Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.
.
.
Pembacaan Alkitab : Mazmur 19:1-15
.
.
.
.
. . . . Allah kita adalah pribadi yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Karena itu banyak orang-orang yang menyangkali kemungkinan pengenalan akan Allah mereka disebut kaum agnostik (Umumnya mereka menolak disebut Atheis karena mereka tidak secara mutlak menolak keberadaan Allah). Namun di sisi lain, kita juga mengakui bahwa Allah yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia itu dapat kita kenal. Menurut James Montgomery Boice, ada 2 kegagalan kita dalam usaha mengenal Allah.
.
.
- Kegagalan kita dalam mengenal Allah adalah ketika kita menggunakan pendekatan yang hanya berlandaskan rasio. Pendekatan ini dapat mengatakan kepada kita hakikat daripada sesuatu (Kita bisa menjelaskan hakikat tentang Allah, Manusia, Keselamatan, dan lain-lain), tetapi tidak dapat mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan.
. - Pendekatan secara pengalaman emosional. Namun, pengalaman hanyalah sementara, mengecewakan dan tidak memuaskan pikiran.
.
.
. . . . Karena itu, untuk memulai pengenalan akan Allah, kita harus dilahirbarukan dahulu. Pikiran kita dibaharui. Selain itu, pengenalan akan Allah terjadi karena Allah menyatakan diriNya kepada kita.
.
.
. . . . Dalam bacaan kita saat ini, pemazmur memberikan kita cara bagaimana kita bisa mengenal Allah. C. S. Lewis menyebut bahwa mazmur ini (pasal 19) adalah puisi teragung dalam kitab Mazmur. Dalam mazmur ini, kita bisa mengenal Allah melalui 2 hal yaitu:
.
.
- . .Melalui wahyu umum (general revelation). Ayat 1-7 Allah menyatakan melalui ciptaanNya. Karya Allah yang agung. Sehingga dengan wahyu umum ini kita dan seluruh manusia di muka bumi mengetahui keberadaan Allah (Band. Roma 1:20). Dari sini kita belajar bahwa benih pengakuan akan keberadaan Allah sebenarnya ada pada diri manusia tetapi mereka, yakni kaum Atheis (Tidak percaya adanya Allah), skeptis (Meragukan keberadaan Tuhan), dan agnotis tidak mau mengakuinya karena membangun argumentasi berdasarkan suatu rasionalisasi yang melayani hati yang berdosa.
.
Melalui wahyu umum kita menyadari bahwa alam ciptaan adalah saksi tanpa kata-kata namun “perkataan mereka sampai ke ujung bumi” (ay. 4-5). Karena itu, kita seharusnya terdorong untuk terus menggali kelimpahan pengetahuan yang tersimpan dalam ciptaanNya untuk bisa lebih mengenal Allah kita. Selain itu, ayat ini mendorong kita agar seharusnya tetap menjaga kelestarian alam kita. Melalui ciptaan Tuhan, kita turut mengambil bagian menjadi saksi kemuliaanNya yang besar.
.
. - . .Wahyu Khusus (special revelation). Ayat 8-11 merupakan wahyu khusus yaitu FirmanNya. Pemazmur (Daud) memberikan penjelasan bahwa Taurat Tuhan adalah sempurna, teguh, tepat, murni, benar, adil, lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu. Artinya melalui firman Tuhan kita mendapatkan sukacita, damai sejahtera, keadilan, kekuatan, bahkan seluruh aspek kehidupan kita, baik suka maupun duka. Harta yang paling mulia dan sukacita yang paling besar adalah Alkitab. Karena itu, apakah kita mencintai firman Tuhan? Apakah kita rindu untuk terus membacanya? Melalui Alkitab kita bisa mengenal Allah dengan benar.
.
.
. . . . Kita melihat di ayat 12 bagaimana pemazmur ketika mengenal Allah dengan benar justru semakin rendah hati. Bagaimana dengan kita? Apakah pengetahuan Alkitab kita membawa kepada kesombongan? Itu adalah kepuasan rasio tetapi belum mengenal Allah dengan benar. Pengenalan akan Allah akan membawa kita kepada kesadaran tentang siapa kita. Perhatikan beberapa hal yang berdampak pada raja Daud dalam pengenalanNya akan Allah dan implikasinya bagi kita.
.
.
- . .Kesadaran akan berkat Tuhan (ay. 12). Kita mampu melihat dan bersyukur dengan berkat apapun yang Tuhan berikan pada kita. Kita juga mampu melihat tantangan, dan cobaan sebagai berkat Tuhan. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, karena pengenalan akan Allah, kita akan bersyukur karena keterlibatan Allah dalam segala aspek kehidupan kita dalam memberikan berkatNya pada kita.
. - . .Kesadaran akan dosa (ay. 13). Ketika Roh Kudus datang, Dia akan menginsafkan dunia akan dosa(Yoh. 16:8). Semakin kita mengenal Allah, kita akan semakin menyadari betapa berdosanya kita. Kita akan semakin mengerti batapa luar biasanya kasih Tuhan pada kita. Kesadaran akan dosa berdampak pada pertobatan bahkan berdampak pada keselamatan. Karena itu umumnya gereja mengakui bahwa pengenalan akan Allah merupakan syarat mutlak dari keselamatan kita (itulah iman). Kesadaran akan dosa akan membuat kita sadar, betapa besar anugerah Allah dalam hidup kita. Hal ini akan mendorong kita untuk semakin mengasihi Tuhan dan melayani Dia.
. - . .Kesadaran adanya perlindungan Tuhan (ay. 14). Tuhan melindungi dari orang jahat. Perhatikan keterkaitan dengan Doa Bapa Kami. “Lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Kalau dalam Perjanjian Lama mereka berperang melawan darah dan daging, dalam Perjanjian Baru mereka berperang melawan roh-roh di udara. Perhatikan bagian akhir dari ayat ini yang merupakan tujuan dari perlindungan dari si jahat yaitu agar tidak bercela dan terbebas dari pelanggaran besar. Dengan kata lain, tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu kita membutuhkan perlindungan Tuhan, baik secara jasmani maupun secara rohani dengan Tujuan agar kita tetap berjalan di jalan yang benar yang sesuai dengan firman Allah. Artinya, ketika kita berbicara perlindungan Tuhan, itu arahnya pada kehidupan kerohanian kita, bukan sekedar terbebas dan terlepas dari masalah. Rasul Paulus menasihati dalam Kol. 3:2 “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi”.
. - . . Kesadaran untuk hidup berkenan pada Allah (ay. 15). Dalam perkataan dan hati yang mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Dengan pengenalan akan Allah, kita akan selalu rindu untuk bertumbuh dalam iman, mencari perkenan Tuhan, mendekatkan diri pada Allah sehingga tepat seperti yang dikatakan oleh rasu Paulus dalam Roma 11:36 “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
.
.
. . . . Saya menutup renungan ini dengan definisi pengenalan akan Allah menurut J. I. Packer:
.
“Mengenal Allah meliputi, pertama, mendengarkan firman Allah dan menerimanya sebagaimana Roh Kudus menafsirkannya, dalam pengaplikasiannya pada diri kita sendiri; kedua, memperhatikan sifat karakter Allah, seperti yang dikatakan oleh firman dan karya-karyaNya; ketiga, menerima undangan-undanganNya, dan melakukan apa yang Ia perintahkan; keempat, mengakui dan bersukacita di dalam kasih yang telah Ia tunjukkan dalam mendekati kita dan menarik kita ke dalam persekutuan ilahi ini.”
J. I. Packer
.
Tuhan memberkati kita. Amin.