Kategori
Uncategorized

Kasih Yang Mengecewakan

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

.

.

Nats :  Yohanes 14:21

.

.

.

.

. . . . .Banyak hal yang terjadi di dalam dunia ini, sering membuat kita merasakan kebahagian dan kekecewaan. Maka ada pepatah yang mengatakan “Hidup ini jangan terlalu bahagia, karena nanti akan kecewa”. Namun, jika dilihat kembali dari sudut pandang duniawi, hal tersebut sering juga terjadi. Karena, kebahagiaan yang terlalu mendominasi akan membuat adanya iri hati, bahkan juga kekecewaan yang pihak yang lain.

.

.

. . . . . Dalam kisah kali ini, diangkat dari sebuah cerita pendek tentang kehidupan satu keluarga. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, anak pertama, kedua, dan ketiga. Orang-orang di sekeliling keluarga ini memberikan sebuah panggilan akrab yaitu “keluarga bahagia”, hal ini dikarenakan lingkungan tempat tinggal keluarga ini selalu melihat bagaimana keharmonisan yang terjadi di dalamnya. Ayah yang selalu bangun pagi hari, bekerja, sembari mengantar anak-anak pergi kesekolah, dan ibu yang juga bangun pagi hari untuk menyiapkan segala keperluan keluarga dan membersihkan halaman. Indahnya kebersamaan dan keharmonisan yang terjadi di dalam keluarga ini nyatanya juga dianggap negatif bagi sebagian pihak. Mereka melihat bahwa keharmonisan keluarga tidak akan selalu berjalan dalam keadaan yang lama, seaakan semuanya abadi. Hingga, terciptalah ide untuk mencari apa penyebab terjadinya keharmonisan dan kebahagiaan yang tidak ada habisnya ini.

.

.

. . . . . Singkat cerita, beberapa pihak yang merasa iri dengan kerharmonisan dan kebahagiaan keluarga ini akhirnya mendapatkan sebuah jawaban. Jawaban yang diceritakan kepada lingkungan sekitarnya adalah sebuah keterkejutan yang besar bagi semua orang. Rahasia terbesar keluarga harmonis inipun akhirnya terbongkar. Keluarga harmonis dan bahagia, kini tidak lagi menjadi baik di mata orang-orang sekitar. Penyebabnya, ayah yang bangun pagi hari dan berangkat kerja, adalah seorang ayah yang lebih mementingkan pekerjaan tanpa melihat kebutuhan akan kasih sayang dari keluarganya, sehingga ayah ini lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di pekerjaan. Sedangkan, kegiatan positif untuk mengantarkan anak-anak pergi sekolah hanyalah sebagai sebuah alasan untuk dapat melihat salah seorang guru di sekolah anak-anaknya, ya perselingkuhan. Di lain sisi, ibu yang terlihat rajin menyiapkan kebutuhan keluarga dan membersihkan halaman adalah sosok seorang ibu yang perfeksionis, ia akan marah kepada anggota keluarganya apabila melakukan pekerjaan rumah tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Namun, kemarahannya tidak ia tunjukkan dengan cara berteriak, atau bahkan memukul, melainkan ia akan memberikan obat penenang/obat tidur di dalam masakan yang ia siapkan untuk anggota keluarga. Pada akhirnya, keluarga yang berpredikat harmonis di awal akan berakhir dengan predikat tragis di akhir.

.

.

. . . . . Dari sini kita dapat belajar tentang apa itu kasih yang sesungguhnya. Dalam Yohanes 3:16, Allah sangat mengasihi seluruh dunia ini sehingga Ia tidak setengah-setengah memberikan atau menyatakan kasihnya bagi manusia. Allah yang adalah kasih menyatakan kasih-Nya dengan memberikan Anak-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa semua manusia. Bukan hanya sampai disitu saja, Ia juga menyatakan kasih-Nya melalui setiap hal yang Ia sampaikan, secara khusus perintah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, yaitu menyampaikan Injil keselamatan bagi orang-orang yang belum percaya (Mat. 28:18-20). Namun, hal ini seringkali dianggap negatif bagi orang Kristen mayoritas.

.

.

. . . . . Banyak kalangan orang Kristen menganggap bahwa kasih kita kepada Allah dapat dinyatakan melalui kata-kata dan perbuatan-perbuatan baik kepada semua orang, sehingga sadar atau tidak kita seringkali mengabaikan perintah yang justru Tuhan ingin agar kita melakukannya. Pemberitaan Injil banyak dianggap hanya sebagai bagian dari kaum rohaniawan (Misionaris, Gembala, dan Pengerja Gereja) saja, sedangkan untuk umat Kristen yang bekerja diluar rohaniawan hanya perlu berperilaku baik di depan banyak orang. Di satu sisi hal itu bukan menjadi hal yang buruk, namun tidakkah kita melihat bahwa satu perintah utama yang Allah berikan dan pernyataan kasih yang kita ungkapkan kepada-Nya berjalan tidak beriringan. Dan bukankah hal itu menjadi kekecewaan besar bagi Allah?

.

.

. . . . . Kekecewaan terbesar kita adalah ketika orang lain tidak melakukan apa yang kita minta, sehebat dan sebaik apapun mereka mengerjakan hal lain, namun jika hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita mau pasti akan kecewa. Demikian juga Allah, bukankah dengan mengabaikan perintah-Nya itu sama saja kita mengecewakan-Nya? Karena itu, marilah kita sebagai orang Percaya yang berkata bahwa “Aku Mengasihi Allah” bukan hanya mengucapkan hal itu, melainkan juga melakukan apa yang menjadi perintah-Nya, terlepas dari apapun profesi kita. Banyak orang yang masih hidup dalam kebutaan rohani dan kematian kekal, apabila kita sebagai orang percaya tidak menyampaikan Injil keselamatan kekal itu bagi mereka. Menyampaikan Injil bukan saja dari perbuatan, perlu adanya pernyataan atau penjelasan langsung tentang sebab dan akibat dari keselamatan kekal yang Allah berikan itu. Karena, kita tidak akan bisa mengasihi sesama manusia apabila kita tidak menyatakan kasih itu dan melakukan kehendak mereka, demikian juga kepada Allah.

.

.

. . . . . Hubungan yang intim dengan Allah merupakan tanda pernyataan kasih kita kepada-Nya, karena dari hal tersebut kita dapat mengerti akan kehendak-Nya dalam kehidupan kita. Akan tetapi, melakukan perintah-Nya adalah bukti dari kasih kita kepada-Nya. Jangan sampai kasih kita kepada-Nya menjadi kasih yang justru mengecewakan-Nya. Karena kebahagiaan yang sesungguhnya ialah ketika kita melakukan kehendak dari Pribadi yang kita nyatakan sebagai Pribadi yang kita kasihi.’

.

.

“Love is about action, not just enough words”

.

Tuhan Yesus Menyertai

.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Lainnya