JANGAN LELAH

asdgdfbaf

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Roma 12 : 11

.

.

.

.

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11)

.

.

.

.

Rasa lelah adalah hal yang sangat manusiawi. Setiap orang dapat mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Penyebab kelelahan bisa bermacam-macam, misalnya: karena pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk, karena kegiatan yang dilakukan terus-menerus (rutinitas), atau karena hasil yang diharapkan atas pekerjaan kita tidak kunjung terlihat. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan fisik atau mental. Jika rasa lelah tersebut telah menyerang, maka biasanya semangat untuk melakukan pekerjaan kita menjadi turun, bahkan mungkin hilang.

.

.

Rasa lelah tersebut juga dapat menghinggapi pada saat kita melakukan tugas pelayanan kita. Yesus pun pernah merasakan rasa lelah setelah melakukan pekerjaan pelayanan-Nya. Salah satu contohnya adalah pada peristiwa angin ribut di danau Galilea (Lukas 8:22-25, Matius 8:23-27, Markus 4:35-41). Dengan gamblang sekali Lukas menceritakan bahwa pada saat itu Yesus tertidur. Hal tersebut menunjukkan bahwa Yesus saat itu sedang dalam kondisi lelah, sehingga Ia jatuh tertidur.

.

.

Sebenarnya tidak ada hal yang salah jika kita mengalami rasa lelah. Karena, sekali lagi, hal tersebut adalah sesuatu yang manusiawi. Kita masih hidup di dalam darah dan daging. Hanya saja, jangan sampai kelelahan tersebut membuat kerajinan kita menjadi kendor. Kita tetap harus menjaga roh/spirit kita agar tetap menyala. Nats kita saat ini mengatakan: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

.

.

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor”

.

.

.

.

Ada beberapa hal yang bisa membuat kerajinan kita dalam melayani menjadi kendor. Di antaranya adalah sebagai berikut:

.

.

1. Kelelahan fisik akibat terlalu banyaknya kegiatan (Roma 12:3)

 

Kita harus waspada akan jumlah kegiatan yang kita ikuti, walaupun kegiatan tersebut merupakan kegiatan pelayanan. Seringkali kita terjebak kepada pemahaman bahwa rajin melayani identik dengan banyaknya kegiatan pelayanan yang kita ikuti. Sehingga kita menjadwalkan sebanyak mungkin kegiatan pelayanan untuk dilaksanakan/diikuti.

Padahal, yang dimaksud dengan “rajin melayani” adalah konsistensi dalam menjalankan tugas pelayanan kita. Artinya, kita memiliki kesetiaan terhadap bagian tugas kita di dalam pelayanan dan menjalankannya dengan kualitas yang terbaik (bandingkan dengan Roma 12:3-8)

.

.

Jika kelelahan telah menyerang kita, jalan keluar yang terbaik adalah ambil waktu untuk beristirahat secukupnya dan minta rekan sekerja kita untuk mengambil alih tugas kita. Manfaatkan waktu istirahat tersebut dengan mengintensifkan persekutuan kita dengan Allah, sumber kekuatan kita.

.

.

2. Kekecewaan terhadap rekan sekerja (2Timotius 4:10)

 

Ada saat dimana kita kecewa terhadap rekan sekerja kita. Contoh yang gamblang terdapat dalam surat 2 Timotius 4:10. Di situ Paulus menyatakan kekecewaannya akan Demas, salah seorang rekan sepelayanannya, yang pergi meninggalkan dia. Demas tidak rela menghadapi kemungkinan sengsara bahkan kematian jika ia tetap berhubungan dengan Paulus. Demikian juga pada saat Paulus harus membela dirinya di hadapan pengadilan, tidak ada seorang pun yang membantu dia (ayat 16).

.

.

Namun demikian ia tidak undur dalam pelayanannya. Bahkan ia dapat mengatakan bahwa “… Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya…” (ayat 17). Paulus menyadari bahwa Allah tidak akan pernah mengecewakan dirinya. Allah tetap mendampingi dan menyertainya, walaupun ia ditinggalkan rekan sekerjanya.

.

.

3. Kekecewaan terhadap hasil pelayanan (1 Korintus 15:58)

 

Ada kalanya juga kita tidak memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan kita pada saat merencanakan suatu pelayanan dan kita kecewa akan hal tersebut. Kekecewaan itu dapat membuat kita undur dari pelayanan kita.

.

.

Ada satu motto pelayanan yang cukup baik untuk menghindarkan kita dari kekecewaan semacam itu: “Do your best, and God will do the rest”. Sepanjang kita melakukan yang terbaik di dalam pelayanan kita, Allah yang akan memperlengkapi kekurangannya. Mungkin saat ini kita belum dapat melihat hasil pelayanan kita. Namun, kita dapat berharap bahwa Allah akan memberikan hasil yang terbaik, sesuai dengan kehendak-Nya yang mulia. Bukankah pelayanan yang kita jalani sekarang ini adalah milik Allah?

.

.

“Biarlah rohmu menyala-nyala”

.

.

Untuk menjaga agar roh kita tetap menyala-nyala di dalam pelayanan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

.

.

1. Miliki kasih kepada Allah dan manusia.

 

Menarik sekali jika diperhatikan bahwa perintah untuk menjaga agar kerajinan pelayanan kita jangan kendor, diberikan setelah Paulus menasihatkan agar jemaat di Roma hidup di dalam kasih. Jika pelayanan kita didasarkan atas kasih kita kepada Allah dan sesama yang kita layani, maka semangat pelayanan kita tidak akan menjadi kendor. Kasih adalah kekuatan terbesar dalam menghadapi berbagai tantangan di dalam pelayanan. Oleh sebab itu, milikilah kasih.

.

.

2. Pelihara persekutuan pribadi dengan Allah.

 

Kadangkala kesibukan pelayanan kita justru dapat menjauhkan kita dari Allah. Kita tidak lagi memiliki waktu untuk menjalin dan memelihara persekutuan pribadi kita dengan Allah. Jika hal tersebut terjadi dalam kehidupan pelayanan kita, niscaya kita tidak akan bertahan lama dalam pelayanan. Pelayanan yang kita lakukan akan terasa kering.

.

.

Untuk menjaga agar kasih kita tidak menjadi pudar, kita harus tetap melekat kepada sumber kasih itu, yaitu Allah sendiri. Saat teduh pribadi dengan Allah, disiplin dalam merenungkan Firman Allah dan berdoa, merupakan hal-hal yang akan menjaga kita untuk tetap memiliki persekutuan pribadi dengan Allah. Bagaimana pun kesibukan pelayanan kita, persekutuan pribadi dengan Allah merupakan hal yang paling utama.

.

.

3. Kembangkan kesehatian di dalam tim pelayanan.

 

Sehati, sepikir, sejiwa, merupakan hal-hal yang harus dikembangkan di dalam sebuah tim pelayanan. Dengan adanya kesehatian, akan mudah bagi kita untuk menumbuhkan kerjasama tim, saling membantu, saling mendukung dan menguatkan. Hal-hal tersebut akan sangat dibutuhkan jika ada salah satu anggota tim yang mulai undur dari pelayanan. Dengan demikian, seluruh anggota tim akan tetap memiliki “roh yang menyala-nyala”

.

.

“dan layanilah Tuhan”

.

.

Jadi, mulailah melayani Tuhan dengan dasar kasih. Pelayanan yang sejati muncul dari hati yang dipenuhi oleh kasih kepada Allah dan sesama. Kasih yang diawali dengan kasih Allah yang merelakan diri-Nya menjadi tebusan bagi manusia yang berdosa. Selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email

Comments are closed.

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th. . .Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35 . . Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai

Read More »