Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.
.
.
.
.
Pembacaan Alkitab : Mazmur 3:1-9
.
.
.
.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan … (Roma 8:28). Frasa ‘segala sesuatu’ berbicara tentang apapun yang Allah kerjakan bagi kita. Jika kita melihat konteks ayat 17, 18, dan ayat 26, maka kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang hidup oleh Roh Allah mengalami penderitaan. Sehingga frasa ‘segala sesuatu’ mengarah kepada penderitaan yang sedang di alami oleh orang-orang percaya yang berada di Roma. Walaupun beberapa penafsir sering memutlakkan arti dari frasa ‘segala sesuatu’ namun tetap sependapat bahwa penderitaan adalah bagian dari ‘segala sesuatu’ tersebut. Karena itu penderitaan adalah badai yang kita alami tetapi itu diijinkan Allah untuk kebaikan kita. memberikan kita badai dengan tujuan membentuk kita, memulihkan kita untuk menjadi serupa dengan gambaran anakNya. Bagaimana kita mampu melihat kebaikan di tengah-tengah badai yang harus kita hadapi? Iman akan memampukan kita melihat semua kebaikan dari badai yang kita hadapi. Iman inilah yang membuat raja Daud mampu berdiri teguh di tengah-tengah badai yang harus dihadapi secara khusus dalam pemberontakan Absalom anaknya sendiri (2 Sam. 15). Kesuliatan yang dihadapi Daud adalah …
.
.
- Pergumulan emosional. Daud adalah seorang seniman. Seorang seniman memiliki kesulitan yang paling berat yaitu pergumulan emosioanal. Keuangan, kesengsaraan atau penderitaan fisik, pekerjaan berat adalah pergumulan yang masih lebih baik jika dibandingkan dengan pergumulan emosional. Daud harus menghadapi pergumulan dari dalam yakni anaknya sendiri.
.
- Pergumulan menghadapi kelompok orang (ay. 2). Kesulitan lain yang harus dihadapi adalah adanya kelompok orang-orang yang memberontak. Absalom tidak sendiri. Absalom mengumpulkan semua pengikut-pengikutnya untuk memberontak. Penasihat Daud yakni Ahitofel yang justru memihak Absalom. Simei seorang yang berasal dari keluarga Saul terus menerus mengutuki Daud dengan menyebutnya sebagai penumpah darah atau orang dursila.
.
- Takut jika hidup tanpa Allah (ay. 3). Seorang yang saleh adalah orang yang paling takut berpisah dari Allah. Yesus Kristus mengalami ini saat Dia berseru Allah-Ku-Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Daud tidak takut kehilangan takhtanya. Daud malah pergi meninggalkan takhtanya. Daud tidak takut kehilangan nama dan jabatan. Tetapi Daud takut berpisah dari Allah (Bnd. Mzm. 22:2-3).
.
.
Bagaimana dengan kita? Badai apa yang kita hadapi? Karena itu mari kita belajar bagaimana iman Daud dalam menghadapi badai. Iman yang membuat Daud semakin mengenal Tuhan.
.
.
- Daud memandang Allah sebagai pelindung (ay. 4). Tentu Tuhan melindungi Daud dari Absalom. Bagamana dengan kita? Kita dilindungi Tuhan dari panah si jahat. Musuh kita bukanlah daging dan darah melainkan roh-roh di udara. Allah kehidupan kerohanian kita dan tidak membiarkan Iblis menguasai hidup kita. Perlindungan seperti ini yang kita butuhkan walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa secara jasmani Allah tetap melindungi kita tetapi itu bukan yang utama.
.
- Allah adalah kemuliaan Daud (ay. 4). Iman yang memberikan Daud sikap kerendahan hati yang tidak menempatkan kemuliaannya pada takhtanya atau pada orang-orangnya melainkan pada Allah. Daud dicaci maki dan dihina bahkan meninggalkan takhtanya. Tetapi bukan itulah kemuliaan Daud melainkan Allah. Apakah kita menempatkan kemuliaan kita pada Allah sehingga kemuliaan Allah yang menguasai hidup kita? Kita takut dihina dan dicaci maki. Kita tidak takut direndahkan orang lain. Kita menempatkan kemuliaan kita pada Allah. Dan kemuliaan Allah menjadi tujuan hidup kita.
.
- Allah yang mengangkat kepala Daud. Kepala yang tertunduk berkaitan dengan kekalahan dan rasa bersalah. Maka ketika Tuhan mengangkat kepala raja Daud berarti pemulihan dan keselamatan yang diperoleh raja Daud adalah sebuah keyakinan dan kepastian dari Allah (Band. Ay. 5). Karena itu alangkah indahnya jika dalam kesulitan kita, kita tidak hanya mengenal kesulitan kita tetapi kita juga mengenal Allah kita.
.
.
Iman raja Daud dalam pernyataannya pada ayat 4-5 dibuktikan dengan sikap Daud pada ayat 6-7. Daud bisa tidur dengan tenang saat menghadapi kesulitan hidup dan dengan iman tetap percaya bahwa besok pagi akan bangun dengan kaki yang kuat karena ditopang oleh Tuhan walaupun daud dikepung beribu-ribu musuh.
.
.
Ayat 8 merupakan suatu doa yang lahir dari iman dalam pengalaman bersama dengan Tuhan di masa lampau. Bukan permohonan agar Allah memahami posisi kita karena Dia pasti tahu posisi kita melainkan kita berdoa agar kita bisa memahami Allah. Kita mengenal sifat dan cara kerja Allah dalam hidup kita. Sehingga kita mampu bertahan dalam badai yang kita hadapi.
.
.
Dari perenungan kita kita melihat bahwa kesulitan pasti kita hadapi tetapi Tuhan memampukan kita dan melindungi kita sehingga kita tidak jatuh dalam belenggu kuasa gelap. Kita tetap berdiri kokoh dalam iman dan badai tidak akan pernah mampu memisahkan kita dari kasih Kristus. Sehingga pada ayat 9 kita melihat sebuah kesimpulan dari isi Mazmur 3 ini bahwa tidak ada yang mudah, tidak ada yang instan. Ada harga yang harus kita bayar dalam penyempurnaan kita supaya menjadi seperti Kristus. Iman kita dibentuk dan didewasakan oleh Tuhan melalui pergumulan hidup kita. Dan raja Daud mampu melihat bahwa berkat Tuhan bukan hanya kita rasakan sendiri melainkan semua umat Allah.
.
.
Saya memberikan kutipan yang menarik bagi kita:
Kekuatan Kristen yang sejati lebih terdapat dalam keamanan dan ketenangan pikiran yang berasal dari Tuhan, dalam menahan dan menanti dengan sabar, daripada dalam keberanian nekat yang mengandalkan pedang di tangan.
Matthew Henry
Tuhan bukan tidak sanggup untuk mengubah realitas namun seringkali Dia membiarkan realitas yang tidak menyenangkan kita itu tidak berubah, karena Dia lebih tertarik untuk mengubah dan membentuk kita daripada realitas.
Billy Kristanto.
Kiranya melalui renungan ini, kita akan terus berdiri dengan iman di tenga-tengah badai dan iman kita terus mengalami pertumbuhan melalu penderitaan kita. Tuhan memberkati kita. Amin.