Kategori
Uncategorized

Pujilah Tuhan, Hai Segala Bangsa!

Ditulis oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 117:1-2

.

.

“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”

.

.

.

.

Mazmur 117 merupakan pasal terpendek dalam kitab Mazmur yang hanya terdiri dari 2 ayat, namun Mazmur yang sedikit ini memiliki makna yang kaya. Kitab Mazmur memang penuh dengan undangan untuk memuji Tuhan , dan Mazmur 117 ini merupakan undangan kepada semua orang untuk berbalik kepada Tuhan dan bersama-sama dengan semua orang percaya di seluruh dunia untuk memuji Tuhan. Dari 2 ayat ini ada beberapa hal menarik untuk pelajari lebih dalam, antara lain:

.

.

  1. Ajakan untuk memuji Tuhan
    Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan ajakan untuk memuji Tuhan. Pada zaman perjanjian Lama, tidak semua orang mengenal Tuhan. Hanya di Yehuda lah, Allah dikenal dan nama-Nya dipuji. Sebab bangsa-bangsa lainnya menyembah kepada berhala-berhala, kayu dan batu. Tetapi mengapa ajakan pemazmur untuk memuji Tuhan ini ditujukan kepada semua bangsa?

    Ternyata mazmur ini merupakan salah satu nubuat Injil, dan yang kemudian juga dikutip oleh Rasul Paulus dalam Roma 15:11. Injil Kristus diperintahkan untuk diberitakan kepada semua bangsa (Mat. 28:19), sebab kedatangan Kristus merobohkan pemisah-pemisah antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. Di dalam Kristus tidak ada lagi perbedaan orang Yahudi dan bukan orang Yahudi (Ef. 2:13-16). Dalam Efesus 3:6 dituliskan bahwa karena berita Injil, orang-orang yang bukan Yahudi turut menjadi ahli-ahli waris kerajaan surga. Misteri yang tersembunyi selama berabad-abad dalam Mazmur 117 sebagai ajakan bagi semua bangsa untuk memuji Tuhan digenapi dengan kelahiran sang Mesias ke dalam dunia. Oleh berita Injil semua bangsa memiliki kesempatan untuk menerima anugerah keselamatan Kristus, maka dari itu ajakan untuk memuji Tuhan ditujukan kepada semua bangsa dan suku bangsa.

    .

    .

  2. Alasan untuk memuji Tuhan
    Ayat 2 merupakan alasan mengapa seluruh bangsa hendaknya memuji Tuhan.  Yang pertama, dituliskan “sebab kasih-Nya hebat atas kita”. Karya keselamatan merupakan bukti kasih Allah kepada kita (Yoh.3:16), Efesus 2:8-9 juga menuliskan bahwa hanya karena kasih karunia kita diselamatkan oleh iman, dan keselamatan bukan hasil usaha manusia sendiri, melainkan pemberian Allah. Jadi, karena kasih Allah yang sungguh amat besar inilah manusia diselamatkan dan keselamatan inilah yang menjadi alasan kita untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Tuhan atas kasih anugerah-Nya. Keselamatan tidak terbatas hanya untuk orang Yahudi atau bangsa tertentu, semua orang dari suku bangsa manapun yang percaya kepada Kristus kini dapat menerima keselamatan dan menjadi ahli waris kerajaan surga.

    Alasan kedua untuk memuji Tuhan dalam ayat ke 2 adalah sebab “kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya”. Kalimat ini mengandung sebuah jaminan, bahwa Allah yang kita puji adalah Allah yang setia kepada janji-Nya, janji akan kehidupan kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sehingga sebagai orang percaya pengharapan kita bersumber dari janji Allah yang kekal selama-lamanya. Sebab Allah yang kita percaya dan kita sembah adalah Allah yang hidup dan yang setia dulu, sekarang, dan selamanya. Inilah yang menjadi alasan utama orang percaya untuk memuji Tuhan dan hidup dalam pengharapan kepada-Nya yaitu kasih karunia-Nya melalui karya keselamatan dan janji-Nya akan kehidupan yang kekal. Sebab tidak ada alah-alah lain yang menjanjikan keselamatan selain daripada Allah kita yang hidup.

    .

    .

Dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang ditulis berabad-abad sebelum Tuhan Yesus lahir dan digenapi oleh kelahiran-Nya ke dalam dunia, menjadi bukti bahwa Alkitab adalah firman Allah yang benar. Maka dari itu sebagai orang yang telah menerima anugerah dalam Yesus Kristus dan menjadi ahli waris kerajaan surga, sudah sepatutnya kita memuji Tuhan. Pujian kepada Tuhan tidak hanya kita naikkan melalui kata-kata dan nyanyian, namun juga harus tampak melalui perbuatan yang memuliakan nama-Nya dan pemberitaan Injil. Sebab seperti “amanat agung” yang Tuhan Yesus berikan kepada setiap orang percaya (Mat.28:19-20), salah satu bentuk ucapan syukur atas anugerah keselamatan adalah dengan memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Marilah kita megahkan nama-Nya melalui pemberitaan Injil, sebab Ia layak menerima segala pujian dan pengakuan dari semua suku bangsa. Tuhan Yesus memberkati!  

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

TERSAMBUNG DENGAN ALLAH

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

Yohanes 15:5

.

.

Stop kontak dengan colokan adalah benda yang mudah ditemukan di berbagai tempat seperti di rumah, di sekolah, di perkantoran, dll. Tersambungnya kedua alat tersebut akan menghasilkan nyala lampu yang sangat bermanfaat bagi berlangsungnya seluruh rutinitas manusia setiap hari. Nyala lampu bergantung pada tersambungnya colokan dengan stop kontak. Gambaran ini menjelaskan bahwa hidup manusia yang bergerak, bernafas dan hidup di dunia ini bergantung pada ketersambungan manusia dengan Allah. Ketika manusia sudah tersambung dengan Allah maka ia dapat hidup dan memberi manfaatnya bagi yang lain.

.

.

Yohanes 15: 5 mengekspresikan satu frasa penting yakni ‘Tinggal di dalam’. kata tersebut memperlihatkan bahwa, begitu dalam seharusnya manusia terikat dengan Allah. ‘Frasa tinggal di dalam’ berarti menetap, tempat berlabuh, memperoleh kenyamanan dan bebas berekspresi. Seperti rumah tinggal, walau bagaimanapun di tinggal; pemilik rumah tetap akan kembali ke sana untuk beristirahat dan menikmati suasana bebas dari tekanan di luar.

.

.

Berdasarkan firman Tuhan ini, Tuhan Yesus ingin menekankan kepada murid-murid supaya kendatipun nanti Dia pergi ke surga; mereka tidak berpaling meninggalkan kepercayaan mereka kepada Kristus melainkan berbuah banyak dan melakukan banyak mujizat melalui karunia yang sudah Tuhan percayakan. Tinggal di dalam Allah adalah suatu sikap penuh iman dan menaruh percaya secara utuh kepada Allah. Ketika tinggal di dalam Allah dan Allah tinggal di dalam kita maka kita tersambung dengan Allah; saat tersambung maka kita akan memperoleh dampak positif yang memberkati pribadi kita dan orang di sekitar kita.

.

.

Apasaja yang di peroleh ketika tinggal di dalam Allah/tersambung dengan Allah? Ada 3 hal yang mesti kita ketahui sehingga ‘kita dapat mengakui bahwa tinggal di dalam Allah adalah keuntungan’.

.

.

  1. Berbuah banyak. Seperti pohon yang sudah tertananm kuat akarnya dalam tanah, dia akan bertumbuh baik dan dapat menghasilkan buah. Namun ketika pohon sudah tercabut dari tanah maka pohonnya mati dan hanya menjadi kayu bakar yang tidak dianggap sebagai keperluan penting. Kehidupan kita ketika sudah tersambung dengan Allah, maka roh kudus akan berkarya memperbaharui hidup  dan perilaku kita setiap hari. Melalui pembaharuan Roh Kudus, spiritual kita akan terus bertumbuh dan kita akan berbuah; yang ditunjukkan melalui dampak yang akan kita berikan pada diri kita sendiri dan orang lain.

    .

  2. Tuhan menjawab permohonan/keinginan. Orang tua tahu apa yang dibutuhkan anaknya terlebih Allah sangat tahu apa yang dibutuhkan anak-anak-Nya. Saat kita hidup dalam persekutuan dan terus tinggal di dalam Allah maka hubungan/koneksi kita  dengan Allah semakin erat sehingga setiap kerinduan hati kita yang sesuai dengan Allah akan di jawab melalui pertolongan dari orang-orang yang sudah Tuhan sediakan. Saya pernah menggumuli banyak hal di tahun 2021, seperti uang kuliah dan uang beli laptop. Karena saya dari keluarga yang sangat sederhana, maka hanya bisa berharap dan berdoa kepada Tuhan. Namun kerinduan hati anak-Nya di dengar, yaitu 2022 Tuhan memberikan saya laptop melalui sanak saudara. Itu adalah hal yang sulit untuk di jelaskan namun menjadi sebuah kesaksian hidup sebagai dorongan untuk hidup tersambung dengan Allah

    .

  3. Memperoleh status baru. Biasanya identitas baru akan diberikan kepada seseorang ketika, baru masuk di bangku sekolah, perkuliahan, dll. Pada saat tersambung dengan Allah, maka orang-orang percayapun akan memperoleh status baru dari Allah yakni anak-anak kerajaan surga. Seseorang yang sudah menerima status baru maka, ia memiliki tanggung jawab di hadapan Tuhan yang dibuktikan melalui sikap dan perilaku.

    .

    .

Saudara-saudari yang di kasihi oleh Tuhan, tersambung dengan Allah adalah sebuah keuntungan yang memberi manfaat bagi kita. Karna itu hiduplah tersambung/terkoneksi dengan Allah di dalam doa dan yang dibuktikan oleh pembaharuan sikap setiap hari.

.

.

‘TUHAN ADALAH SUMBER PERMULAAN SEGALANYA SEHINGGA KEUNTUNGAN BESAR KETIKA TERSAMBUNG PADA ALLAH SUMBER HIDUP DAN KEBENARAN’.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

KENAIKAN YESUS KRISTUS KE SORGA

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. (Kis. 1:9)

.

.

Kenaikan Yesus Kristus adalah salah satu dari pemuliaan Kristus setelah kematianNya yang merupakan puncak dari perendahanNya. Pemuliaan Kristus dimulai dari Kebangkitan Yesus, Kenaikan Yesus ke sorga, duduk di sebelah kanan Bapa dan Kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali (Katekismus Westminster pert. 28). Kenaikan Yesus Kristus ke surga dalam pribadi yang memiliki natur Ilahi dan manusiawiNya secara kelihatan naik ke sorga. Dan juga malaikat memberitahu bahwa Kristuspun ketika datang ke dua kali, akan terlihat seperti waktu Yesus naik ke surga. Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang kenaikan Yesus kistus.

.

.

  1. Kristus naik sebagai pribadi yang memiliki dua natur yaitu Allah dan manusia. Setelah pribadi Logos berinkarnasi menjadi manusia, maka natur manusia Yesus akan terus bersatu dengan natur Ilahinya (tidak bercampur), kadua natur tersebut terus bersatu saat lahir, mati, bangkit, naik ke sorga, saat ini, saat Yesus datang kedua kali dan sampai selama-lamanya.
  2. Sesudah Yesus naik ke sorga, duduk di sebelah Kanan Bapa (Secara figuratif artinya kepada Yesus telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi). Ketika Yesus duduk di sebelah Kanan Bapa, Kristus melaksanakan tugas mesianik yakni: 1) Sebagai Raja. Memerintah atas gereja dan seluruh alam semesta; 2) Sebagai Imam. Terus berkarya sebagai perantara kita dan Allah dan terus bersyafaat bagi kita; 3) Sebagai nabi. Kristus melanjutkan karya kenabianNya melalui Roh Kudus. Mengutus hamba-hambaNya dalam berkhotbah, dan menyerukan pertobatan.
  3. Kenaikan Yesus Kristus Kristus ke sorga juga menyatakan bahwa sorga adalah suatu tempat. Bukan sekedar sauna hati atau keadaan.

    .

    .

Ada 3 keuntungan kita dari peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke surge menurut Katekismus Heidelberg: 1) Ia adalah pembela kita di hadapan Bapa-Nya di sorga; 2) Kita akan masuk surga dengan tubuh kebangkitan (bukan hanya roh); 3) Ia mengutus Roh Kudus sebagai jaminan kita lebih lanjut yang oleh kuasa-Nya kita mencari perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah, dan bukan yang di bumi.

.

.

Karena itu kenaikan Yesus Kristus ke surga memberi sukacita yang besar bagi. Kehidupan di dunia hanya sementara. Ada tempat yang jauh lebih indah yang Tuhan sudah siapkan bagi kita. Mari kita mecari perkara yang di atas bukan yang di bumi. Kumpulkanlah harta kita di sorga (Mat. 6:20). Utamakan Kerajaan Allah dan kebenaranNya (Mat. 6:33). Jangan takut dalam kesulitan dan tantangan yang kita hadapi. Jangan tinggal di dalam dosa. Kita memiliki Imam besar Agung yang terus menjadi Imam kita dan bersyafaat bagi kita. Beritakan Injil dan serukan pertobatan. Itu pesan Tuhan bagi kita sebelum nai ke surga. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

BERSATU

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 24:50-53

.

.

Hari ini kita diingatkan kembali sebuah peristiwa yang diakui oleh seluruh dunia, dimana Tuhan Yesus naik ke Surga disaksikan para murid. Seharusnya ini tidak hanya menjadi seremonial saja dalam kehidupan kekristenan kita, tetapi ada pesan baru yang kita dapatkan dari peristiwa itu. Dalam perenunganku tentang Lukas 24:50-53 ini, ada pesan yang Tuhan singkapkan tentang persatuan yang harus selalu terjadi dalam pelayanan dan kehiduapan sehari-hari. Untuk itu, dalam renungan kita hari ini, mari sama-sama kita belajar bahwa kenaikan Tuhan Yesus membawa persatuan dalam kehidupan para murid.

.

.

Ada perbedaan yang besar antara satu dan bersatu atau menjadi satu. Bahkan didalam Kitab Kejadian Tuhan sendiri yang berkata bahwa satu itu tidak baik (Kejadian 2:10). Untuk bisa melaksanakan visi dari Tuhan kita perlu orang lain untuk membantu kita dan dalam melaksanakan visi itu, kita perlu bersatu dengan orang itu. Untuk itu, persatuan adalah hal yang sangat penting dalam kita melaksanakan sebuah visi dari Tuhan. Dalam pembacaan kita hari ini, ada 4 hal yang akan kita pelajari tentang persatuan lewat peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ini:

.

.

Pertama, “lalu Yesus membawa mereka keluar dari kota…”  hal pertama yang akan kita pelajari adalah persatuan yang benar selalu datang dari Tuhan. Tuhan menyatukan para murid kemudian menyertai dan mengiringi hidup mereka, Tuhan Yesus membawa para murid untuk menyaksikan peristiwa yang tidak bisa dilihat oleh banyak orang, hanya orang-orang terpilih seperti mereka-lah yang diijikan Tuhan untuk melihat peristiwa terangkatnya Tuhan Yesus ke Surga. Dan penyertaan Tuhan tidak sampai ketika Dia naik ke Surga saja, sesuai dengan janji Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:15-18 bahwa ada penolong (Roh Kudus) yang akan terus menyerta mereka (dan kita semua). Roh yang akan terus mempersatukan didalam Tuhan.

.

.

Kedua, “…Di situ Ia mengangkat tanggan-Nya dan memberkati mereka.” Dibagian ini kita melihat bahwa Tuhan menyatukan para murid untuk memberkati mereka. Artinya, persatuan yang benar akan mendatangkan berkat, bukan pertikaian.

.

.

Ketiga,  “Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita”. Selain dari penyertaan dan berkat, persatuan juga akan membuat hidup kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan, akan ada ketundukan kepada Tuhan yang membuat kita ingin selalu sujud menyembah-Nya. Ketika kita sujud menyembah Dia, disitulah Tuhan akan memberikan sukacita yang besar dalam hidup kita. Ketika Tuhan mempersatukan para murid, membawa mereka, memberkati mereka hingga mereka sujud menyembah-Nya, Alkitab mencatat mereka pulang dengan sangat bersukacita.

.

.

Keempat, “Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allahdan dibagian keempat ini kita dapat belajar bahwa jika kita bersatu, maka akanmembuat kita mencintai Tuhan dan senantiasa datang ke rumah Tuhan untuk bersekutu bersama sehingga nama Tuhan akan selalu dimuliakan.

.

.

Dari keempat bagian ini kita belajar pentingnya persatuan dalam kehidupan kita, sebagai saudara seiman, yang Tuhan inginkan adalah persatuan. Pelayanan bisa bertumbuhn jika kita bersatu, sebuah rumah akan berdiri dengan kuat jika para pekerja bersatu untuk membangunnya, begitu juga dengan kita dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Kenaikan Tuhan Yesus membawa persatuan didalam kehidupan para murid, dan persatuan itu membuat mereka memiliki kekuatan dan keberanian untuk menceritakan tentang Tuhan Yesus hingga ke penjuru bumi. Sekarang bagaimana dengan kita? Sudahkan kita bersatu untuk pekerjaan Tuhan?

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MENIKMATI HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA

Pembacaan Alkitab : Filipi 4 : 4-9

.

.

“Damai sejahtera Allah, yang melampauhi segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” Filipi 4:7

.

.

Setiap manusia pasti mengharapkan hidup dalam damai sejahtera, namun pada kenyataannya banyak yang tidak dapat menikmatinya. Dalam renungan ini ada 4 cara bagaimana orang percaya dapat menikmati hidup dalam damai sejahtera:

.

.

  1. Bersukacitalah senantiasa (Ayat 4-5)
    Dalam diri manusia tidak ada kesanggupan untuk bersukacita sementara dalam keadaan yang menderita, namun ada sumber yang memberikan kesanggupan, dan itu hanya ada di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang bersumber dari Allah tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar bahkan keadaan fisik atau finansial juga tidak mampu mempengaruhi sukacita ini. Kondisi ini hanya bisa diperoleh melalui hubungan yang berkualitas dengan Allah. Paulus telah menjadi teladan yang luar biasa tentang bersukacita. Kondisi yang seharusnya tidak memungkinkan  untuk bersukacita dia mengalami penganiayaan, pemenjaraan, bahkan ancaman kematian. Namun dia memiliki kehidupan batin yang penuh sukacita dalam Tuhan.

    .

    .

  2. Berhentilah kuatir ( Ayat 6-7)
    Kekuatiran bisa merasuki siapa saja Dan kapan saja, tidak seorangpun yang bisa menduga kedatangannya. Paulus memberikan solusi untuk bisa menghentikan kekuatiran, dalam Ayat 6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Jadi tidak ada batasan untuk mengungkapkan keinginan kepada Allah. Strategi tepat untuk menghentikan kekuatiran adalah membangun komunikasi yang indah dengan Tuhan. Ketika kekuatiran mulai datang yang paling utama adalah menyadari kekuasaan Tuhan Dan kebesarannya. Sehingga pada akhirnya damai sejahtera Allah yang akan memelihara hati dan pikiran dari hal kekuatiran.

    .

    .

  3. Pikirkanlah hal-hal yang terpuji (Ayat 8)
    Orang percaya tidak dapat menghindari informasi yang berkembang begitu maraknya, tetapi orang percaya bisa mengatur pikirannya untuk hanya memikirkan apa yang layak Dan terpuji. Dunia akan terus menawarkan berita-berita yang menarik untuk mengalihkan arah pikiran, tetapi kendali ada pada orang yang bersangkutan. Kekuatan pikiran yang dibangun dari sumber yang benar, akan sanggup mengalahkan segala bentuk kecemasan. Pemikiran yang benar hanya bisa dibangun melalui kebenaran Firman Tuhan.

    .

    .

  4. Hiduplah konsisten (Ayat 9)
    Paulus memotivasi jemaat untuk tetap hidup dalam kebenaran sesuai dengan apa yang telah dipelajari, diterima, didengar, Dan dilihat dari teladan Paulus. Rahasia kehidupan Paulus yang dipenuhi dengan damai sejahtera adalah karena Paulus hidup konsisten dengan apa yang dipercayainya. Kegelisahan, kecemasan, Dan ketidaktenangan hidup, diawali dari ketidaksesuaian keyakinan dan Tindakan.

    .

    .

Jika Kita sebagai orang percaya senantiasa bersukacita, berhenti kuatir, memikirkan hal-hal yang terpuji, Dan hidup konsisten maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai hidup Kita semua. Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Kebangkitan Kristus Memberi Pengharapan

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Ptr 1:3-5

.

.

.

.

 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Ptr. 1:3)

.

.

.

.

Bagaimana jika Kristus tidak pernah lahir ke dunia berinkarnasi menjadi manusia. Bagaimana jika Kristus tidak pernah mati bagi kita menebus kita dari dosa. Bagaimana jika Kristus tidak pernah bangkita? Apa yang akan terjadi pada manusia? Mungkin kitab Taurat diberikan. Petunjuk hidup yang berkenan pada Allah diberikan. Kita bisa berbuat baik. Tetapi apa yang akan menjadi akhir dari kehidupan manusia? Bisakah kita masuk surga dengan semua itu?

.

.

Tanpa Kristus maka tidak ada pengharapan bagi manusia. Kita hidup dalam ketidakpastian. Kita tidak tahu kita akan kemana. Kematian menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Kita seperti anak ayam yang kehilangan induk. Kita kebingungan dan tidak memiliki pegangan.

.

.

Karena itu kita semua membutuhkan Kristus. Tanpa Kristus semua menjadi sia-sia. Melalu kebangkitan Kristus, kita memiliki pengharapan hidup. Kristuslah menjadi alasan sukacita kita, kekuatan kita, semangat kita, dan seluruh pikiran dan tindakan kita.

.

.

Ada 3 hal yang bisa kita lihat dari Kebangkitan Kristus yang memberi harapan:

.

.

  1. Harapan hidup baru (ay. 3). Rasa syukur yang diungkapkan Petrus dalam ayat 3 dilandasi oleh rahmat Tuhan yang memberikan kita kehidupan yang kekal. Pengharapan untuk hidup kekal dimulai dari kelahiran kembali. Dengan Kristus dibangkitkan maka kita semua memiliki kehidupan yang baru. Kelahiran kembali adalah karya Allah (ay. 3) Hal ini dikuatkan juga dalam Yoh. 1:13; Yak. 1:18. Dengan kata lain juga merupakan karya Roh Kudus (Yoh. 3:15); Terjadi melalui firman kebenaran (Yak. 1:18; 1 Ptr. 1:23); Dilahirkan ke dalam kebenaran (1 Yoh. 2:29; 3:9; 5:18); Dilahirkan untuk mengasihi (1 Yoh. 4:7); Dilahirkan untuk mengalami kemenangan (1 Yoh. 5:4); Dan dari sana kita memperoleh pengharapan untuk hidup kekal (1 Ptr. 1:3). Yesus berkata bahwa seseorang yang tidak dilahirkan kembali tidak akan melihat Kerajaan Allah (Yoh. 3:3).

    .

    .

  2. Memperoleh warisan (ay. 4). Kata ‘bagian’ dalam bahasa Yunani klēronomia yang dalam septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) menunjuk pada Tanah Kanaan yaitu Tanah Perjanjian. Tanah yang diwariskkan kepada bangsa Israel yang merupakan milik pusaka. Dalam terjemahan NIV disebut your inheritance yang berarti ‘warisanmu’. Sehingga kita disebut sebagai warga Kerajaan Allah (2 Tes. 1:5). Warisan yang kita peroleh adalah sesuatu tidak dapat binasa yakni tidak bisa dihancurkan atau diporakporandakan; Warisan kita juga adalah sesuatu yang tidak cemar atau tidak najis karena dosa seperti Palestina yang dicemari dengan praktek penyembahan berhala; dan bahkan tidak layu yakni tidak mengalami perubahan dan kebusukan. Warisan ini tentu saja kita peroleh ketika kita masuk sorga.

    .

    .

  3. Dipelihara dalam kekuatan Allah (ay. 5). Kata ‘dipelihara’ yang dipergunakan oleh rasul Petrus adalah frourein yang dalam NIV berarti protected. Kata ini merupakan istilah militer yang menunjuk pada tindakan tentara yang menjaga kota/benteng. Artinya Allah membentengi kita disepanjang hari kita. Secara status kita sudah diselamatkan dalam iman kita kepada Kristus. Tetapi, kita masih ada di dunia. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jadi, selama kita di dunia, kita dimurnikan oleh Allah dalam bentuk ‘pengudusan’. Dalam ‘pengudusan’ ini kita akan mengalami banyak sekali penderitaan. Ayat 6 menunjukkan penderitaan itu. Namun, dibalik setiap penderitaan dan pencobaan yang kita alami, Allah membentengi kita sehingga kita mampu bertahan dan menyelesaikan semua penderitaan kita. Maka benarlah dalam Yoh. 10:27-29 yang menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa merebut kita karena kita berada di tangan Yesus dan Bapa. Siapakah yang bisa memisahkan kita dari Kristus? Anaiya? Pencobaan? Kuasa-kuasa yang terlihat atau tidak terlihat? Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristu (Rm 8:35-39). Karena itu sebagai orang Kristen kita punya kepastian jaminan keselamatan. Bukan karena kita berpikir kita sanggup bertahan tetapi karena Tuhan yang memampukan kita. Saat kita berpikir kita kuat, hati-hati agar kita tidak jatuh (1 Kor. 10:12). Kita jangan berpikir kita kuat. Kita jangan naïf dan berpikir kita mampu menghadapi pencobaan. Sebab tanpa Tuhan kita pasti jatuh.

    .

    .

Kristus sudah bangkit. Kita akhirnya memiliki pengharapan. Titik pengharapan kita dimulai dari Kelahiran kita kembali. Tetapi, itu belum selesai. Allah terus menguduskan kita dengan memperbaiki kehidupan kita sepanjang hidup kita. Namun jangan takut. Allah akan memampukan kita menghadapi semua cobaan dan penderitaan yang kita almi. Karena itu bersandarlah pada Allah. Lakukanlah perbuatan benar sebagai buah dari kelahiran kembali. Jangan takabur dengan berpikir kita mampu tanpa Tuhan sehngga kita jatuh. Ingat janji Tuhan yang merupakan warisan kita dan berbahagialah menantikannya. Paulus berkata bahwa kemuliaan yang kita akan peroleh tidak akan bisa dibandingkan dengan penderitaan yang sekarang kita alami (Rm 8:18). Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Siapakah Yang Boleh Datang Kepada Tuhan?

Ditulis Oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 15:1-5

.

.

Siapakah yang boleh datang kepada TUHAN? Pertanyaan ini lah yang menjadi judul perikop Mazmur 15:1-5, dan pertanyaan ini telah dijawab langsung oleh penulis Mazmur dalam ayat yang ke-2 sampai ayat ke-5. Pemazmur menguraikan bahwa orang yang berkenan kepada Allah adalah yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil, yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat pada temannya, yang tidak menimpakan celaka kepada tetangganya, yang memandang hina orang yang tersingkir (orang yang tidak takut akan Tuhan) tetapi memuliakan orang yang takut akan Tuhan, yang berpegang pada sumpah walaupun rugi, yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba, dan yang tidak menerima suap melawan orang yang tidak bersalah (ayat 2-5).

.

.

Dari daftar kriteria yang telah dijelaskan panjang lebar oleh pemazmur, adakah seorang dari kita yang dengan sempurna memenuhi semua kriteria tersebut? Tidak. Tidak ada manusia yang sempurna tanpa dosa selain Yesus Kristus. Maka dari itu, jelas bahwa kita sebenarnya tidak memenuhi kualifikasi sebagai orang yang layak datang kepada Tuhan yang kudus. Tetapi karena kasih karunia Allah sendiri, Ia mengaruniakan Yesus Kristus sebagai penebus dosa manusia supaya kita dilayakan untuk menghampiri Allah dalam hadirat-Nya yang kudus bahkan hidup bersama dengan-Nya dalam kekekalan. Allah tahu bahwa manusia yang telah jatuh kedalam dosa tidak lagi mampu menjadi kudus dengan usahanya sendiri, maka dari itu Allah menyediakan keselamatan bagi siapa yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

.

.

Apakah ini berarti setiap orang yang telah percaya dapat melakukan apapun sesuka hatinya? Tidak. Sebab percaya kepada Yesus akan diiringi dengan pertobatan dari hidup yang lama, dan pertobatan sejati menghasilkan buah dari keselamatan. Mazmur 15:2-5 bisa menjadi checklist bagi orang percaya, untuk mengevaluasi pertumbuhan rohani masing-masing. Jika kita mencermati kriteria yang dituliskan oleh pemazmur dalam Mazmur 15:2-5 tersebut, kita dapat melihat 4 unsur yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut yaitu perkataan, perbuatan, pikiran, dan sikap hati. Keempat hal ini sejalan dengan perintah Tuhan Yesus untuk mengasihi Tuhan Allah dan sesama manusia (lih. Mat.22:37; Mrk.12:30,33; Luk.10:27).

.

.

Marilah kita senantiasa mengevaluasi diri kita masing-masing dengan checklist yang telah diuraikan oleh pemazmur tersebut. Bukan lagi sebagai ukuran kelayakan masuk surga, sebab kita telah menerima keselamatan dari Yesus Kristus, tetapi untuk mengukur bagaimana kualitas kehidupan kekristenan kita. Jika masih banyak hal yang kita lakukan yang belum sesuai dengan kehendak-Nya, kiranya tidak menjadikan kita rendah diri, melainkan kita harus terus bertekun untuk bertumbuh dalam Kristus. Pemazmur menutup perikop dengan mengatakan bahwa “Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (Mazmur 15:5b).Tuhan Yesus Memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Musuh yang Terakhir

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (1 Kor. 15:26).

.

.

.

.

Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan kita sebagai orang percaya. Kita mengalahkan musuh kita. Nats kita menyebutkan bahwa musuh kita yang terakhir yang dibinasakan adalah maut. Jika maut adalah musuh terakhir yang dibinasakan, maka siapa musuh sebelumnya yang sudah dikalahkan? Dalam konteks bacaan kita, secara khusus dalam ayat 24, dijelaskan bahwa Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah sesudah membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Artinya, bahwa Kristus sebelumnya telah mengalahkan Iblis dan seluruh kaki tangannya (Band. Ef. 6:11-12; 1 Kor. 2:6,8).

.

.

Jika Iblis sudah kalah maka maut juga sudah kalah. Kata ‘dibinasakan’ berasal dari kata Yunani Katargeitai yang berarti “membuat sesuatu menjadi tidak berdampak”. Bentuk kata Katargeitai yaitu present. Dalam bahasa Yuhani, present  adalah tindakan yang dikerjakan saat ini secara terus menerus. Maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa maut sudah tidak berdampak saat ini dan akan terus tidak berdampak sampai pada puncaknya yaitu kebangkitan kita diakhir zaman.

Berdasarkan nats kita, ada dua kemenangan yang kita peroleh.

.

.

  1. Menang terhadap Iblis. Jangan mau terikat lagi dengan kuasa setan. Kita bukan miliknya. Kita adalah milik Kristus dan semua milik Kristus merdeka dari kuasa gelap (Yoh. 8:36). Iblis seperti singa yang mengaum-ngaum yang siap menerkam kita saat lengah. Tetapi kita adalah pemenang karena itu kita melawan Iblis dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:8-9). Sudahkah kita memiliki iman yang teguh?

    .

    .

  2. Kuasa maut tidak berdampak lagi pada kita. Kita masih lemah dan mati suatu saat nanti tetapi kuasa maut tidak bisa berkuasa lagi atas kita. Saat ini kita sudah menang atas kuasa maut. Kita tidak perlu lagi takut kepada maut. Paulus berkata dalam Filipi 1:21. Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Karena kita percaya bahwa saat kita mati, kita akan bersama dengan Kristus di Firdaus. Dan pada saat Yesus datang. Kita dibangkitkan dan diberi tubuh yang tidak fana lagi.

    .

    .

Sebagai pribadi yang sudah menang bersama Yesus dalam kematian dan kebangkitanNya, marilah kita terus membangun persekutuan dengan Tuhan baik secara pribadi maupun berkelompok di rumah, gereja ataupun di tempat lain. Persekutuan bersama Tuhan akan membuat iman kita semakin teguh dalam melawan Iblis.

.

.

Persekutuan kita juga membuat kita semakin mengasihi Tuhan, menjauhkan diri dari dosa dalam bentuk apapun dan dan apabila kita mengalami kematian, itu menjadi titik awal sukacita yang berlimpah yang Tuhan sudah sediakan bagi kita. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

TETAPLAH MENJADI SETIA

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 5:1-11

.

.

.

.

“Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.”

.

Lukas 5:10b

.

.

.

.

Dalam Perikop ini mengisahkan tentang penjala ikan yang Tuhan jadikan sebagai penjala manusia. Ada beberapa Hal yang dapat kita pelajari dari sikap Petrus dalam Perikop ini, bagaimana menjadi pribadi yang tetap setia:

.

.

  1. Taat (ayat 1-7)
    Bagian ini menceritakan panggilan Tuhan Yesus kepada Petrus dan kedua rekannya, Yohanes dan Yakobus. Pada waktu itu, Tuhan Yesus melihat mereka sedang membersihkan jala bersama para nelayan yang lain. Rupanya, semalaman mereka berkerja dengan sia-sia. Mereka tidak mendapat tangkapan sama sekali. Lalu Tuhan Yesus naik ke perahu Petrus dan meminta dia untuk menebarkan jalanya. Sepintas lalu, tidak ada yang salah dalam perintah ini. Tetapi jika kita perhatikan, perintah ini sangat janggal.
    Secara logis, Petrus bisa menolak perintah Tuhan Yesus ini. Dia adalah seorang nelayan, sementara Tuhan Yesus dididik sebagai tukang kayu seperti ayahnya. Tentu saja, Petrus lebih tahu tentang menjala ikan dibanding Tuhan Yesus (ingat, pada waktu itu Petrus belum sepenuhnya tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah). Kemudian, pada saat itu hari sudah terang. Jika malam sebelumnya saja para nelayan tidak mendapat ikan, apalagi siang hari!
    Namun demikian, Petrus tetap saja menuruti perintah Tuhan Yesus. Dia pun bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya, tepat seperti apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Apa yang terjadi? Petrus memperoleh hasil tangkapan yang luar biasa banyak. Sampai-sampai jalanya pun robek! Bahkan ketika teman-temannya datang membantunya, dua perahu mereka hampir tenggelam karena terlalu banyaknya ikan yang didapat.
    Marilah kita belajar dari Petrus, yang taat terhadap apapun arahan Tuhan Yesus walaupun terlihat tidak masuk akal. Tuhanlah yang memiliki pelayanan sehingga Dialah yang berhak menentukan arah pelayanan. Dan hanya Dialah yang mampu menjadikan pelayanan kita berbuah. Hal yang tidak mampu dilakukan oleh manusia.

    .

    .

  2. Selalu berserah kepada Tuhan (ayat 8-9)
    Setelah mendapatkan tangkapan yang begitu banyak, Petrus langsung tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Bahkan dia “mengusir” Tuhan Yesus. Petrus tahu, Orang yang ada di hadapannya itu bukan orang biasa. Petrus tidak layak untuk berdekatan dengan-Nya.
    Tetapi Tuhan Yesus malah berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Ternyata, sikap Petrus itu justru menunjukkan bahwa dia memiliki hati yang benar untuk dibentuk menjadi seorang murid. Pada waktu Samuel memilih Daud di antara kakak-kakaknya, dia berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam. 16:7).
    Betapa kelirunya jika dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita malah membanggakan diri. Ada seorang hamba Tuhan yang pada waktu pertama kali berkhotbah, dia tidak bisa tidur karena takut. Tetapi setelah belasan tahun berkhotbah, dia merasa tidak perlu lagi melakukan persiapan. Seseorang yang begitu senangnya begitu terpilih dalam pelayanan gereja, setelah sekian lama dia merasa biasa dengan pelayanan tersebut. Akibatnya, dia menjauh dari Tuhan. Masih sibuk terlibat dalam pelaynaan, tetapi tidak lagi berdoa dan membaca firman Tuhan. Dan yang lebih sering terjadi, banyak orang tua Kristen yang tidak merasa perlu untuk mendidik anak-anaknya dalam firman Tuhan. Mereka merasa, keterampilan hidup yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka sudah cukup menjadi bekal hidup.
    Jika demikian yang terjadi, jangan heran jika suatu saat mereka jatuh dan tidak dipakai oleh Tuhan lagi. Jangan heran melihat para hamba Tuhan jatuh, tokoh Kristen melakukan hal yang tidak terpuji, atau diri kita yang tidak mampu menjalani panggilan Tuhan dengan setia. Jika hati jauh dari Tuhan, maka Tuhan pun tidak akan mau memakai. Ibaratnya, akankah seorang pemilik perusahaan mau mempekerjakan karyawan yang selalu melawannya?

    .

    .

  3. .Mengikut Tuhan seutuhnya (ayat 10-11)

    Setelah Tuhan Yesus memanggil Petrus untuk menjala manusia, Petrus dan kedua rekannya (Yakobus dan Yohanes) pun langsung meninggalkan segala sesuatunya. Mengapa mereka bisa seperti itu? Karena mereka tahu seberapa tinggi nilai panggilan Tuhan Yesus yang akan mereka jalani. Jika tadinya mereka menjala ikan, demi memenuhi kebutuhan fisik, maka sekarang mereka menjala manusia, sesuatu yang bernilai rohani. Jika tadinya melakukan yang bernilai sementara (bagaimanapun ikan bisa busuk dan pasti habis), maka sekarang mereka melakukan yang bernilai kekal. Dan yang lebih penting lagi, apa yang mereka lakukan sekarang tidak akan pernah sia-sia (seperti hasil tangkapan malam sebelumnya). Dalam Ayat 11 “Mereka meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” ketidak utuhan Hati dalam mengikut Kristus menjadi tembok terbesar bagi setiap orang percaya untuk menjadi tetap setia, jadi jika Kita ingin menjadi Pribadi yang tetap setia Maka ikutlah Yesus secara toralitas.

    .

    .

Kita telah belajar dari Petrus bahwa Tuhan mencari orang yang taat kepada kehendak-Nya, rendah hati karena peka dengan kekudusan-Nya, dan sepenuh hati menjalankan panggilan-Nya sehingga pada akhirnya Tuhan mendapatkan Kita tetap setia.

.

.

Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Dibebaskan dari Hukuman

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Yeremia 31:1-30

.

.

Bagi seorang yang dihukum karena kejahatannya, tidak ada berita yang lebih diinginkan selain berita pembebasan. Tetapi, berita ini bukan hanya pembebasan dari hukuman, tetapi juga pengampunan akan kesalahannya. Diampuni berarti diterima apa adanya. Inilah berita yang disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi Yeremia.

.

.

Bangsa Israel dibuang ke Babilonia oleh Tuhan karena ketidaksetiaan mereka. Bangsa ini dihukum Tuhan sehingga mereka jatuh ke dalam tangan musuh-musuhnya. Di tengah penghukuman mereka, Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya (3). Allah mengampuni bangsa Israel, dan Ia akan menyelamatkan mereka bukan karena apa yang dilakukan oleh mereka, tetapi karena Allah sendiri (7-9). Allah sendirilah yang akan bertindak bagi umat-Nya. Ia akan kembali memberkati umat-Nya sesuai dengan janji-janji-Nya (10-28).

.

.

Berita pengampunan ini bukan hanya bagi bangsa Israel, tetapi bagi setiap manusia hingga saat ini. Allah yang memiliki kasih yang kekal itu adalah Allah yang sama pada masa kini. Ia mau memberi pengampunan kepada setiap manusia.

.

.

Pada akhirnya, setiap orang akan bertanggung jawab atas dosanya (29-30). Mungkin kita tidak sedang ditawan di penjara, tetapi setiap orang yang hidup dalam dosa berada dalam tawanan kegelapan. Di sini Allah menyatakan kasih-Nya kepada setiap manusia. Tidak ada kasih yang lebih besar lagi selain pengorbanan Yesus di kayu salib.

.

.

Tak ada dosa yang terlalu besar sehingga Allah tidak bisa menerima dan mengampuni kita. Apakah kita mau menerima kasih-Nya itu? Respons yang benar adalah membuka diri kepada kasih Yesus dan menerima pengampunan-Nya.

.

.

Bersyukurlah untuk kasih dan pengampunan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sebagai rasa syukur dari orang yang sudah diampuni, kiranya kita makin berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidup dan mau meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini kita lakukan. Mungkin kita tidak langsung berubah total, tetapi dari hari ke hari kita dapat makin menunjukkan ciri manusia baru kita.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email