Iman dalam Pengenalan

WhatsApp Image 2022-07-01 at 17.04.18

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel

.

.

Pembacaan Alkitab : Ibrani 11:17-19

.

.

Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. (Ibr. 11:19)

.

.

Saat kita berbicara tentang iman, apa yang ada di dalam pemikiran kita? Iman membawa kesembuhan? Iman membawa berkat? Atau iman membuat doa kita pasti dijawab oleh Tuhan? Iman membuat saya rela mati untuk Tuhan? Iman membuat apa yang saya katakan pasti terjadi? Atau iman akan membuat apapun yang kita rencanakan pasti terjadi? Apa itu iman? Kita akan belajar dari iman Abraham. Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman.

.

.

Ayat 17 menunjukkan iman Abraham yang dicobai. Tentu cobaan di sini bukan untuk menjatuhkan Abraham tetapi untuk terus meningkatkan iman Abraham. Sehingga seringkali cobaan dibedakan dengan ujian walaupun sebenarnya berasal dari kata Yunani yang sama. Karena Tuhan tidak pernah mencobai untuk menjatuhkan. Abraham dicoba dengan meminta Ishak sebagai korban untuk Tuhan.

.

.

Menariknya, penulis Ibrani menekankan bahwa Abraham adalah pribadi yang sudah menerima janji (ay. 17). Ada janji Tuhan yang terlibat dalam pencobaan ini. Dan tentu saja Abraham tidak lupa pada janji ini. Ayat 18 menunjukkan bahwa janji yang dimaksud adalah janji tentang keturunan Abraham yang berasal dari Ishak. Dan Abraham percaya akan janji ini. Sehingga dalam Kej. 22:5, Abraham dengan yakin berkata kepada bujangnya untuk tinggal dan Abraham akan pergi sembahyang bersama Ishak dan akan kembali lagi bersama dengan Ishak.

.

.

Apa yang ada dipikiran Abraham saat itu? Kalau kita hanya membaca kisah ini dalam Kejadian 22, kita hanya bisa menerka-nerka apa yang dipikirkan Abraham. Mungkin Abraham berbohong pada bujangnya supaya tidak khawatir. Mungkin juga kita berpikir bahwa Abraham pasti sudah tahu anaknya tidak akan  mati karena janji Tuhan mengenai Ishak.

.

.

Tetapi penulis Ibrani menjelaskan bahwa ternyata yang ada dipikiran Abraham saat akan mempersembahkan Ishak adalah anaknya pasti akan bangkit kembali. Tentu bukan tanpa dasar Abraham meyakini hal ini. Hal ini terbentuk dari perjalanan panjang iman Abraham sejak Abraham dipanggil Tuhan (Kejadian 12).

.

.

Dari ayat kita saat ini ada dua hal yang kita perlu untuk renungkan.

.

.

  1. Iman Abraham adalah iman dalam pengenalan akan Allah.
    Iman Abraham bukan iman yang membabi buta seperti yang sering dipertunjukkan banyak orang Kristen zaman sekarang. Yang berpikir kemahakuasaan Tuhan tanpa memahami maksud Tuhan. Abraham percaya kemahakuasaan Tuhan dan akan membangkitkan Ishak bukan tanpa dasar. Ishak adalah anak yang dijanjikan dan keturunan Abraham berasal dari Ishak. Karena itu Abraham sangat yakin bahwa walaupun anaknya harus dipersembahkan tentu Tuhan akan membangkitkannya kembali. Abraham mengenal Allah yang tidak pernah lalai menepati janji-Nya. Abraham mengenal rencana Allah dan maksud Allah dengan Ishak anaknya.
    Bagaimana dengan kita? Apakah kita percaya pada kemahakuasaan Tuhan tanpa memahami maksud Allah? Kita berpikir bagi Tuhan tidak ada yang mustahil tetapi kita tidak pernah memikirkan apakah itu semua sesuai dengan maksud Tuhan? Kita mendoakan supaya punya ini dan punya itu, apakah itu sesuai dengan maksud Tuhan? Apakah iman kita semata-mata didorong hanya pada kemahakuasaan Tuhan? Mari kita belajar dari Abraham. Kita kenal Tuhan kita! Kita kenal rencana dan pekerjaan Tuhan kita.

    .

    .

  2. Pemikiran kita tidak sama dengan pemikiran Allah.
    Disatu sisi iman Abraham luar biasa dan mempercayai sungguh-sungguh pada Allah dan rela mengorbankan anaknya. Tetapi pemikiran Abraham tidak sama dengan pemikiran Allah. Abraham berpikir bahwa anaknya akan dibangkitkan setelah dibunuh. Ternyata Tuhan tidak berniat membunuh Ishak dan malah menyediakan seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut pada belukar (Kej. 22:13). Apakah Abraham menduga hal ini akan terjadi? Tidak. Tetapi seperti kata firman Tuhan dalam Yesaya 55:9; seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. Walaupun jika dilihat dalam konteks, ayat ini berbicara mengenai rencana keselamatan dari Tuhan untuk bangsa Israel tetapi pada dasarnya rancangan Tuhan memang jauh lebih tinggi dari rancangan manusia.

    Abraham yang sangat mengenal Allah dan percaya pada Allah pun ternyata memiliki pemikiran yang tidak sama dengan Allah.

    Apa yang kita pelajari dari sini? Pemikiran kita tidak sama dengan Allah. Jangan pernah tertalu mengatur Tuhan dalam doa dan keinginan kita. Tidak perlu kita mendesiain sedemikian rupa bahwa apa yang kita minta dan rencanakan, semua berjalan sesuai dengan pemikiran kita. Tuhan punya jalanNya sendiri dan itu jauh lebih mulia dari apa yang kita pikirkan.

    .

    .

Belajar dari kisah Abraham, mari kita belajar mengenal Allah, pribadi Allah, kehendak Allah, kasih Allah, perbuatan Allah melalui firmannya. Jangan anti dengan doktrin karena doktrin berisi pengajaran untuk kita semakin mengenal Allah melalui firmanNya. Kita tidak cukup berkata bahwa yang penting saya ikut Yesus dan percaya pada Yesus. Itu sudah cukup bagi saya. Iman kita akan menjadi salah jika kita tidak mengenal Yesus secara benar. Kita mengimani kemahakuasaanNya tetapi tidak tunduk pada kehendakNya.

Mari kita tunduk pada kehendak Allah. Sesulit apapun perintah Tuhan, cobaan yang Tuhan ijinkan. Tetapi yang perlu kita lakukan adalah berserah pada Tuhan dan tetap tunduk dan taat pada perintahNya. Karena Tuhan punya rencana kerja yang tidak sama dengan yang kita pikirkan. Dan kita seharusnya bersyukur karena memiliki Allah yang dalam segala sesuatu melampaui logika kita. Kita belajar rendah hati pada Allah dan meminta Tuhan untuk menguatkan kita agar tetap setia dalam keadaan apapun. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

Comments are closed.

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th. . .Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35 . . Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai

Read More »