Sejarah

Awal mula GPSI PKA

        Era delapan puluhan adalah era berkembangnya persekutuan doa termasuk didalamnya wilayah pelayanan GPIB Sumber Kasih Jakarta. Majelis sinode GPIB melihat hal ini sebagai suatu ancaman bagi GPIB, sehingga diterbitkanlah “juklak” yang intinya adalah majelis atau pengurus gereja yang berafiliasi atau ikut dalam persekutuan-persekutuan doa tidak dapat diikut sertakan dalam pemilihan majelis jemaat.  

       Penerapan juklak dirasa tidak adil, hal ini dipandang sebagai upaya untuk menyingirkan pemuka jemaat tertentu saja. Akibatnya, sebagian besar jemaat yang merupakan tenaga potensial dan beberapa Pengurus Harian Majelis jemaat  meninggalkan GPIB Sumber Kasih.  

       Sebagai reaksi terhadap sikap dan tindakan tersebut, maka secara spontan PHMJ (periode 1984-1988) dengan beberapa majelis serta pengurus yang mengalami ketidakadilan tersebut, mengadakan pertemuan untuk mengantisipasi hal tersebut. Mereka kemudian mengambil keputusan untuk membuat suatu wadah yang dapat menampung jemaat yang keluar dari GPIB. Pertemuan ini diadakan pada awal desember 1988 di rumah keluarga Hardy Hendjan di Jl. Karang Tengah Raya no. 62 Lebak Bulus Jakarta selatan.

Rumah Keluarga Hardy Hendjan
 
        Dalam keputusan tersebut ada tiga nama jemaat yang diusulkan masing-masing oleh bapak R.Y. Pello, Bapak L.J Moleong dan ibu H.C. Kuhu untuk wadah yang baru ini. Kemudian disepakati bersama wadah tersebut dinamakan “PANCARAN KASIH ALLAH”.  

        Pada minggu 11 Desember 1988 adalah ibadah perdana bertempat di Gedung Pusat Pengolahan Data (PUSPALAHTA) Departemen HANKAM, Pondok Labu. Hingga pada tanggal 28 Februari 1993 melalui sidang istimewah majelis jemaat maka dari beberapa gereja yang diusulkan oleh tim perumus, diputuskan untuk memilih GEREJA PROTESTAN SOTERIA di INDONESIA yang disingkat GPSI.