Categories
Uncategorized

MENJAGA KETETAPAN HATI

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 40:5

.

.

.

.

“ Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! ”

.

.

.

.

Seorang anak kecil adalah mereka yang begitu polos, luguh dan tidak dapat menetapkan hati ketika diberi kesempatan memilih sesuatu. Jika ditawarkan antara ice cream atau mainan, pasti akan memilih ice cream terlebih dahulu dan setelah habis di makan, maka akan kembali merengek meminta mainan. Mereka tidak mengerti apa itu memilih, mereka tidak paham bahwa ketika sudah memilih yang satu maka yang lain sudah tidak boleh diminta lagi. Hal ini terjadi, karena anak kecil belum memiliki pengetahuan yang cukup memadai seperti orang dewasa karena masih dalam tahap bertumbuh dan berkembang.

.

.

Sebaliknya, orang dewasa sudah memiliki banyak pengetahuan; baik itu menilai sesuatu hal yang benar atau yang salah, memutuskan untuk beretika yang baik atau buruk dan bahkan dalam hal memilih pasangan hidup serta memilih Sang Juruselamat dalam hidup. Sebagai orang dewasa tentunya sudah memiliki kematangan untuk memahami banyak hal, terkhusus persoalan hati dan perasaan. Pada dasarnya hati dan perasaan erat kaitannya dengan emosional jiwa (mungkin itu, perasaan sedih, menangis, bahagia, membenci atau mencintai) yang selalu di ekspresikan oleh orang-orang dewasa untuk mengungkapkan perasaanya.

.

.

Tentu orang dewasa ketika memilih siapa Tuhannya dan siapa yang akan dipercaya dalam dunia ini terasa sulit, karena banyak hal-hal manis yang ditawarkan oleh dunia ini yang membuat kita kesulitan menemukan pilihan yang benar ataupun yang salah. Dalam iman kekristenan, melalui kematian Yesus Kristus sebagai Juruselamat, telah menganugerahkan kita kehidupan yang baru dan telah memilih kita sebagai pengikut Kristus melalui karya Roh Kudus. Dengan ini, maka kita beroleh kepercayaan dan iman yang benar kepada Tuhan yang benar. Orang yang percaya kepada Yesus sebagai jaminan kehidupan kita, pasti akan bersukacita karena ada pengharapan yang baru untuk kehidupan yang baru di dalam dunia yang baru. Iman percaya kita kepada Tuhan dapat saja goyah ketika lingkungan dunia ini menghanyutkan kita dalam suasana pura-pura bahagia atau kebahagiaan yang penuh kepalsuan; yang hanya merupakan kebahagiaan semu seperti kemewahan yang memungkin kita jatuh dalam dosa kesombongan dan narsistik, dll. Oleh karena itu, kita orang percaya yang sudah memperoleh kasih karunia perlu menjaga ketetapan hati yang berpusat pada Tuhan sebagai sumber hidup dan bahagia.

.

.

Ada 3 hal yang bisa kita aplikasikan supaya mampu menjaga ketetapan hati kepada TUHAN:

.

.

  • Menaruh percaya kepada Tuhan. Menaruh percaya kepada Tuhan, tidak hanya sebatas percaya; namun meletakkan hati dan perasaan yang tertuju kepada Tuhan. Suatu wujud menaruh percaya kepada Tuhan yakni, kita wajib memberikan perhatian bahkan datang bertanya kepada Tuhan atas setiap keputusan atau tindakan yang akan kita lakukan. Dengan ini, kepercaaan kita kepada Tuhan akan kokoh sehingga hati kita tetap terjaga untuk-Nya.
  • Tidak berpaling kepada orang-orang angkuh. Tidak dipungkiri benih-benih keangkuhan ada dalam diri setiap orang. Karenanya, setiap orang yang sudah percaya membutuhkan kekuatan dan usaha yang kuat untuk menjaga keinginan hati serta pergaulannya. Keinginan hati untuk memuaskan matrealistis akan membawa kita untuk bergaul dengan orang-orang angkuh. Oleh sebab itu, kita perlu membangun kehidupan yang sederhana supaya dapat tetap menjaga hati dan iman kita tertuju pada Allah kita yang hidup.
  • Membentengi diri atas kebohongan. Benteng ialah suatu bangunan kuat dalam kemiliteran. Demikian halnya untuk menjaga ketetapan hati, membutuhkan suatu bangunan yang kokoh supaya tidak goyah dan tetap kuat. Keinginan daging manusia begitu lemah terlebih dalam hal-hal kebohongan. Banyak orang beranggapan bahwa jikalau bohong putih atau bohong untuk kebaikan boleh. Untuk menjawab persoalan ini akan membuat kita dilema. Akan tetapi yang perlu ditanamkan dalam diri bahwa, kompromi terhadap dosa dalam jenis apapun dibenci Tuhan, kendatipun dalam hal kebohongan demi kebaikan. Karena itu, kita sebagai orang yang mengasihi Tuhan, perlu membentengi diri dari kebohongan dengan cara membangun karakter yang selalu jujur dan tidak mampu untuk berbohong.

    .

    .

Saudara-saudara, melalui hal yang sudah disampaikan di atas tentang topik menjaga ketetapan hati; marilah kita teguh menaruh percaya kita kepada Tuhan, tidak berpaling kepada orang-orang angkuh dan membentengi diri dari segala jenis kebohongan. Dalam kehidupan sehari-hari pun, melalui renungan ini, dihimbau bagi kita untuk dapat menjaga ketetapan hati atau kesetiaan terhadap pasangan hidup, terhadap keluarga bahkan terhadap pekerjaan yang sedang ditekuni.

SEGALA KEMULIAAN BAGI TUHAN YANG HIDUP
YANG TAK TERBATAS DAN TAK TERLAMPAUI KUASA-NYA YANG MULIA DAN PENUH KASIH KARUNIA
AMIN.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

TUHAN TURUT MERASAKAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab  itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:15-16)

.

.

.

.

Menjelang kematian Yesus yang semakin dekat, salah satu yang menjadi alasan mengapa Yesus datang untuk mati adalah agar menjadi imam yang dapat merasakan semua kelemahan kita dan sekaligus menolong kita. Kita pasti mengalami banyak pencobaan dan kesulitan dalam iman kita kepada Kristus.

.

.

Sebagai Imam Besar, Kristus menjadi perantara kita dengan Allah. Sebagai manusia, Kristus mengalami semua pencobaan yang dialami oleh manusia. Perbedaannya adalah kita jatuh sedangkan Kristus tidak. Kristus tidak jatuh bukan berarti pencobaannya tidak seberat yang kita alami. John Piper (Teolog dan pendeta) menyatakan bahwa orang-orang bijak telah menunjukkan bahwa pencobaan yang diterima Yesus lebih kuat daripada yang kita alami. Beliau melanjutkan bahwa jika seseorang menyerah terhadap suatu pencobaan, pencobaan itu tidak akan sampai pada serangannya yang terkuat. Dari sini kita melihat bahwa Yesus mengalami pencobaan sepenuhnya dan dahsyat tetapi tetap menang.

.

.

Kristus sudah mengalami pencobaan yang dahsyat karena itu Tuhan sangat memahami penderitaan. Bahkan di Kis. 9:5 dijelaskan bahwa penganiyaan yang dialami oleh orang-orang Kristen adalah penganiayaan yang dirasakan oleh Kristus. Tuhan bukan hanya sekedar mengerti apa yang kita rasakan tetapi Tuhan merasakan juga apa yang kita rasakan.

.

.

Dalam 2 Kor. 12:7-10 Saat rasul Paulus juga mengalami duri dalam daging dimana dia berseru 3 kali agar Tuhan melepaskannya dari duri tersebut. Namun Tuhan menjawab bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Menyikapi jawaban Tuhan, Paulus bermegah dalam kelemahannya. Bagaimana dengan sikap kita? Jangan terlalu meratapi kelemahan kita karena justru dalam kelemahan kita dan keterbatasan kita, kita mampu merasakan kuasa Tuhan yang sempurna dalam hidup kita. Seperti rasul Paulus yang akhirnya menaruh dirinya pada kuasa Allah dan rela di dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan, kita pun rela dalam segala cobaan kita dan seluruh penderitaan kita karena disaat kita lemah, disitulah kita kuat.

.

.

Puncak penderitaan Kristus adalah saat Yesus di tangkap, disiksa, dan disalibkan. Namun sikap Yesus menjadi teladan penting bagi kita dalam menghadapi pencobaan. Yaitu menyerahkan segala perkara kepada Allah dan tidak membalas dendam (1 Petrus 2:22-23). Ini adalah kemenangan dari pencobaan.

.

.

Penderitaan seperti apa yang kita alami? Kristus sudah mengalaminya. Ditolak oleh keluarga? Yesus dianggap gila oleh keluarga. Dikhianati sahabat? Yesuspun dikhianati teman. Dikhianati orang yang kita tolong? 5000 orang yang diberi makan oleh Yesus ikut berteriak “salibkan Dia”. Ditinggalkan oleh sahabat-sahabatNya saat mengalami penderitaan. Dipermalukan? Diludahi? Ditelanjangi di depan umum? Yesus sudah mengalami semuanya? Dia bahkan mengalami yang lebih dari yang kita alami. Karena itu Yesus sangat memahami apa yang kita rasakan dan turut merasakan apa yang kita rasakan.

 

Jika demikian, apa yang yang harus kita lakukan saat kita merasa tidak berdaya menghadapi pencobaan yang kita alami?

.

  1. Tetap bertahan dalam iman kita (ay. 14).
    Tujuan pencobaan yang dikerjakan oleh Iblis adalah menghancurkan iman kita. Karena itu mari kita tetap bertahan dalam iman kita. Yesus yang merasakan penderitaan kita memberikan kita kemampuan dalam menghadapi pencobaan kita (1 Kor. 10:13)

    .

  2. Menghampiri takhta kasih karunia Allah (ay. 16)
    Kita tahu bahwa dalam Perjanjian Lama kita tidak bisa langsung meminta pertolongan kepada Tuhan. Sekarang, dlam Yesus Kristus sebagai Imam Besar kita, kita mendapatkan keberanian untuk datang pada Allah dalam doa melalui Yesus Kristus. Melalui doa kita akan menemukan kasih karunia atau belaskasihan Allah dalam cobaan yang kita alami. Frasa terakhir dalam ayat 16 adalah “untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. Doa berdoa, kita mendapat belas kasihan dan pertolongan pada waktu yang tepat. Kita percaya waktu yang tepat dan terbaik adalah waktu Tuhan.

    .

    .

Karena itu mari saat kita mengalami pencobaan, mari kita tetap setia dan menyerahkan semuanya pada Tuhan melalui doa. Kita akan mendapat belas kasihan dan pertolongan dari Tuhan diwaktu yang tepat dan terbaik. Janganpernah meragukan Tuhan dan merasa bahwa pertolongan Tuhan terlalu lambat sehingga kita mencari jalan pintas. Tetap percaya bahwa Tuhan merasakan akan yang kita rasakan. Dia sangat memahami kita dan tahu bagaimana memberikan yang terbaik buat kita. Biarlah melalui cobaan yang kita alami, nama Tuhan dipuji dan dimuliakan. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email