Ditulis oleh: Sdri. Ria Marissabell
.
.
.
.
Pembacaan Alkitab: Kejadian 6:9-22
.
.
.
.
“Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.” – Kejadian 6:22
.
.
.
.
.
Payung umumnya digunakan untuk melindungi diri dari hujan, namun tidak jarang dan tidak heran sekarang kita melihat orang juga menggunakan payung untuk melindungi diri dari sengatan terik matahari. Kita tidak akan melihat orang tersebut sebagai orang ‘bodoh’ ketika ia menggunakan payung di tengah hari yang panas, mungkin orang tersebut akan dinilai bijak karena dapat menggunakan payung itu dengan efektif. Tetapi bagaimana jika kita melihat orang membangun bahtera di tengah musim panas dan di tengah area yang jauh dari permukaan air laut? Apa yang akan kita pikirkan? Apakah kita akan memikirkan hal yang sama dengan yang kita pikirkan ketika melihat orang yang menggunakan payung di tengah terik matahari tadi?
.
.
Kala itu tidak ada tanda-tanda apapun yang menunjukkan datangnya hujan, tetapi Allah memberikan Nuh suatu perintah yang mengejutkan. Allah tidak memerintahkan Nuh untuk membuat payung sebanyak jumlah orang yang ada di rumahnya, tetapi Allah memerintahkan Nuh membuat bahtera besar. Terdengar sebagai suatu hal yang tidak masuk akal pada masanya, dan itu pulalah yang dipikirkan oleh orang-orang yang hidup di zaman Nuh. Orang-orang ini mungkin mengejek Nuh selama ia membangun bahtera, keluarga Nuh juga mungkin dikucilkan karena hal yang mereka anggap “aneh” tersebut. Tetapi Nuh memilih untuk tetap taat kepada apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Karena Nuh tau orang yang mengolok-oloknya adalah orang-orang yang tuli akan suara Tuhan. Sebab perintah Tuhan adalah suatu kebodohan bagi orang yang akan binasa (band. 1 Kor. 1:18). Apa yang dapat kita pelajari dari ketaatan Nuh di tengah situasi yang “tidak masuk akal”?
.
.
-
.Iman
Allah memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera (ay. 14) karena Allah akan memusnahkan seluruh bumi dan isinya sebab bumi telah rusak dengan segala kejahatan dan kekerasan (Kej. 6:11,13,17), tetapi Allah juga memiliki rencana penyelamatan terhadap Nuh dan keluarganya (ay. 18) sebab ia adalah orang yang tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah (ay. 9). Mungkin jika Nuh menggunakan akal nya untuk mengukur dan memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir besar di tempat yang jauh dari permukaan laut dan kemungkinan kecil terjadinya hujan besar, Nuh akan menolak melakukan perintah Tuhan karena “tidak masuk akal”. Namun, Nuh tidak menganggap pengetahuannya lebih besar dari kehendak Allah. Pergaulannya dengan Allah membuahkan iman yang teguh terhadap perintah-Nya. Nuh memilih untuk percaya sepenuhnya kepada rencana Tuhan dan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
.
Mungkin sering kali dalam hidup kita, Allah menaruh sesuatu dalam hati kita untuk dilakukan. Dari hal yang paling sederhana seperti memberikan senyum kepada orang yang kita temui atau mengambil sampah yang tergeletak di lantai, sampai kepada hal-hal yang terkadang terasa tidak masuk akal. Misalnya mengambil keputusan besar yang juga beresiko besar. Terkadang, karena keraguan kita untuk melakukannya, kita akan memikirkan berbagai alasan yang lebih masuk akal, untuk menolak suatu tugas yang “tidak masuk akal” yang diberikan Tuhan. Singkatnya, kita sering tergoda untuk menggunakan akal kita untuk berargumentasi dengan perintah Tuhan. Tetapi dari respon Nuh terhadap perintah Tuhan, kita dapat belajar bahwa ketaatan tidak berdiri sendiri, tetapi didasari oleh iman atau kepercayaan yang penuh kepada Sang Pemberi tugas. Dan beriman kepada Tuhan juga berarti bahwa kita mengerti dan sadar bahwa rancangan-Nya melampaui kemampuan akal untuk berpikir
.
.
- Kerja Keras
.
Allah memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera yang besar, bukan bahtera yang hanya dapat memuat 8 orang saja, tetapi bahtera yang juga dapat memuat setiap pasang dari mahkluk ciptaan yang hidup di bumi (ay. 19). Dibutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang besar untuk membuat bahtera sebesar itu dengan peralatan yang konvensional dan jumlah pekerja yang sedikit. Mungkin Nuh dibantu oleh anak-anaknya, tetapi tetap tidak sebanding dengan besarnya bahtera yang Tuhan perintahkan untuk ia buat. Tetapi salah satu bukti dari ketaatan Nuh terhadap perintah Tuhan adalah kerja kerasnya dalam melakukan perintah tersebut. Tidak mudah, tapi tidak mustahil. Sebab ia beriman kepada Pemberi tugas, dan taat kepada tugas yang diberikan. Sehingga ia dapat menyelesaikan apa yang ia kerjakan sesuai dengan yang diperintahkan Allah kepadanya (ay. 22).
.
Begitu juga dengan kita, tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita, menuntut kerja keras kita sebagai respon dari ketaatan terhadap perintah-Nya. Baik tugas di tempat kerja, di gereja, di sekolah, di tempat umum, dimana pun Tuhan percayakan kita pada suatu tugas, Tuhan menghendaki kita meresponi nya dengan ketaatan yang ditunjukkan dengan kerja keras. Sulit? Ya. Bahkan hal sederhana seperti perintah untuk mengasihi dengan tersenyum kepada orang yang membenci kita, mungkin terkadang terasa sulit. Tetapi apakah hal-hal sulit ini mungkin dilakukan? Ya. Pekerjaan di kantor, tugas yang menumpuk, bahkan masalah rumah tangga yang rumit, semua nya menjadi mungkin terselesaikan ketika kerja keras kita didasari oleh iman kepada Tuhan dan dorongan untuk menaati perintah-Nya.
.
.
Bayangkan jika ketika Nuh membangun bahtera, ia berhenti di tengah jalan sebab orang-orang mengolok-oloknya atau ia mulai meragukan tujuan dari perintah Tuhan tersebut. Mungkin tidak ada yang selamat dari air bah, tidak ada manusia, tidak juga ada ciptaan lain. Tetapi sekarang, kita dapat melihat bahkan merasakan sendiri buah dari ketaatan Nuh terhadap perintah Tuhan. Peradaban manusia yang masih sampai tahun 2022 ini, adalah salah satu buah dari ketaatan Nuh untuk membangun bahtera saat itu. Ketaatan Nuh menjadi berkat bukan hanya untuk keluarganya, tetapi juga untuk begitu banyak orang yang hidup setelahnya. Mari kita renungkan, jika Tuhan memberikan perintah dalam hati kita untuk kita lakukan, apapun dan dimana pun, ada berapa banyak orang yang mungkin akan terberkati dengan kerja keras yang kita lakukan? Jangan biarkan perkataan orang lain atau bahkan keraguan kita sendiri untuk menghentikan kita “membangun bahtera” yang Tuhan perintahkan. Orang lain dapat berkata yang kita lakukan hanya “membuang-buang waktu dan energi”, “sia-sia”, “tidak masuk akal” dan lain sebagainya. Tetapi ketika kita percaya penuh bahwa perintah itu berasal dari Allah maka tidak ada “bahtera” yang dibangun sia-sia. Dan yang harus kita perhatikan dengan hati-hati adalah perlunya crosscheck keinginan di hati dengan perintah Tuhan. Apakah hal tersebut memang ditaruh Tuhan dalam hati kita sebagai perintah untuk kita lakukan? Atau kehendak kita sendiri? Jawabannya kita dapat kita temukan ketika kita bergaul dengan Allah, sebab dengan begitu kita mengetahui kehendak-Nya. Tuhan Yesus Memberkati! Shalom.