‘Buta’ Bukan Berarti Rusak

WhatsApp Image 2022-07-05 at 09.55.15

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Yohanes 9 : 1-41

.

.

  Sering kita berpikir dan berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Kita juga berpikir bahwa apa yang kita alami saat ini disebabkan oleh keputusan yang kita ambil di masa lalu. Hal ini tidak terkecuali pada wujud nyata fisik, karakter, mapun pemikiran seseorang. Akan tetapi, sebagian orang juga berpendapat bahwa keadaan kita saat ini juga disebabkan oleh keluarga atau bahkan dosa kita sendiri. Sehingga, banyak dari manusia pada umumnya lebih melihat fisik seseorang dibandingkan dengan hati seseorang.

.

.

Salah satu pengalaman penulis, dimana ketika itu penulis pergi ke sebuah toko serbaguna. Kala itu, penulis hendak membeli sesuatu, namun ketika sampai di kasir ada sebuah kejadian yang mana ada seorang anak kecil dengan pakaian yang kumuh, dengan sebuah ice cream di tanggannya dan hendak membayar. Akan tetapi, bukan anak kecil tersebut yang membuatnya tergganggu, melainkan pelayanan dari sang kasir. Ketika melihat anak kecil itu menyerahkan uang 10.000, sang kasir dengan nada ketus bertanya darimana anak tersebut mendapatkan uang itu. Dengan lembut anak itu menjawab bahwa itu adalah hasil dari ia bekerja hari ini, akan tetapi sang kasir yang merasa tidak percaya langsung mengambil dengan kasar, sedetik kemudian memberikan uang kembalian sembari berkata “Lain kali kalo kasih uang yang bagusan dikit ya, jangan kotor kayak gini”. Hal yang sangat mengecewakan penulis, dimana terlalu banyak orang menganggap sebelah mata ketika bertemu dengan orang yang berpenampilan ‘tidak menarik’.

.

.

Sama halnya dengan yang terjadi dalam Injil Yohanes 9:1-41 ini, respon spontan para murid seringkali sama dengan respon kita ketika melihat orang yang mungkin ‘berkekurangan’ saat itu. Ini semua disebabkan oleh pola pemikiran kita pada umumnya yang beranggapan bahwa, apabila fisik seseorang ‘kurang’ maka ada dosa dari orangtua atau bahkan dosanya sendiri (ay. 2). Namun, respon Tuhan Yesus kembali menyadarkan kita bahwa seringkali yang terjadi belum tentu karena ‘dosa’, melainkan Allah justru memiliki rencana sendiri (ay. 3). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus juga menyadarkan kepada kita bahwa ‘Buta’ bukan berarti kita ‘Rusak’. Karena kita sesungguhnya tidak pernah dapat menyelami pekerjaan-pekerjaan dan rencana Allah dalam kehidupan seseorang, bagian kita hanyalah pada apa dan bagaimana Tuhan Yesus mau untuk kita lakukan. Sehingga kita tidak seperti para farisi yang ‘menghakimi’ orang tersebut dengan sesuka hati.

.

.

Dari kisah tentang orang buta ini kita belajar beberapa hal, yaitu :

.

.

  1. Ketaatan (ay. 7)
    Sering kita berpikir bahwa ketaatan akan terjadi pada saat kita tau apa yang harus kita lakukan. Akan Tetapi, dari kisahini kita belajar bahwa orang buta sekalipun taat ketika Tuhan Yesus menyuruhnya untuk membasuh dirinya di kolam Siloam. Hal ini mengajarkan kita bahwa, ketaatan seseorang dapat kita lihat dari tindakan yang ia lakukan, meski ia mungkin belum memahami apa yang akan terjadi di depan ini. Dan inilah yang perlu kita teladani bersama, bahwa ketika kita tahu segala sesuatu ada alasannya, maka lakukanlah apa yang Tuhan perintahkan meski kita belum tau ‘alasannya’.

    .

    .

  2. Jujur (ay. 11-12, 15, 17, 25-27)
    Karakter selanjutnya yang dapa kita pelajari bersama ialah kejujuran. Dalam kehidupan inikejujuran merupakannsalah satu hal penting bagi manusia. Karena kejujuran dapat mempengaruhi kepercayaan orang lain terhdap kita, dan inilah yang dilakukan oleh orang buta yang disembuhkan ini. Ia menyadari bahwa kesembuhannya adalah hal yangistimewa oleh sebab itu ia tetap mengatakan yang sebenarnya terjadi, tanpa memikirkan tentang pendapat orang lain. Demikian juga kita, ketika kita tahu bahwa Kristus sudah menyelamatkan kita, paka perkatakanlahhal itu kepada orang lain.

    .

    .

  3. Iman (ay.35-38)
    Dan yangterpenting dari semuanya, ialah iman. Iman kita dapat terus bertumbuh jika kita heralar pada sumber yang tepat. Dan inilah yang dilakukan oleh orang buta yang sembuh ini, karena ia sadar Kristus sudah menyembuhkannya maka ia memilih untuk percaya pads-Nya.

Dari kisah ini ita belajar, ‘buta’ rohani lebih berbahaya dibandingkan dengan ‘buta’ fisik. Karena,  buta rohani akan semakin menyombongkan kita sehingga kita tidak mengerti rencana Allah. Tuhan Yesus Menyertai.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

36 replies on “‘Buta’ Bukan Berarti Rusak”

Mantab…👍

Memang manusia selalu melihat apa yg di luar saja bukan apa yg di dalam…tetapi Allah melihat hati kita manusia….Dari dalam hati itu memancar keluar…..sehingga orang dapat menilai dari buah-buah nya.

Memang buta secara fisik itu tidak menjadi jaminan bahwa org buta tsb, hatinya itu juga buta……

Yang berbahaya kalau orang yg tidak buta secara fisik, namun orang tsb buta hati……Maka apa yg di lakukan pasti kegelapan.

So be careful….🙏

Comments are closed.

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th. . .Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35 . . Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai

Read More »