentunya sudah memiliki kematangan untuk memahami banyak hal, terkhusus persoalan hati dan perasaan. Pada dasarnya hati dan perasaan erat kaitannya dengan emosional jiwa (mungkin itu, perasaan sedih, menangis, bahagia, membenci atau mencintai) yang selalu di ekspresikan oleh orang-orang dewasa untuk mengungkapkan perasaanya.

.

.

Tentu orang dewasa ketika memilih siapa Tuhannya dan siapa yang akan dipercaya dalam dunia ini terasa sulit, karena banyak hal-hal manis yang ditawarkan oleh dunia ini yang membuat kita kesulitan menemukan pilihan yang benar ataupun yang salah. Dalam iman kekristenan, melalui kematian Yesus Kristus sebagai Juruselamat, telah menganugerahkan kita kehidupan yang baru dan telah memilih kita sebagai pengikut Kristus melalui karya Roh Kudus. Dengan ini, maka kita beroleh kepercayaan dan iman yang benar kepada Tuhan yang benar. Orang yang percaya kepada Yesus sebagai jaminan kehidupan kita, pasti akan bersukacita karena ada pengharapan yang baru untuk kehidupan yang baru di dalam dunia yang baru. Iman percaya kita kepada Tuhan dapat saja goyah ketika lingkungan dunia ini menghanyutkan kita dalam suasana pura-pura bahagia atau kebahagiaan yang penuh kepalsuan; yang hanya merupakan kebahagiaan semu seperti kemewahan yang memungkin kita jatuh dalam dosa kesombongan dan narsistik, dll. Oleh karena itu, kita orang percaya yang sudah memperoleh kasih karunia perlu menjaga ketetapan hati yang berpusat pada Tuhan sebagai sumber hidup dan bahagia.

.

.

Ada 3 hal yang bisa kita aplikasikan supaya mampu menjaga ketetapan hati kepada TUHAN:

.

.

  • Menaruh percaya kepada Tuhan. Menaruh percaya kepada Tuhan, tidak hanya sebatas percaya; namun meletakkan hati dan perasaan yang tertuju kepada Tuhan. Suatu wujud menaruh percaya kepada Tuhan yakni, kita wajib memberikan perhatian bahkan datang bertanya kepada Tuhan atas setiap keputusan atau tindakan yang akan kita lakukan. Dengan ini, kepercaaan kita kepada Tuhan akan kokoh sehingga hati kita tetap terjaga untuk-Nya.
  • Tidak berpaling kepada orang-orang angkuh. Tidak dipungkiri benih-benih keangkuhan ada dalam diri setiap orang. Karenanya, setiap orang yang sudah percaya membutuhkan kekuatan dan usaha yang kuat untuk menjaga keinginan hati serta pergaulannya. Keinginan hati untuk memuaskan matrealistis akan membawa kita untuk bergaul dengan orang-orang angkuh. Oleh sebab itu, kita perlu membangun kehidupan yang sederhana supaya dapat tetap menjaga hati dan iman kita tertuju pada Allah kita yang hidup.
  • Membentengi diri atas kebohongan. Benteng ialah suatu bangunan kuat dalam kemiliteran. Demikian halnya untuk menjaga ketetapan hati, membutuhkan suatu bangunan yang kokoh supaya tidak goyah dan tetap kuat. Keinginan daging manusia begitu lemah terlebih dalam hal-hal kebohongan. Banyak orang beranggapan bahwa jikalau bohong putih atau bohong untuk kebaikan boleh. Untuk menjawab persoalan ini akan membuat kita dilema. Akan tetapi yang perlu ditanamkan dalam diri bahwa, kompromi terhadap dosa dalam jenis apapun dibenci Tuhan, kendatipun dalam hal kebohongan demi kebaikan. Karena itu, kita sebagai orang yang mengasihi Tuhan, perlu membentengi diri dari kebohongan dengan cara membangun karakter yang selalu jujur dan tidak mampu untuk berbohong.

    .

    .

Saudara-saudara, melalui hal yang sudah disampaikan di atas tentang topik menjaga ketetapan hati; marilah kita teguh menaruh percaya kita kepada Tuhan, tidak berpaling kepada orang-orang angkuh dan membentengi diri dari segala jenis kebohongan. Dalam kehidupan sehari-hari pun, melalui renungan ini, dihimbau bagi kita untuk dapat menjaga ketetapan hati atau kesetiaan terhadap pasangan hidup, terhadap keluarga bahkan terhadap pekerjaan yang sedang ditekuni.

SEGALA KEMULIAAN BAGI TUHAN YANG HIDUP
YANG TAK TERBATAS DAN TAK TERLAMPAUI KUASA-NYA YANG MULIA DAN PENUH KASIH KARUNIA
AMIN.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

TUHAN TURUT MERASAKAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab  itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:15-16)

.

.

.

.

Menjelang kematian Yesus yang semakin dekat, salah satu yang menjadi alasan mengapa Yesus datang untuk mati adalah agar menjadi imam yang dapat merasakan semua kelemahan kita dan sekaligus menolong kita. Kita pasti mengalami banyak pencobaan dan kesulitan dalam iman kita kepada Kristus.

.

.

Sebagai Imam Besar, Kristus menjadi perantara kita dengan Allah. Sebagai manusia, Kristus mengalami semua pencobaan yang dialami oleh manusia. Perbedaannya adalah kita jatuh sedangkan Kristus tidak. Kristus tidak jatuh bukan berarti pencobaannya tidak seberat yang kita alami. John Piper (Teolog dan pendeta) menyatakan bahwa orang-orang bijak telah menunjukkan bahwa pencobaan yang diterima Yesus lebih kuat daripada yang kita alami. Beliau melanjutkan bahwa jika seseorang menyerah terhadap suatu pencobaan, pencobaan itu tidak akan sampai pada serangannya yang terkuat. Dari sini kita melihat bahwa Yesus mengalami pencobaan sepenuhnya dan dahsyat tetapi tetap menang.

.

.

Kristus sudah mengalami pencobaan yang dahsyat karena itu Tuhan sangat memahami penderitaan. Bahkan di Kis. 9:5 dijelaskan bahwa penganiyaan yang dialami oleh orang-orang Kristen adalah penganiayaan yang dirasakan oleh Kristus. Tuhan bukan hanya sekedar mengerti apa yang kita rasakan tetapi Tuhan merasakan juga apa yang kita rasakan.

.

.

Dalam 2 Kor. 12:7-10 Saat rasul Paulus juga mengalami duri dalam daging dimana dia berseru 3 kali agar Tuhan melepaskannya dari duri tersebut. Namun Tuhan menjawab bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Menyikapi jawaban Tuhan, Paulus bermegah dalam kelemahannya. Bagaimana dengan sikap kita? Jangan terlalu meratapi kelemahan kita karena justru dalam kelemahan kita dan keterbatasan kita, kita mampu merasakan kuasa Tuhan yang sempurna dalam hidup kita. Seperti rasul Paulus yang akhirnya menaruh dirinya pada kuasa Allah dan rela di dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan, kita pun rela dalam segala cobaan kita dan seluruh penderitaan kita karena disaat kita lemah, disitulah kita kuat.

.

.

Puncak penderitaan Kristus adalah saat Yesus di tangkap, disiksa, dan disalibkan. Namun sikap Yesus menjadi teladan penting bagi kita dalam menghadapi pencobaan. Yaitu menyerahkan segala perkara kepada Allah dan tidak membalas dendam (1 Petrus 2:22-23). Ini adalah kemenangan dari pencobaan.

.

.

Penderitaan seperti apa yang kita alami? Kristus sudah mengalaminya. Ditolak oleh keluarga? Yesus dianggap gila oleh keluarga. Dikhianati sahabat? Yesuspun dikhianati teman. Dikhianati orang yang kita tolong? 5000 orang yang diberi makan oleh Yesus ikut berteriak “salibkan Dia”. Ditinggalkan oleh sahabat-sahabatNya saat mengalami penderitaan. Dipermalukan? Diludahi? Ditelanjangi di depan umum? Yesus sudah mengalami semuanya? Dia bahkan mengalami yang lebih dari yang kita alami. Karena itu Yesus sangat memahami apa yang kita rasakan dan turut merasakan apa yang kita rasakan.

 

Jika demikian, apa yang yang harus kita lakukan saat kita merasa tidak berdaya menghadapi pencobaan yang kita alami?

.

  1. Tetap bertahan dalam iman kita (ay. 14).
    Tujuan pencobaan yang dikerjakan oleh Iblis adalah menghancurkan iman kita. Karena itu mari kita tetap bertahan dalam iman kita. Yesus yang merasakan penderitaan kita memberikan kita kemampuan dalam menghadapi pencobaan kita (1 Kor. 10:13)

    .

  2. Menghampiri takhta kasih karunia Allah (ay. 16)
    Kita tahu bahwa dalam Perjanjian Lama kita tidak bisa langsung meminta pertolongan kepada Tuhan. Sekarang, dlam Yesus Kristus sebagai Imam Besar kita, kita mendapatkan keberanian untuk datang pada Allah dalam doa melalui Yesus Kristus. Melalui doa kita akan menemukan kasih karunia atau belaskasihan Allah dalam cobaan yang kita alami. Frasa terakhir dalam ayat 16 adalah “untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. Doa berdoa, kita mendapat belas kasihan dan pertolongan pada waktu yang tepat. Kita percaya waktu yang tepat dan terbaik adalah waktu Tuhan.

    .

    .

Karena itu mari saat kita mengalami pencobaan, mari kita tetap setia dan menyerahkan semuanya pada Tuhan melalui doa. Kita akan mendapat belas kasihan dan pertolongan dari Tuhan diwaktu yang tepat dan terbaik. Janganpernah meragukan Tuhan dan merasa bahwa pertolongan Tuhan terlalu lambat sehingga kita mencari jalan pintas. Tetap percaya bahwa Tuhan merasakan akan yang kita rasakan. Dia sangat memahami kita dan tahu bagaimana memberikan yang terbaik buat kita. Biarlah melalui cobaan yang kita alami, nama Tuhan dipuji dan dimuliakan. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

PESAN TERAKHIR

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Filipi 4:2-9

.

.

.

.

“Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan” (Filipi 4:3)

.

.

.

.

Ketika seorang mahasiswa magang menyelesaikan masa prakteknya, tentunya ia akan di berikan kesempatan untuk menyampaikan kesan pesannya, tentang pengalamannya selama praktek, baik it secara tertulis maupun secara lisan.. Dalam kesan pesan tersebut, tentunya ia mengucapkan terimakasih dan juga memberikan pesan terakhirnya. Pesan terakhir yang dimaksud ialah pesan yang bisa mengandung nasihat atau harapan kedepannya. Misalnya, mahasiswa tersebut berharap tempat magangnya bisa berdampak baik bagi masyarakat sekitar di tahun yang akan mendatang.

.

.

Pada bagian firman Tuhan yang kita renungkan hari ini, rasul Paulus memberikan sebuah pesan terakhir kepada jemaat-jemaat yang ada di Filipi berupa nasihat, (ayat nats). Sekalipun rasul Paulus dalam penjara, Paulus tetap berterimakasih kepada jemaat-jemaat di Filipi atas pemberian mereka dalam membantu pekerjaan Allah. Selain berterimakasih, rasul Paulus juga menuliskan surat yang berisikan nasihat. Nasihat tersebut bertujuan untuk mendorong jemaat-jemaat di Filipi, supaya mereka senantiasa lebih semangat lagi mengenal Tuhan dalam persatuan, persekutuan, kerendahan hati dan damai sejahtera.

.

.

Pesan terakhir berupa nasihat yang disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Filipi, tentunya berlaku juga bagi kita orang percaya saat ini. Keadaan dunia yang semakin memburuk, dimana kasus covid-19 yang belum bisa terselesaikan sampai saat ini, bahkan munculnya ajaran-ajaran sesat dalam gereja, tentunya akan menggoyahkan iman kita dalam Kristus Tuhan, jika kita tidak benar-benar beriman kepada-Nya.

.

.

Ada tiga pesan terakhir yang dituliskan oleh rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Filipi yang tentunya dapat kita terapkan juga dalam kehidupan kita orang percaya saat ini, dalam menyatakan iman kita kepada Kristus.

.

.

  1. .Bersukacitalah Senantiasa (Ayat 4)


    Mengapa kita harus bersukacita? Jawabannya, karena pada dasarnya semua orang percaya telah mendapat kekuatan yang dari Pada Tuhan. Tuhan telah membebaskan kita dari belenggu dosa yang membawa maut. Pengorbanan Yesus di atas kayu salib merupakan kasih karunia Tuhan yang begitu besar bagi manusia. Janji keselamatan yang Tuhan berikan kepada orang percaya merupakan suatu hal yang akan dan pasti terjadi di masa yang akan datang (kedatangan Tuhan kedua kali di dunia), dan hal tersebut perlu kita syukuri dan hendaklah kita bersukacita atas pengorbanan Tuhan tersebut.

    .

    .

  2. .Jangan Kuatir (Ayat 6)


    Kuatir bukanlah sebuah hal yang salah. Yang salah ketika kita kuatir berlebihan dan melakukan segala bentuk kejahatan dalam mendapatkan sesuatu yang kita kuatirkan tersebut. Orang percaya seharusnya tidak perlu kuatir akan hidupnya. Burung saja di udara Tuhan pelihara, apalagi kita orang percaya yang diciptakan-Nya segambar dan serupa Dia. Cukup dalam doa dan permohonan ucapan syukur, segala kebutuhan dan keperluan kita akan Tuhan berikan. Sudahkan kita berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh?

    .

    .

  3. .Setia Melakukan Firman Tuhan (Ayat 9)


    Dalam Filipi 2:12-18, rasul Paulus mengajarkan jemaat-jemaat di Filipi bahwa mereka harus mengerjakan keselamatan mereka. Demikianlah juga orang percaya saat ini, tidak cukup hanya percaya lewat pengakuan saja untuk di selamatkan, tetapi orang percaya harus bisa setia dalam melakukan Firman Tuhan dalam hidupnya.

    .

    .

Perlu untuk kita ketahui bahwa melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita bukanlah sebuah usaha untuk memperoleh keselamatan. Tetapi, hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan dalam iman kepada Kristus.

“PESAN TERAKHIR : BERSUKACITALAH SENANTIASA, JANGAN KUATIR DAN SETIALAH DALAM MELAKUKAN FIRMAN TUHAN”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

BERHARGA DIMATA TUHAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Korintus 1:18-25

.

.

.

.

Dunia memiliki berbagai standard penilaian seberapa berharganya seseorang dimata orang lain. Sering kali kekayaan, kepintaran bahkan kedudukan, di jadikan standard seseorang menjadi berharga. Sehingga ketika ada orang yang tidak memenuhi standard-standard tersebut Maka akan dipandang lemah Dan di pandang bodoh. Namun sebagai orang percaya memiliki hidup yang sangat berharga dimata Tuhan meskipun mungkin dimata dunia tidak memenuhi standard-standard seseorang yang dianggap berharga. Orang percaya sangat berharga dimata Tuhan bukan tanpa alasan namun karena :

.

.

  1. .Percaya pada Injil Keselamatan (18-20)


    Rasul Paulus menulisakan bahwa yang kita percaya sebagai orang yang takut akan Tuhan yaitu pemberitaan tentang salib, adalah sesuatu kebodohan bagi mereka yang tidak percaya. Ini adalah poin pertama yang menjadikan kita sangat berharga dimata Tuhan, karena Kita tidak sama dengan mereka yang tidak percaya.

    .

    .

  2. .Menjadi saksi bagi orang lain tentang Kristus (21-23)


    Hikmat dunia tidaklah mengenal Allah, namun kita yang percaya dipakai oleh Tuhan menjadi saksi tentang Kristus. Kita diperlengkapi dengan hikmat yang dari Tuhan, sehingga setiap oang percaya mampu memberitakan tentang Kristus kepada orang lain.

    .

    .

  3. .Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kekuatan (24-25)


    Dalam mengenal akan Kristus Dan karya Keselamatan yang kita percaya, Kita tidak akan mampu pahami, bahkan tidak mampu Kita mengerti jika Tuhan tidak memberi kekuatan kepada setiap orang percaya. Tuhan menjadikan Kita yang dipandang bodoh menjadi berhikmat, yang di anggap lemah dijadikanNya kuat karena Kita sangat berharga dimata-Nya.

    .

    .

Untuk itu marilah Kita tetap percaya, dan menjadi saksi dalam mengabarkan Injil Keselamatan bagi banyak orang. Namun di dalam semuanya itu, Tuhan yang menjadi kekuatan bagi Kita sebagai orang percaya. Tuhan Yesus memberkati Amin

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MENANG ATAS GODAAN

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 4:1-13

.

.

.

.

Kehidupan orang Kristen tidak pernah terlepas dari godaan, karena iblis dan pengikutnya selalu ingin menghalangi jalan orang percaya dengan segala cara membujuk orang Kristen agar menjauh dari sikap patuh dan beriman pada Kristus. Tidak seorangpun lepas dari serangan Setan dan tidak seorangpun sepenuhnya berhasil mempertahankan diri atasnya (1 Yohanes 1: 8,10), tetapi kita bisa menang dari godaan iblis.

.

.

Dalam perjalanan hidup-Nya di dunia, Tuhan Yesus pun pernah digoda oleh iblis pada saat Tuhan Yesus berpuasa untuk memulai setiap pelayanan dan pekerjaan-Nya di dunia. Iblis dengan kecerdikannya mencari celah untuk bisa menyerang Tuhan Yesus. Ada tiga bagian yang iblis serang ketika menggoda Tuhan Yesus, yaitu: Pertama menyerang kelemahan Tuhan Yesus yang pada saat itu sedang lapar karna berpuasa selama 40 hari dengan meminta Tuhan Yesus mengubah batu menjadi roti (ayat 2-3). Kedua, menawarkan kekuasaan dan kejayaan dengan memperlihatkan seluruh kerajaan di dunia dan akan menyerahkannya kepada Tuhan Yesus jika Tuhan Yesus mau menyembah si iblis (ayat 5-7). Ketiga, iblis menguji keilahian Tuhan Yesus (jika dalam kehidupan kita, mungkin iblis akan menguji iman dan kerohanian kita) dengan membawa Tuhan Yesus ke bumbungan bait Allah (ayat 9-11).

Dari ketiga godaan yang iblis berikan kepada Tuhan Yesus adalah godaan yang sering sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Iblis sering menyerang titik terlemah kita, menawarkan kekuasaan dan kejayaan dengan menghalalkan berbagai cara, bahkan iblis seirng kali menguji sejauh mana kehidupan rohani dan iman kita kepada Tuhan Yesus. Tidak semua orang bisa mertahan bahkan menang menghadapi godaan ini. Jika demikian, bagaimana cara kita untuk menang dari godaan?

.

.

  1. .Jadikan Firman Tuhan sebagai standar hidup


    Jika kita perhatikan, Tuhan Yesus selalu memakai kutipan Firman Tuhan untuk melawan setiap godaan iblis, ini menunjukan bahwa Firman Tuhan memiliki kekuatan untuk kita bisa bisa menang melawan iblis. Menjadikan Firman Tuhan menjadi standar hidup bukan hanya rajin membaca dan merenungkan nya, tetapi bagaimana kita menghidupi firman itu dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam mazmur 1:2 dengan jelas dikatakan bahwa “tetapi yang suka melakukan perintah Tuhan dan merenungkannya siang malam”(BIMK). Artinya kita hanya menjadi pembaca dan penghafal firman Tuhan, tetapi yang terpenting adalah melakukan firman itu sendiri.

    .

    .

  2. .Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan


    Salah satu cara agar kita menang dari godaan adalah dengan hidup dekat kepada Tuhan. Hidup mendekatkan diri kepada Tuhan berarti hidup yang menyukakan hati Tuhan, hidup bergaul dengan Tuhan. Pemazmur mengatakan kita harus seperti pohon yang ditaman ditepi aliran air (mazmur 1:3), ketika kita hidup dekat dengan sumber kehidupan, maka kita tidak lagi membutuhkan yang lain, karna yang kita butuhkan akan kita terima pada waktunya ( matius 6:25-33)

    .

    .

Dari dua poin ini kita dapat belajar bahwa godaan iblis bisa kita kalahkan jika kita menjadikan firman Tuhan sebagai standar hidup dan dekat dengan Tuhan. Godaan iblis memang terlihat enak, tetapi ingat jika tawaran itu berujung pada penyangakalan kepada Tuhan dan akan menjauhkan kita dari iman kepada Tuhan, berarti itu tawaran dari iblis dan pasti berujung malapetaka bagi kita. Tetap perlengkapi diri dengan firman Tuhan dan terus hidup dekat dengan Tuhan, maka Tuhanlah yang akan berperang bersama kita untuk mengalahkan setiap godaan iblis. Tuhan selalu menyertai kita semua. Amin…

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Asli atau Palsu?

Ditulis Oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Hosea 5:15-6:6

.

.

.

.

Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada korban bakaran.” – Hosea 6:6

.

.

.

.

Pernahkah kita merasa dikhianati? Atau merasa mendapatkan apa yang tidak sebanding dengan yang kita telah berikan kepada orang lain? Mungkin dalam hubungan pertemanan atau rekan kerja sering terjadi bahwa apa yang sudah kita lakukan untuk pribadi atau kelompok tersebut tidak direspon seimbang dengan yang kita telah berikan. Jika hal ini terjadi, apa yang biasanya kita rasakan dalam hubungan dengan orang atau kelompok tersebut? kecewa? sedih? marah? Mungkin ada beragam emosi dan perasaan yang dirasakan masing-masing orang jika berada dalam posisi dikhianati dan dikecewakan. Yang pastinya, relasi yang sebelumnya dibina akan terasa palsu jika terjadi pengkhianatan. Jika kita mengetahui rasanya dikhianati dan dikecewakan, akankah kita mau melakukannya kepada orang lain? Bagaimana jika secara disadari atau tidak kita juga telah berkhianat?

.

.

Kitab Hosea dimulai dengan penggambaran Israel melalui keluarga Hosea. Hubungan Hosea dengan istrinya yang sundal mengilustrasikan hubungan Allah dengan Israel yang tidak setia. Hubungan Israel dengan Allah mengalami jatuh bangun, hal ini bukan hanya kita temukan dalam Kitab Hosea, tetapi dari Kitab Keluaran kita sudah dapat melihat bagaimana Israel mengkhianati Allah yang menyelamatkan mereka dengan patung anak lembu emas buatan manusia (Kel. 32:4). Jika membaca Alkitab Perjanjian Lama kita akan menemukan daftar kisah jatuh bangun Israel, di mana Israel jatuh dalam ketidaksetiaan, dihukum Allah, kemudian Israel berbalik kepada Allah, dan dipulihkan Allah, kemudian jatuh lagi dan begitu seterusnya. Hosea 5:15-6:6 diberi judul oleh LAI “Pertobatan yang pura-pura dari pihak Israel”, Alkitab sendiri menyaksikan bagaimana pertobatan yang “sesaat” sering terjadi. Kasih Allah yang tulus dan setia sering dikhianati oleh ketidaksetiaan dan dosa manusia.

.

.

Hosea 6:6 menuliskan dua hal yang dirindukan Allah dalam hubungan manusia dengan Allah, yaitu:

.

  1. Kasih setia

    .

    Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan…” Nabi Hosea menuliskan bahwa Allah menyukai kasih setia, Allah ingin manusia mengasihi Allah dengan setia. Korban sembelihan adalah persembahan yang biasa dibawa ke bait Allah sebagai ucapan syukur atau dipersembahkan pada hari-hari tertentu dalam hari raya Israel. Korban sembelihan yang dibawa ke Bait Allah merupakan bukti yang tampak dalam menaati ketentuan ibadah Israel. Namun, lebih dari itu, Allah menghendaki sesuatu yang sungguh-sungguh yang berasal dari dalam hati, yaitu kasih setia. Allah tidak menghendaki umat-Nya hanya datang membawa persembahan tetapi berlaku tidak setia kepada-Nya. Persembahan yang dibawa tidak akan berarti apa-apa jika Israel tidak membina hubungan yang intim dengan Allah.
    Begitu juga dengan kehidupan kita sekarang, mungkin tanpa kita sadari kita sering menjadi seperti Israel, tidak setia kepada Allah. Mungkin kita tidak membuat patung anak lembu emas seperti Israel (Kel.32:4), tetapi ada ilah-ilah lain yang menggantikan posisi Allah sebagai prioritas dalam hidup kita. Hendaknya kita berhati-hati dengan berhala-berhala abad-21: gadget, ambisi, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Semua ini akan menjadi “ilah”, ketika kita salah tempatkan di posisi yang harusnya dimiliki Allah dalam hati dan kehidupan kita.  Persembahan yang kita bawa ke gereja hanya akan menjadi sebuah rutinitas dan formalitas jika tidak dilandaskan dengan sikap hati yang benar. Sebab Allah ingin apa yang kita lakukan di “luar” merupakan bukti kasih setia kita kepada Allah yang berasal dari “dalam” hati, dan bukan aksi yang palsu. Allah menghendaki kita untuk mengasihi Allah dengan setia, sehingga kehidupan kita dapat menjadi persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.

    .

    .

  2. Pengenalan akan Allah

    .

    “…dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” Hal kedua yang disebutkan menyukakan hati Allah dalam Hosea 6:6 adalah pengenalan akan Allah. Korban bakaran merupakan sesuatu yang dipersembahkan sebagai pendamaian untuk dosa (Im.9:7), dan sangat berkenan bagi Allah (Kej. 8:21; Im. 1:9,13,17), tetapi Allah merindukan sesuatu yang lebih dari itu. Allah menghendaki umat untuk mengenal-Nya dengan benar. Korban-korban bakaran dipersembahkan sebagai pendamaian dosa setelah manusia melakukan dosa, tetapi pengenalan akan Allah yang benar akan membuat manusia mampu menghindari dosa. Dalam konteks  Hosea, Allah ingin Israel mengenal dengan benar Allah yang menyelamatkan dan memelihara mereka, sehingga Israel tidak lagi hidup dalam dosa dan pelanggaran terhadap perintah-Nya. Dalam kehidupan kita saat ini Allah juga menghendaki pengenalan kita yang benar kepada-Nya. Mengenal Allah berarti mengetahui apa yang dikehendaki Allah dan yang tidak. Alkitab mencatat segala hal yang dapat menjadi sumber kita untuk mengenal Allah dan mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Salah satu bukti dari pertobatan adalah keinginan untuk mengenal Allah dengan benar, supaya dapat hidup seturut dengan kehendak-Nya.

    .

    .

Jika kita mencermati dari kedua hal yang tertulis dalam Hosea 6:6 ini, kita dapat melihat bahwa Allah menghendaki RELASI lebih dari RITUAL. Relasi merupakan hal yang sangat penting bagi Allah, hal ini ditunjukkan oleh Allah sendiri: Relasi Allah dan manusia yang dirusak oleh manusia di taman Eden, dipulihkan oleh Allah di kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah korban pendamaian bagi hubungan Allah dan manusia yang rusak oleh karena dosa. Anugerah ini merupakan bukti begitu besarnya kasih Allah (Yoh.3:16) dan begitu pentingnya hubungan Allah dengan manusia, sehingga Allah tidak menghendaki manusia untuk binasa dan terpisah dari-Nya.

.

.

 Sekarang tinggal bagaimana kita meresponi anugerah ini dengan pertobatan yang benar, karena terus hidup dalam dosa merupakan sebuah pengkhianatan akan kasih Allah yang begitu besar. Mengikuti ritual agamawi tidak menjadi jaminan seseorang memiliki relasi yang benar dengan Allah. Orang yang sungguh-sungguh bertobat akan memiliki hidup baru yang dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga ketika jatuh ke dalam dosa ada penyesalan dan pengakuan serta permohonan akan pengampunan Tuhan dan usaha untuk menghindari dosa yang sama. Tetapi orang yang pertobatannya pura-pura tidak akan terusik oleh dosa yang dilakukan, dan terus “bermain” dalam kehidupannya yang lama. Yang perlu kita ingat adalah upah dosa bukanlah hal yang main-main dan sepele, harga yang dibayar oleh darah Yesus menandakan bahwa dosa adalah hal yang sangat serius. Yang manakah pertobatan kita? Hanya kita sendiri dan Allah lah yang mengetahuinya, sebab manusia lain hanya dapat melihat yang tampak diluar, tetapi Allah melihat hati. Di waktu hidup yang singkat ini, akankah kita gunakan untuk membangun relasi dan intimasi dengan Allah, atau untuk mengkhianati kasih Allah? Kita yang pilih. Tuhan Yesus Memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email