Categories
Uncategorized

Kristus Bangkit sebagai Buah yang Sulung

Ditulis Oleh : Pdt. Erick Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi miliknya pada waktu kedatangan-Nya. (1 Kor. 15:20-23)

.

.

.

.

Kita akan memulai dengan pertanyaan teologis yaitu mana yang lebih penting antara kematian atau kebangkitan Kristus? Menurut James Montgomery Boice bahwa pertanyaan ini tidak bisa dijawab. J.M. Boice melanjutkan bahwa meskipun kematian Kristus adalah apa yang secara eksplisit menjadi tujuan yang Ia genapi dalam kedatangan-Nya ke dunia, kebangkitan tidak kalah pentingnya karena kebangkitan menjadi alasan injil salib bisa dipahami, kemudian dipertahankan dan diteruskan selama berabad-abad sampai kepada kita.

.

.

Kita juga tentu mengingat ayat dalam 1 Kor. 15:17 “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” Karena itu kebangkitan Kristus adalah kelahiran dari kematian-Nya dan dengan demikian adalah kemenangan atas kematian dan atas dia yang berkuasa atas kematian yaitu Iblis (Ibrani 2:14).

.

.

Kristus bangkit pada hari ketiga yakni hari Minggu sesudah wafat pada hari Jumat. Hari minggu menjadi hari ibadah kita. Beberapa hal yang menjadi perenungan kita pada saat ini adalah:

.

.

  1. Siapakah yang membangkitkan Kristus? Kristus dibangkitkan oleh Tritunggal. Dibangkitkan oleh Allah Bapa (Gal. 1:1); Dibangkitkan oleh Diri-Nya sendiri (Yoh. 2:19-21; 10:18; 11:25); Dibangkitkan oleh Roh Kudus (Rm. 8:11).

    .

    .

  2. Hakekat kebangkitan Kristus. Herman Bavinck memberikan definisi bahwa kebangkitan Kristus sebagai peristiwa dimana Kristus oleh kuasa ilahi-Nya menghidupkan tubuh-Nya yang mati, menyatukannya dengan jiwa-Nya, dan meninggalkan kubur. Hakekat ilahi Yesus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan dalam kematian kristus, hakekat ilahi Yesus tetap bersama Kristus tetapi hakekat Ilahi tidak mati sama seperti roh manusia juga tidak mati melainkah tubuh fananya saja. Yesus bangkit dengan tubuh yang sama dan mengubah tubuhNya menjadi tubuh kemuliaan. Hakekat manusiawi Yesus tetap bersama Pribadi Kristus baik saat Yesus bangkit, naik ke surga, bahkan juga saat datang kedua kali dan bersama dengan kita di bumi baru.

    .

    .

  3. Yesus bangkit sebagai yang sulung. Kata “sulung” (aparchē) seringkali merujuk pada buah sulung dalam musim panen. Buah pertama itu yang menentukan panen berhasil atau tidak. Kalau buah pertama rusak, berarti semua rusak. Artinya bahwa ketika kata aparchē dikenakan pada kebangkitan Kristus, maka kebangkitan Kristus adalah jaminan bagi kebangkitan-kebangkitan yang lain. Kebangkitan Kristus menjadi payung bagi seluruh kebangkitan orang yang mati di dalam Tuhan. Matthew Henry dalam tafsirannya menyatakan bahwa Kristus bangkit sebagai yang sulung bagi orang-orang yang mati di dalam Tuhan. Kristus bangkit dengan tubuh yang tidak fana lagi dan Yesuslah yang pertama bangkit dengan tubuh seperti itu dan kita pada kedatangan-Nya nanti akan bangkit dengan tubuh yang tidak fana lagi seperti Yesus Kristus (ay. 23).

    .

    .

Kebangkitan Kristus adalah kemenangan terhadap kuasa maut dan kita sudah dimenangkan dan tidak dikuasai maut lagi melainkan kehidupan kekal. Ayat 21-22 menunjukkan bahwa kita sudah mati di dalam persekutuan dengan Adam tetapi hidup kembali di dalam persekutuan dengan Kristus. Seperti Kristus lahir kembali dari kematian demikian kita lahir kembali dari kematian dan ini disebut dengan lahir baru. Kita adalah pribadi-pribadi yang menang dan sudah memiliki kehidupan yang baru maka jangan lagi memberikan tubuh kita dipakai sebagai senjata kelaliman. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (1 Kor. 6:20). Itu pertanda kita sekarang adalah milik Kristus. Hidup kita adalah hak Kristus. Waktu kita adalah hak Kristus. Karena itu pelayanan bukan pilihan tetapi kewajiban kita semua. Pakailah hidup kita yang baru ini untuk melayani Allah, hidup dalam perkenan Allah, dan tidak dipergunakan untuk berbuat dosa.

Kebangkitan Kristus juga menjamin kebangkitan kita di masa yang akan datang saat Dia datang kedua kali. Yesus yang tubuhnya hancur saat dicambuk dan disalib utuh kembali kecuali tangan dan lambung yang akan menjadi pertanda buat kita bahwa kehidupan kekal kita adalah karena pengorbanan Kristus. Seperti apapun tubuh kita saat meninggal, hancur karena kecelakaan, dibakar (dikremasi), disiksa seperti para martir yang dibakar, dipenggal, ditombak, disalib, dan lain-lain. Semua akan kembali utuh pada saat kebangkitan kembali. Kita dibangkitkan dengan tubuh yang sama tetapi tidak fana lagi. Jika Kristus bangkit maka kita juga pasti bangkit. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Nama Baik

Ditulis Oleh: Dellis Zai
>
>
Pembacaan Alkitab: Amsal 22:1-16>
>

 

Nats : Ams 22:1 nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasih orang lebih baik dari pada perak dan emas

Kitab ini SALOMO memberikan banyak hikmat Pendidikan yang dianggap penting dalam mempersiapakan masa depan kau manak muda. Menurut Amsak salomo, Pendidikan akan menjauhkan dari kebodohan (ayt 15), bahkan akan mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri seseorang. Jika Pendidikan yang benar itu diberikan pada saat masih muda, maka itu merupakan investasi yang tepat dan akan memberikan manfaat besar dihari tua kelak (Ayt 6). Pendidikan bukan untuk sesaat belaka, tetapi sepanjang  kehidupan, karena sesorang yang mendapatklan Pendidikan yang baik dan benar, akan mampu memilih jalan yang bijak, bikan jalan orang fasik.

Nama baik adalah bukan sekedar sebuah reputasi, seperti pengertian kebanyakan orang. Nama baik yaitu sebuah  karakter yang baik. Dalam perikop ini, ada 2 hal nama baik yaitu:>
>

  1. nama baik bukan sekedar di puji-puji orang banyak karena keberhasilan atau pencapaian suatu reputasi tinggi tertentu, tetapi nama baik disini berhubungan dengan hal-hal baik di mata Tuhan.

    Artinya orang percaya lebih mementingkan nama baik dihadapan Allah daripada berharga karena keberhasilan, kesuksesan atau pun kekayaan. Kita harus berhati-hati untuk mempertahankan nama baik kita dihadapan Tuhan. Nama baik menjadikan seseorang mampu hiduo bijaksana dan jujur sehingga hidupnya aman dan tentram. Nisa saja penipu memiliki kekayaan besar, yang kemungkinan besar mampu menghidupi kebutuhan jasmani orang lain, namun kekayaan nama baik akan mampu mendorong orang lain datang kepada Tuhan.>
    >
  2. Penghargaan dan hal penting  adalah dikasihi.
    Artinya betapa suatu penghargaan yang melebihi emas dan perak, jika kita memperoleh kasih sayang dari semua orang atau disekitar kita. Tuhan Yesus memiliki kekayaan seperti emas dan perak, namun Ia dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2:52). Dengan demikian, kita harus memandang kekayaan yang sesunggunya adalah jika kita dikasihi Tuhan dan memiliki nama baik dimata Tuhan.>
    >

MARILAH KITA MEMILIKI IDENTITAS YANG BAIK DIDALAM KEHIDUPAN KITA MAUPUN DIMANA KITA BERADA, KARENA IDENTITAS ADALAH HARGA DIRI KITA.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Hidup Ala Kadarnya

 

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab :1 Tesalonika 4:1-12

.

.

Ketika kita ditegur karena kekurangan kita atau kesalahan yang kita lakukan, kadang kita berdalih: “Ya, namanya juga manusia. Wajar kalau tidak sempurna.” Bukannya belajar menjadi lebih baik atau berintrospeksi, kita justru mencari “perlindungan” dari kelemahan kita. Tampak bahwa kita melakukan sesuatu hanya ala kadarnya.

.

.

Demikianlah yang terjadi dalam jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus memuji mereka dalam hal hidup berkenan kepada Allah dan kasih persaudaraan (1, 9). Namun, Paulus menambahkan supaya mereka lebih bersungguh-sungguh lagi (1, 10). Dia pun memberikan petunjuk mengenai cara hidup yang bersungguh-sungguh (2-8, 11-12).

.

.

Hidup ala kadarnya dapat ditemui dalam diri semua orang. Ketika orang berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tentu itu benar adanya. Namun, kalimat itu bisa menjadi dalih untuk tidak berusaha melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa dengan sungguh-sungguh. Orang yang sering berkata demikian akan hidup ala kadarnya. Ketika ia merasa bisa melakukan kehendak Tuhan, ya dilakukan. Ketika ia merasa berat, ya tidak dilakukan. Ketika ia berbuat dosa, dengan seketika ia memaklumi dirinya.

.

.

Kalau sudah demikian, nasihat Rasul Paulus sangat tepat, yaitu supaya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kalau kita mau berusaha dan menerima pertolongan Roh Kudus, tentu kita bisa menjalani hidup kudus, melawan godaan, mengendalikan diri, bertobat, dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.

.

.

Bayangkan kalau Tuhan melakukan karya-Nya ala kadarnya. Tak akan ada penderitaan dan kematian di kayu salib sebagai pengampunan dosa. Tak perlulah repot-repot memanggul salib, tak perlulah turun menjadi manusia. Ala kadarnya sajalah dalam mengasihi manusia. Tak perlu pula repot-repot menolong dan menuntun manusia. Tak perlu bersungguh-sungguh amat. Sungguh celaka, kita!

.

.

Mari kita hidup dengan sungguh-sungguh. Jangan hidup ala kadarnya karena Tuhan juga tidak ala kadarnya dalam mengasihi kita.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MEMPEROLEH KEBEBASAN KARENA IMAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Markus 7:24-30

.

.

 

Kebebasan adalah Hal yang mendasar dalam kehidupan manusia dan seharusnya mencirikan manusia yang bertanggungjawab dalam menentukan dirinya sendiri, tidak ditindas, tidak dibatasi ruang geraknya dan tidak terbelenggu oleh apapun. Semua orang punya impian untuk hidup bebas dalam segala hal. Maka dalam kehidupan ini juga memiliki banyak tawaran-tawaran kebebasan. Bebas dari masalah, bebas secara finansial dan hal lainnya lagi. Namun demikian bebebasan seperti apa yang ada dalam renungan ini ?.

.

.

 

Markus 7:24-37 berbicara tentang memperoleh kebebasan dari belenggu roh jahat, belenggu fisik Dan status sosial karena Iman. Hal ini terjadi dalam kehidupan seorang ibu dari bangsa Siro Fenesia. Cara memperoleh kebebasan karena Iman:

.

.

 

  1. Datang kepada Tuhan (Ayt. 24-25)
    Kedatangan Tuhan Yesus saat itu yang seakan dirahasiakan tidak dianggap sebagai tantangan oleh perempuan Siro Finensia itu untuk datang kepada Tuhan Yesus. Namun ketika ibu itu mendengar tentang Tuhan Yesus seketika itu juga dia datang Dan tersungkur didepan kaki Tuhan Yesus.
    Terkadang keadaan dan kondisi Kita jadikan sebuah alasan untuk tidak membangun hubungan dengan Tuhan. Melalui renungan ini mengajarkan Kita bahwa jangan pernah mundur untuk terus datang kepada Tuhan apapun keadaannya karena itu adalah Tindakan awal dari Iman percaya Kita.

    .

    .

     

  2. Tau diri dihadapan Tuhan (Ayt. 26-28)
    Perempuan tersebut memiliki keberanian untuk memohon belaskasihan Tuhan membebaskan anaknya dari belenggu roh jahat. Ketika perempuan itu memohon, Tuhan Yesus menyadarkan dia bahwa dia tidak termasuk orang yang layak menerima belaskasihan karena ia berasal dari bangsa bukan Yahudi. Namun meskipun demikian Iman perempuan tersebut tidak tergoyahkan malah sebaliknya dia menyadari keberadaannya untuk itu dia hanya berharap sisah atau remah-remah dari belaskasihan Tuhan Yesus.
    Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, Kita seharusnya sadar diri dihadapan Tuhan. Namun jangan ketidak layakan Kita menjadi alasan untuk tidak beriman kepada Tuhan.

    .

    .

     

  3. Kebebasan karena Iman terjadi kepada mereka yang tetap setia (Ayt. 29-30)
    Yang melemahkan, yang berusaha membuat Kita jauh dari Tuhan memang sangat banyak. Namun kesetiaan akan membawa Kita sebagai orang percaya memperoleh kebebasan karena Iman kepada Tuhan Yesus. Sama seperti perempuan Siro Fenesia tersebut yang pada akhir menerima pada yang diharapkan dai Tuhan Yesus karena Iman dan percaya yang di bungkus dengan kesetiaan.

    .

    .

     

Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Taat (Tidak ada alasan Titik)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Filipi 2:8

.

.

Kehadiran manusia di dalam dunia ini bukan tanpa alasan, melainkan Tuhan memiliki alasan utama yaitu memberitakan firman-Nya kepada semua manusia (Mat. 28:18-20). Melalui perintah tersebut, Tuhan ingin agar setiap orang percaya dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan. Namun, apabila kita kembali merenungkan kehidupan kita sebagai orang percaya, adakah kita sudah melakukan hal tersebut?

.

.

Terlalu banyak orang Kristen yang kurang memahami arti dari perintah agung itu, sehingga tak jarang hal ini membawa sebuah perdebatan di anatara orang Kristen sendiri. Mengapa? Menurut beberapa penelitian yang saya lakukan secara langsung di tempat pelayanan saya – Sumba Timur – terlalu banyak orang Kristen yang menganggap bahwa sesungguhnya perintah agung itu hanyalah diperuntukkan bagi ‘hamba-hamba Tuhan ataupun penginjil’. Tetapi, ada juga yang beranggapan bahwa perintah agung itu harus dilakukan oleh setiap orang Kristen, apapun profesi mereka. Inilah yang menjadi alasan bagi beberapa orang Kristen untuk berpusat pada pertumbuhan iman pribadi.

.

.

Menurut KBBI, alasan merupakan suatu pemikiran yang membenarkan gerakan dan data menuju sebuah kesimpulan. Alasan banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Akan tetapi, hal terpenting bagi orang percaya adalah tentang bagaimana kita dapat menyikap alasan dan mempergunakannya sebagai sebuah hal yang positif. Terutama dalam menyampaikan perintah agung. Jika meliat kembali di dalam latar belakang sejarah dalam Matius 28 itu, kita bisa melihat bahwasanya pada saat Tuhan Yesus memberikan perintah agung itu, terdapat begitu banyak orang dengan berbagai profesi juga. Sehingga, melalui hal ini saja, kita dapat menyimpulkan bahwa perintah agung tidak terbatas pada profesi tertentu, tetapi perintah agung adalah tugas semua orang Kristen yang percaya.

.

.

Lalu, bagaimana cara kita untuk dapat membagikan perintah agung tersebut? Dibutuhkan sebuah keTAATan dalam Tuhan Yesus. Taat berarti ‘Tidak Ada Alasan Titik’, hal ini membuktikan kepada kita secara bersama bahwa Taat bukan saja tunduk, melainka lebih daripada itu, kita tidak memiliki alasan apapun untuk menolak tugas utama orang percaya. Kita dapat melihat contoh dari teladan yang utama, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Dimana Ia telah turun sebagai Manusia, bahkan mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, inilah ketaatan yang menggambarkan kepada kita bahwa tidak ada alasan titik untuk menggenapi rancangan Allah dalam kehidupan kita. Karena, sebanyak apapun alasan yang kita buat dan berikan, rencana Allah akan selalu digenapi. Tidak ada alasan titik juga berart :

.

.

  1. Perendahan Diri
    Seperti perendahan diri yang Tuhan Yesus lakukan kepada Bapa, demikian juga kita sebagai orang percaya, seharusnya dapat melakukan hal itu. Perendahan diri kita menggambarkan tentang penyerahan total untuk seluruh aspek kehidupan kita kepada Tuhan. Dengan perendahan diri secara total, maka kita akan mampu melakukan rencana Tuhan dalam kehidupan kita tanpa perlu memberikan alasan apapun. Karena alasan utama dan satu-satunya dari kehidupan kita ialah memuliakan Tuhan.

    .

    .

  2. Ke’Mati’an terhadap kedagingan
    Mati dalam hal ini bukanlah berarti kita harus mati secara fisik dan dengan disengaja, tetapi lebih kepada ‘mematikan’ kedagingan serta hawa nafsu kita sebagai manusia. Karena, salah satu penghalang terbesar manusia untuk dapat melakukan rencana Tuhan ialah kedagingan kita yang lebih memilih kepada zona aman – takut mengalami perselisihan, perpecahan, dan atau dianggap sebagai penghujat. Sesungguhnya hal itu hanyalah sebuah ‘alasan’ untuk kita tidak melakukan perintah agung tersebut. Toleransi beragama, inilah yang menjadi alasan utama bagi orang Kristen pada umumnya. Sebab itu, ketika kita ‘mematikan’ kedagingan kita, maka kita akan mampu mengerti bahwa perintah agung adalah merupakan hal terpenting dan alasan kita hidup.

    .

    .

Oleh sebab itu, marila mulai saat ini kita bersama-sama membangun pribadi kita untuk mampu mematikan kedagingan kita, sehingga kita mampu merendahkan diri secara total di dalam rencana Tuhan. Karena pemberitaan firman Tuhan bukanlah suatu pilihan, melainkan keharusan. Tidak ada alasan untuk tidak memberitakan firman. Tuhan Yesuss menyertai.

.

.

 

Obedience to God is not about the choice, but it’s about the chance. –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Mengakhiri dengan sempurna

 

”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”

.

.

2 Timotius 4:7

.

.

Setiap manusia punya cerita yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita dapat belajar dari tiga tokoh Alkitab bagaimana mereka membangun hubungan dengan Tuhan.

.

.

Pertama, Bileam yang adalah seorang selalu meminta petunjuk dari Tuhan dalam menjalani hidupnya. Dia mengawali hubungannya dengan dengan Tuhan sangat baik karena selalu mengikuti Firman Tuhan (Bilangan 22:8-11), bahkan Bileam mampu melewati godaan dari raja Balak yang akan memberikan hadiah kepadanya. Tetapi pada akhirnya ketaatan Bileam tidak bertahan lama, dia memberi tahu raja Balak bagaimana cara menghancurkan orang Israel. Dari cerita Bileam ini kita dapat belajar bahwa ada orang yang mengawali hubungannya bersama Tuhan dengan baik, bahkan bisa dibilang sangat baik, tetapi tidak bertahan lama. Dan pada akhirnya justru hidupnya jauh dari firman Tuhan.

.

.

Kedua, Markus yang juga disebut Yohanes. Dia adalah anak Maria yang rumahnya selalu digunakan menjadi rumah doa. Markus membangun hubungan bersama Tuhan dengan baik, ini tidak terlepas karena rumahnya selalu menjadi rumah doa (pentingnya rumah kita digunakan untuk beribadah) dan  bahkan Markus ikut terjun dalam pelayanan penginjilan bersama Paulus dan barnabas (Kisah Para Rasul 12:25). Tetapi dalam perjalanan pelayanannya, Markus pun meninggalkan pelayanannya dan memilih kembali ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 13:13) bahkan dampak dari perginya Markus meninggalkan pelayanannya, hingga membuat Paulus dan Barnabas berselisih. Tetapi pada akhirnya, Markus tetap melayani Tuhan meskipun tidak bersama Paulus. Dari Markus kita belajar, mungkin kita mengawali hubungan kita bersama Tuhan itu baik, tetapi aka nada banyak tantangan dan godaan yang akan membuat kita meninggalkan pelayanan itu, tetapi Markus membuktikan bahwa meskipun pernah lari dari pelayanan, dia tetap kembali melayani Tuhan dan bahkan memberikan banyak dampak dalam pelayanan. Dan pada akhirnya, Paulus yang menolaknya untuk ikut kembali bersama-sama mereka dalam pelayanan penginjilan mengatakan bahwa pelayanan Markus penting baginya (2 Timotius 4:11).

.

.

ketiga, kita belajar dari Paulus. Kita pasti sudah mengerti perjalanan hidup Saulus sebelum berganti nama Paulus. Dia yang adalah seorang terpelajar, terpandang dan terkenal dengan ketegasannya. Seorang yang sangat patuh terhadap hukum Yahudi dan bahkan tidak segan-segan menghukum orang yang menentang hukum Yahudi. Stefanus adalah seorang martir pertama yang mati demi mempertahankan imannya juga salah satunya karena keputusan Saulus. Saulus sangat menentang orang-orang yang mengikuti Kristus, tetapi pada akhirnya Tuhan memulikan hati Saulus dan memakai dia menjadi luar biasa dalam pelayanan. Dan Saulus yang kita kenal sekarang sebagai Paulus telah banyak Tuhan pakai untuk membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan.  Paulus mengawali hubungannya bersama Tuhan Yesus dengan buruk, menjadi penganiaya pengikut Tuhan Yesus, bahkan tidak segan-segan untuk memberikan hukuman mati, tetapi sekarang menjadi pemberita Injil yang hebat. Hingga diakhir hidupnya Paulus mampu berkata bahwa dia telah mengakhiri semuanya dengan sempurna,  telah mencapai garis akhir dengan tetap menjaga iman kepada Tuhan Yesus (2 Timotius 4:7). Dari Paulus kita belajar bahwa tidak semua orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa berawal dari orang baik, ada orang yang mengawali hubunganya bersama Tuhan mungkin dengan buruk, tetapi mau dibentuk dan diproses hingga akhirnya mengakhiri semuanya dengan luar biasa seperti Paulus.

.

.

Pertanyaannya bagi kita, dimanakah posisi kehidupan kita jika kita belajar dari tiga tokoh diatas? Kehidupan kita masih panjang, jangan sampai kita kalah akan godaan yang ada seperti Bileam, atau jika kita sekarang merasa gagal dan ingin mundur dala pelayanan, ingat lah Markus, meskipun pernah meninggalkan pelayanan, tetapi kembali lagi dan melayani kembail hingga menjadi dampak yang luar biasa bagi banyak orang, atau jika kita merasa bukan orang baik dan bukan orang yang pantas untuk melayani Tuhan, ingatlah bahwa seorang penganiaya pernah Tuhan pakai untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa. Kita pun bisa demikian asalahkan kita mau dibentuk dan terus belajar menjadi lebih baik. Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Tugas Agung Seorang Murid

Ditulis oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 28:18-20

.

.

Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, Ia masih tinggal bersama-sama dengan para murid-Nya di bumi selama 40 hari, sebelum akhirnya Ia naik ke surga. Kebangkitan Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa Guru mereka benar-benar adalah Anak Allah, sehingga murid-murid tidak perlu ragu untuk memberitakan dan mengajarkan apa yang Yesus telah ajarkan  kepada mereka. Yesus beberapa kali menampakkan diri-Nya kepada murid-murid, dan dalam perjumpaan-Nya dengan para murid, Yesus memberikan pesan atau amanat sebagai tugas yang harus dilakukan oleh murid-murid Yesus. Tugas tersebut termuat dalam Matius 28:19-20 sebagai berikut:

.

.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

.

.

Dalam Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid ini, kata kerja utama dalam bahasa aslinya adalah menjadikan murid. Yesus memberikan tugas kepada para murid untuk menjadikan segala bangsa menjadi murid-Nya. Tugas ini diberikan Yesus kepada murid disertai dengan panduan untuk melakukan tugas tersebut. Yaitu:

.

.

  • Pergi

Step pertama yang harus dilakukan untuk melakukan tugas ini adalah “pergi”. Bagaimana mungkin menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus dengan diam saja?  Harus ada tindakan yang dilakukan untuk pergi dan datang kepada orang-orang yang “tersesat”, untuk menunjukkan arah ke “jalan yang benar”. Tugas panggilan gereja (orang percaya) bukan hanya untuk datang “bersekutu”, tetapi juga untuk pergi keluar “bersaksi”. Amanat ini diawali dengan pernyataan Yesus yang meneguhkan para murid-Nya untuk pergi: “Kepada-Ku telah di berikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Yesus ingin kita para murid-murid-Nya tidak ragu untuk pergi, sebab kita pergi bukan dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan kuasa yang diberikan oleh Yesus yang empunya kuasa di bumi dan di sorga. Dalam bagian penutup Yesus kembali memberikan penegasan bahwa Ia akan menyertai senantiasa sampai kepada akhir zaman. Jadi, Roh Kudus menyertai setiap langkah orang yang pergi untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga sampai kepada akhir zaman, sehingga orang percaya sebagai murid Yesus tidak perlu ragu untuk memberitakan Injil.

.

.

  • Baptis

Baptisan bukanlah syarat untuk mendapatkan keselamatan, karena hanya dengan iman percaya kepada Kristus kita diselamatkan (band. Ef.2:8-9) .Baptisan merupakan bentuk pengakuan kepada publik bahwa seseorang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat dalam hidupnya. Apakah pengakuan di publik penting? Ya. Orang yang menerima dan mengakui Yesus dengan segenap hatinya, tidak akan malu mengakui dirinya sebagai murid Yesus di hadapan publik. Maka dari itu, penting bagi kita murid Yesus untuk memberikan penjelasan yang benar kepada orang yang baru menerima Yesus akan pentingnya baptisan sebagai pengakuan iman. Peran gereja sebagai murid Yesus adalah membaptis jiwa-jiwa yang telah menerima Yesus dan siap mengakui identitas barunya sebagai murid Kristus, dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

.

.

  • Ajar

Tugas “menjadikan murid” tidak selesai hanya sampai membawa jiwa kepada Yesus dan membaptis nya. Seorang “murid baru” perlu belajar untuk mengetahui kehendak Yesus, maka dari itu step selanjutnya yang harus kita lakukan adalah mengajarkan kehendak Tuhan dalam Alkitab kepada orang tersebut. Dalam pemuridan ini, pengajar harus mengajarkan kebenaran sesuai dengan Alkitab, supaya iman dan pengetahuan orang yang di ajar bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus. Maka dari itu penting sekali sebagai seorang pengajar untuk juga belajar firman Tuhan dengan benar, supaya dapat mengajarkan firman Tuhan dengan benar.

Amanat agung ini merupakan tugas besar untuk semua orang percaya, bukan hanya untuk 12 murid Yesus, bukan hanya untuk pendeta dan misionaris, tetapi untuk semua orang yang mengaku sebagai “Murid Kristus”. Yesus ingin berita keselamatan dan pengajaran-Nya didengar oleh seluruh bangsa, supaya banyak jiwa diselamatkan. Namun sekali lagi, tugas ini bukan hanya tugas seorang misionaris, melainkan tugas semua orang percaya. Orang percaya dapat memberitakan Injil dengan menunjukkan hidup sebagai seorang “Murid Kristus” dan menjangkau jiwa-jiwa di sekitar kita yang belum mengenal Kristus. Tugas pertama kita adalah memberitakan Injil, masalah orang tersebut menerima Kristus atau tidak, biarlah Roh Kudus yang bekerja di dalam hati orang tersebut melalui berita Injil yang sudah kita sampaikan.

.

.

Mungkin orang yang saat ini butuh mendengar berita keselamatan bukan hanya mereka yang berada di tempat terpencil dan tidak terjangkau, tetapi mungkin mereka yang duduk di sebelah meja kerja kita, mereka yang tinggal di seberang rumah kita, atau bahkan mereka yang adalah bagian dari keluarga kita. Jika berita Injil belum disampaikan kepada mereka, ini adalah kesempatan untuk kita menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus. Di masa modern ini kita dapat menjangkau orang dimana pun dengan mudah melalui berbagai media komunikasi, hendaknya kemajuan teknologi ini juga dapat kita gunakan dengan bijak untuk memberitakan kerajaan sorga. Tetapi perlu kita ingat bahwa berita Injil bukan disampaikan dengan cara yang keras dan dipaksakan. Sebab yang kita beritakan adalah Yesus yang adalah Kasih, berita Kasih tidak disampaikan dengan cara kekerasan, melainkan dengan kasih. Jadi, marilah kita sebagai murid Kristus bergandengan tangan dan saling mendukung untuk menjalankan Amanat Agung yang Ia berikan kepada kita. Tuhan Yesus Memberkati!

.

.

“…Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?..” – Roma 10:14

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

TURUN KE DALAM KERAJAAN MAUT

Ditulis Oleh : Pdt. Erick Kristovel, S.Th.

.

.

Setiap minggu kita selalu mengucapkan kalimat “turun ke dalam kerajaan maut” dalam pengakuan iman rasuli. Seperti apa kerajaan maut itu? Kalimat ini memang mengandung banyak perbedaan paham. Tetapi kita tidak akan memahami sejauh itu. Kita hanya akan melihat makna yang bisa kita ambil dari kalimat tersebut.

.

.

Kemana Yesus saat mati? Luk. 23:43 Yesus berkata kepada salah satu penyamun yang di samping Yesus bahwa hari itu juga setelah meninggal bersama-sama di Firdaus. Frasa “sudah selesai” dalam Yohanes 19:30 menunjukkan bahwa semua karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus sudah selesai. Sehingga “turun kedalam kerajaan maut” bisa diartikan kematian biasa. Pengakuan Iman Westminster bab 8 bagian ke 4 yang berbunyi : … disalibkan, dan mati, dan dikuburkan dan tetap berada dibawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak/busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati…).

.

.

Ada dua kematian yang akan kita perhatikan dari kalimat tersebut

.

  1. Kematian Tubuh
    Walaupun Kristus sudah mati menggantikan kita namun keselamatan itu progresif. Kita sudah selamat tetapi penyempurnaannya saat kita sudah bersama Kristus di bumi yang baru. Itu sebabnya walaupun jiwa kita sudah dibaharui tapi tubuh kita akan dibaharui saat Yesus datang kedua kali. Kematian Kristus memberikan kita sukacita sebagai orang yang percaya bahwa kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan karena kita akan bersama Kristus di Firdaus saat meninggal. Kematian adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik.

    .

    .

  2. Kematian secara rohani
    John Calvin memandang kalimat ini sebagai penderitaan rohani Kristus yakni perpisahan antara Yesus dan Bapa dalam seruan Eli-Eli lamasabakhtani. Katekismus Heidelberg pada pertanyaan yang ke 44 (Minggu 16) menyatakan bahwa kita bisa mengambil makna “turun ke dalam kerajaan maut” sebagai hiburan kita saat kita menghadapi godaan yang paling sengitpun, kita tetap menyadari bahwa penderitaan yang paling berat sudah Yesus tanggung bagi kita di kayu salib yaitu neraka.
    Kematian secara rohani adalah keterpisahan dari Allah. Yesus sudah menggantikan posisi kita dengan terpisah dari Bapa-Nya sehingga dampaknya yaitu kematian kekal tidak kita alami. Karena kita sudah mati, itu sebabnya kita dilahirkan kembali. Kita tidak mungkin masuk surga jika tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Namun karena pengudusan kita bersifat progresif, kita akan terus mengalami banyak penderitaan. Tetapi penderitaan yang kita alami tidak akan melebihi penderitaan di neraka. Kita seharusnya mensyukuri penderitaan ini. Kita dibaharui terus menerus sampai kita mati. Tubuh kita yang terakhir dibaharui menjadi tubuh yang tidak dapat binasa.

    .

    .

Kristus sudah mengerjakan semua hal yang berkaitan dengan keselamatan kita. Penebusan, pembenaran, pengudusan dan lain-lain. Lalu, apa yang bisa kita kerjakan untuk Kristus? Seberapa banyak yang sudah kita perbuat untuk Tuhan? Seringkali dalam pelayanan, kita menghitung seberapa banyak yang sudah kita kerjakan dan menuntut bahwa Tuhan akan membalasnya bagi kita dan kecewa jika kita merasa tidak dibalas. Kita harus selalu ingat bahwa karya keselamatan kita yang merupakan berkat terbesar kita sudah dikerjakan Kristus tanpa melibatkan kita. Bagaimana kita bisa menghitung apa yang sudah kita lakukan?

.

.

Mari kita melayani Tuhan tanpa menghitung tetapi dengan rasa syukur karena kita sudah menerima yang jauh lebih besar daripada apa yang kita berikan. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Domba atau Kambing?

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Petrus 5:5-9

.

.

.

.

Saya mengajak kita untuk flashback kepada kehidupan rohani kita dalam beberapa tahun belakangan ini. Ditengah dunia yang semakin berkembang namun manusia makin kehilangan karakter manusianya. Sudah semakin sulit membedakan mana orang percaya dan tidak percaya, orang beriman dan tidak beriman, orang yang baik dan orang yang jahat, orang rohani dan orang dunia, orang yang cinta Tuhan dengan orang yang tidak cinta Tuhan, mana lalang dan mana gandum, mana domba dan mana kambing, semua terasa sangat sulit dibedakan. Apakah itu diluar gereja ataupun dalam gereja, kepentingan menjadi yang utama keTuhanan hanya menjadi alasan semata, gereja hanya menjadi selimut isinya bukan domba tapi kambing, gereja semakin sulit melihat kehendak Tuhan, sulit bekerjasama, kehilangan karakter untuk saling membangun, dimanakah karakter gereja sebagai domba yang sesungguhnya?

.

.

Mari kita tunjukkan karakter iman percaya kita dengan sikap berikut ini:

.

.

  • Tunduk

Domba adalah binatang yang penurut kepada gembalanya. Berbeda dengan kambing. Orang percaya adalah ‘kawanan domba Allah’. Maka seharusnya orang percaya tunduk kepada Allah melalui gembala yang diutus-Nya, juga kepada orang yang tua. (“tunduklah kepada orang-orang yang tua”). Tunduk bukan berarti menjadi budak, tetapi sebagai bukti ketaatan dari iman.

Tunduk artinya juga taat melakukan perintah dan kebijakan yang diberikan oleh Allah melalui seorang gembala yang diutusnya. Domba milik kepunyaan Allah yang adalah jemaat, bagaimana jemaat dapat tunduk kepada Allah melalui cara hidup yang dilakukan sehari-hari. Maka sebagai jemaat, apa yang diupayakan oleh seorang gembala ditengah jemaat hendaknya dapat dilakukan untuk pembangunan iman dan kerohanian jemaat, dengan tujuan yang Allah inginkan agar jemaat semakin dekat dengan Allah, kedekatan hubungan dengan Allah dengan setia berdoa, membaca firman Allah, dan memahaminya dengan baik serta melakukannya. Bukan hanya sekedar kata-kata atau sebagai pengetahuan semata. Melakukan firman Allah dengan setia itulah yang dikehendaki Allah.

.

.

  • Merendahkan Diri

Ketaatan kepada gembala harus diaplikasikan dengan rendah diri, agar tidak saling mengucilkan, ‘menanduk’ satu dengan lainnya. Tidak menganggap diri paling hebat, melainkan saling merangkul dan membangun. (“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan”). Janganlah hidup dalam kekacauan dan memberontak, sebab Allah adalah hakim yang siap menghakimi kita (Yeh. 34:17-22). Kambing dapat dengan mudah menanduk saat diarahkan, bahkan harus ditarik-tarik agar dapat ikut arahan.

Sikap kerendahan hati sangat sulit ditemui dalam waktu-waktu ini, dalam kehidupan sosial masyarakat yang semakin hari bukannya semakin baik, malah semakin menuju kehancuran. Bagaimana dengan masa depan anak-anak cucu kita nanti, jika hal demikian terus berkembang, seringkali yang disalahkan adalah perkembangan dunia sekuler, tapi justru tanpa disadari ditengah kehidupan berjemaatpun sulit untuk menemukan sikap kerendahan hati. Semua orang ingin menunjukkan diri sebagai yang terbaik, tanpa disertai dengan sikap yang tunduk kepada Allah, iman yang lemah, kerohanian yang buruk, jauh dari kekudusan hidup, mengupayakan hal yang sia-sia. Pemimpin memikirkan tujuannya, jemaat tidak lagi menjadi domba yang taat yang membuatnya semakin sulit diatur, tidak lagi haus akan hal-hal rohani, mudah emosi, sulit berubah sibuk dengan perkara-perkara duniawi. Anak-anak tidak terpelajar terhadap pengenalan akan Tuhan, karena keluarga tidak memberikan teladan untuk dekat dengan Tuhan.

Hidup yang seperti apa yang kita inginkan, apakah hidup yang demikian yang kita sebut hidup dalam iman kepada Kristus? Kapan kita akan berubah dan hidup lebih dekat dengan Tuhan dan menikmati kasihNya hari-lepas hari?

.

.

  • Berserah Kepada Tuhan dan Melawan Iblis dengan Iman

Seorang percaya sadar bahwa dia tidak mampu berjalan sendiri tanpa Tuhan di dalam hidupnya. Hidup di luar Tuhan akan penuh segala kekuatiran, dan itu adalah manusiawi. Tetapi hidup seorang percaya adalah berserah dan taat kepada Tuhan, walaupun dalam kekuatiran yang ada. Maka dari itu, orang percaya menyerahkan segala kekuatirannya kepada Tuhan, seperti yang diperintahkan Rasul Petrus (ayat 7).

Iblis selalu menggoda manusia setiap saat (tidak kenal tanggal merah), khususnya mencobai semua orang percaya. Maka hendaklah kita senantiasa berjaga-jaga! Allah telah menganugerahkan iman kepada semua orang percaya, untuk mengalahkan Iblis dengan kuasa-Nya. Dengan iman yang teguh (ayat 9) hendaklah kita melawan Iblis (ayat 8), dan jangan berkompromi (memberi toleransi) kepadanya, supaya kita tidak jatuh.

Jemaat sebagai domba, harusnya memiliki iman yang penuh penyerahan diri kepada Allah. Penyerahan hidup sepenuhnya, waktu, tenaga, harta bahkan seluruh hidup kita adalah milik Allah. Layaknya seorang peternak domba, seluruh hidup domba itu adalah milik sang peternak. Kitapun milik Allah sepenuhnya, mari kita berikan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, dengan tidak menjadi kambing melainkan menjadi domba yang tunduk, taat, dan setia melakukan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita.

Dengan demikian kita dapat bekerjasama dan bersinergi dalam pelayanan dan dalam kehidupan rohani ditengah-tengah gereja untuk menjadi saksi Kristus yang hidup.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kematian Yang Memulihkan

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Kolose 1:15-23

.

.

.

.

 

“Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada dibumi, maupun yang ada disorga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus” Kolose 1:20.

.

.

.

.

 

Kematian adalah cerita akhir dalam perjalanan kehidupan manusia. Namun ada Hal lain dengan Kematian Yesus Kristus, Kematian-Nya berbeda dengan seluruh manusia di dunia ini, sekalipun mati dengan cara yang sama yakni disalibkan. Mengapa demikian? dalam Kolose 1:15-23 memberikan jawaban bahwa yang membuat kematian Kristus berbeda dengan Kematian seluruh umat manusia ialah:

.

.

 

  • Kematian Kristus adalah puncak kasih Allah kepada dunia (Ayt.15-19)

Setelah manusia jatuh dalam dosa manusia berada di bawah penghukuman Allah. Akan tetapi Dia tetap mengasihi manusia ciptaan-Nya. Bukti kasih Allah kepada dunia adalah kematiaan Kristus, Hal ini juga menjadi puncak kasih Allah kepada dunia. Dalam Yohanes 15:13 Tuhan Yesus berkata “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.

.

.

 

  • Kematian Kristus Memulihkan keadaan manusia (Ayt.20-22)

Hubungan manusia dengan Allah telah rusak oleh dosa dan tidak ada yang benar. Tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan, Roma 3:10-13 “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berasal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”. Namun melalui Kematian Kristus Memulihkan hubungan yang telah rusak tersebut. Rasul Paulus mengatakan “Oleh Dia Kita beroleh jalan masuk menghampiri tahta kasih karunia”.

.

.

 

  • Kematian Kristus menentukan arah tujuan hidup manusia (Ayt.23)

Hidup manusia setelah kejatuhannya berorientasi pada diri sendiri, materialistis Dan kesetaraan. Kematian Kristus membalik arah hidup manusia agar menaruh Iman Dan pengharapan kepada Tuhan sekalipun Masih hidup dalam dunia yang fana ini.

.

.

 

Untuk itu Sebagai seorang umat Tuhan Kita patut bersyukur atas pengorbanan Kristus bagi hidup Kita, karena hanya melalui kematianNya Kita memperoleh pengampunan. Saat ini Mari Kita terus hidup dalam ketekunan Iman, kepada pribadi yang telah Memulihkan hidup Kita yaitu Tuhan Yesus Kristus.

.

.

 

Tuhan Yesus memberkati, Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email