Asli atau Palsu?

ja;ldkfja

Ditulis Oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Hosea 5:15-6:6

.

.

.

.

Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah lebih dari pada korban bakaran.” – Hosea 6:6

.

.

.

.

Pernahkah kita merasa dikhianati? Atau merasa mendapatkan apa yang tidak sebanding dengan yang kita telah berikan kepada orang lain? Mungkin dalam hubungan pertemanan atau rekan kerja sering terjadi bahwa apa yang sudah kita lakukan untuk pribadi atau kelompok tersebut tidak direspon seimbang dengan yang kita telah berikan. Jika hal ini terjadi, apa yang biasanya kita rasakan dalam hubungan dengan orang atau kelompok tersebut? kecewa? sedih? marah? Mungkin ada beragam emosi dan perasaan yang dirasakan masing-masing orang jika berada dalam posisi dikhianati dan dikecewakan. Yang pastinya, relasi yang sebelumnya dibina akan terasa palsu jika terjadi pengkhianatan. Jika kita mengetahui rasanya dikhianati dan dikecewakan, akankah kita mau melakukannya kepada orang lain? Bagaimana jika secara disadari atau tidak kita juga telah berkhianat?

.

.

Kitab Hosea dimulai dengan penggambaran Israel melalui keluarga Hosea. Hubungan Hosea dengan istrinya yang sundal mengilustrasikan hubungan Allah dengan Israel yang tidak setia. Hubungan Israel dengan Allah mengalami jatuh bangun, hal ini bukan hanya kita temukan dalam Kitab Hosea, tetapi dari Kitab Keluaran kita sudah dapat melihat bagaimana Israel mengkhianati Allah yang menyelamatkan mereka dengan patung anak lembu emas buatan manusia (Kel. 32:4). Jika membaca Alkitab Perjanjian Lama kita akan menemukan daftar kisah jatuh bangun Israel, di mana Israel jatuh dalam ketidaksetiaan, dihukum Allah, kemudian Israel berbalik kepada Allah, dan dipulihkan Allah, kemudian jatuh lagi dan begitu seterusnya. Hosea 5:15-6:6 diberi judul oleh LAI “Pertobatan yang pura-pura dari pihak Israel”, Alkitab sendiri menyaksikan bagaimana pertobatan yang “sesaat” sering terjadi. Kasih Allah yang tulus dan setia sering dikhianati oleh ketidaksetiaan dan dosa manusia.

.

.

Hosea 6:6 menuliskan dua hal yang dirindukan Allah dalam hubungan manusia dengan Allah, yaitu:

.

  1. Kasih setia

    .

    Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan…” Nabi Hosea menuliskan bahwa Allah menyukai kasih setia, Allah ingin manusia mengasihi Allah dengan setia. Korban sembelihan adalah persembahan yang biasa dibawa ke bait Allah sebagai ucapan syukur atau dipersembahkan pada hari-hari tertentu dalam hari raya Israel. Korban sembelihan yang dibawa ke Bait Allah merupakan bukti yang tampak dalam menaati ketentuan ibadah Israel. Namun, lebih dari itu, Allah menghendaki sesuatu yang sungguh-sungguh yang berasal dari dalam hati, yaitu kasih setia. Allah tidak menghendaki umat-Nya hanya datang membawa persembahan tetapi berlaku tidak setia kepada-Nya. Persembahan yang dibawa tidak akan berarti apa-apa jika Israel tidak membina hubungan yang intim dengan Allah.
    Begitu juga dengan kehidupan kita sekarang, mungkin tanpa kita sadari kita sering menjadi seperti Israel, tidak setia kepada Allah. Mungkin kita tidak membuat patung anak lembu emas seperti Israel (Kel.32:4), tetapi ada ilah-ilah lain yang menggantikan posisi Allah sebagai prioritas dalam hidup kita. Hendaknya kita berhati-hati dengan berhala-berhala abad-21: gadget, ambisi, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Semua ini akan menjadi “ilah”, ketika kita salah tempatkan di posisi yang harusnya dimiliki Allah dalam hati dan kehidupan kita.  Persembahan yang kita bawa ke gereja hanya akan menjadi sebuah rutinitas dan formalitas jika tidak dilandaskan dengan sikap hati yang benar. Sebab Allah ingin apa yang kita lakukan di “luar” merupakan bukti kasih setia kita kepada Allah yang berasal dari “dalam” hati, dan bukan aksi yang palsu. Allah menghendaki kita untuk mengasihi Allah dengan setia, sehingga kehidupan kita dapat menjadi persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.

    .

    .

  2. Pengenalan akan Allah

    .

    “…dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.” Hal kedua yang disebutkan menyukakan hati Allah dalam Hosea 6:6 adalah pengenalan akan Allah. Korban bakaran merupakan sesuatu yang dipersembahkan sebagai pendamaian untuk dosa (Im.9:7), dan sangat berkenan bagi Allah (Kej. 8:21; Im. 1:9,13,17), tetapi Allah merindukan sesuatu yang lebih dari itu. Allah menghendaki umat untuk mengenal-Nya dengan benar. Korban-korban bakaran dipersembahkan sebagai pendamaian dosa setelah manusia melakukan dosa, tetapi pengenalan akan Allah yang benar akan membuat manusia mampu menghindari dosa. Dalam konteks  Hosea, Allah ingin Israel mengenal dengan benar Allah yang menyelamatkan dan memelihara mereka, sehingga Israel tidak lagi hidup dalam dosa dan pelanggaran terhadap perintah-Nya. Dalam kehidupan kita saat ini Allah juga menghendaki pengenalan kita yang benar kepada-Nya. Mengenal Allah berarti mengetahui apa yang dikehendaki Allah dan yang tidak. Alkitab mencatat segala hal yang dapat menjadi sumber kita untuk mengenal Allah dan mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Salah satu bukti dari pertobatan adalah keinginan untuk mengenal Allah dengan benar, supaya dapat hidup seturut dengan kehendak-Nya.

    .

    .

Jika kita mencermati dari kedua hal yang tertulis dalam Hosea 6:6 ini, kita dapat melihat bahwa Allah menghendaki RELASI lebih dari RITUAL. Relasi merupakan hal yang sangat penting bagi Allah, hal ini ditunjukkan oleh Allah sendiri: Relasi Allah dan manusia yang dirusak oleh manusia di taman Eden, dipulihkan oleh Allah di kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah korban pendamaian bagi hubungan Allah dan manusia yang rusak oleh karena dosa. Anugerah ini merupakan bukti begitu besarnya kasih Allah (Yoh.3:16) dan begitu pentingnya hubungan Allah dengan manusia, sehingga Allah tidak menghendaki manusia untuk binasa dan terpisah dari-Nya.

.

.

 Sekarang tinggal bagaimana kita meresponi anugerah ini dengan pertobatan yang benar, karena terus hidup dalam dosa merupakan sebuah pengkhianatan akan kasih Allah yang begitu besar. Mengikuti ritual agamawi tidak menjadi jaminan seseorang memiliki relasi yang benar dengan Allah. Orang yang sungguh-sungguh bertobat akan memiliki hidup baru yang dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga ketika jatuh ke dalam dosa ada penyesalan dan pengakuan serta permohonan akan pengampunan Tuhan dan usaha untuk menghindari dosa yang sama. Tetapi orang yang pertobatannya pura-pura tidak akan terusik oleh dosa yang dilakukan, dan terus “bermain” dalam kehidupannya yang lama. Yang perlu kita ingat adalah upah dosa bukanlah hal yang main-main dan sepele, harga yang dibayar oleh darah Yesus menandakan bahwa dosa adalah hal yang sangat serius. Yang manakah pertobatan kita? Hanya kita sendiri dan Allah lah yang mengetahuinya, sebab manusia lain hanya dapat melihat yang tampak diluar, tetapi Allah melihat hati. Di waktu hidup yang singkat ini, akankah kita gunakan untuk membangun relasi dan intimasi dengan Allah, atau untuk mengkhianati kasih Allah? Kita yang pilih. Tuhan Yesus Memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

Comments are closed.

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th. . .Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35 . . Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai

Read More »