Categories
Uncategorized

YESUS KRISTUS BERDAULAT ATAS ALAM

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mrk. 4:35-31

.

.

.

.

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu:”Diam! Tenanglah!” lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali (Mrk. 4:39)

.

.

.

.

Berita tentang bencana alam, kecelakan kendaraan sangat ramai di media masa kini. Hal itu dapat memberi rasa takut yang berlebihan bagi orang-orang tertentu namun tidak sedikit dari kita yang juga menjadi takut saat berada dalam kendaraan seperti pesawat bahkan mobil. Tsunami, banjir, gunung meletus, bahkan penyakit membuat kita menjadi takut. Karena itu, bagaimana jika kita kita berada dalam kondisi takut?

.

.

Ayat yang menjadi perenungan kita saat ini merupakan jawaban atas rasa takut kita. Mari kita melihat latar belakang kisah ini. Suatu hari Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk menyebrangi danau Galilea. Saat itu, terjadi topan yang dahsyat. Berdasarkan Matius 8:24, perahu tersebut ditimbusi atau dikubur oleh gelombang. Artinya mereka benar-benar sedang dalam bahaya maut.

.

.

Jika kita mempelajari kondisi alam danau Galilea tersebut, kita akan menemukan bahwa danau ini terletak diantara dua bukit yang di tengahnya terbentuk suatu lekukan ke dalam. Kondisi ini tentu memberikan kesimpulan bahwa topan yang datang mengamuk ini adalah gejala alam. Namun, gejala alam kali ini berbeda. Kemungkinan ada campur tangan Iblis di dalamnya. Kita bisa melihat campur tangan Iblis atas gejala alam juga dalam Ayub 1:18-19. Setidaknya kita punya 3 mengapa Iblis terlibat dalam gejala alam ini. Kata “menghardik” berasal dari kata Yunani epitimao, biasanya digunakan untuk untuk mengatasi Iblis (1:25; 8:33). Namun hal ini bukanlah suatu kepastian.

.

.

Beberapa murid adalah nelayan yang terbiasa dengan danau tersebut tetapi rasa takut ini menunjukkan bahwa ini bukan topan biasa. Sehebat-hebatnya mereka sebagai nelayan, mereka tetap tidak mampu menolong diri sendiri dalam kondisi tersebut.

.

.

Dalam kondisi mencekam ini, Yesus sedang tertidur. Mungkin kelelahan karena seharian pelayanan. Kondisi ini membuat para murid sangat ketakutan karena sebentar lagi mereka akan tenggelam. Lalu mereka membangunkan Yesus dan Yesus menghardik topan dan danau menjadi teduh sekali.

.

.

Kita mungkin pernah dalam kondisi yang mirip walaupun tidak sedahsyat itu dan kita merasa ketakutan. Tetapi dari apa yang Yesus lakukan ini, kita belajar 5 hal yaitu:

.

.

  1. Berserah pada Allah dalam kondisi apapun. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hadapan kita. Kehebatan kita, harta kita, kecerdasan kita, belum tentu akan mampu untuk menolong kita dalam berbagai situasi.

    .

    .

  2. Yesus berdaulat atas alam. Jika Tuhan belum berkenan untuk memanggil kita, sekalipun bahaya maut yang besarpun, tidak akan bisa mengambil nyawa kita. Tuhan mampu meredakannya. Tuhan mampu mengendalikannya.

    .

    .

  3. Allah terkadang terlihat lambat tetapi pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya.

    .

    .

  4. Tuhan mampu memelihara kita dalam keadaan apapun. Alkitab mengatakan dalam Mat. 10:29-31. Seekor burung pipit yang tidak berhargapun tidak akan jatuh ke bumi di luar perkenan Tuhan. Apalagi kita yang lebih berharga dari burung pipit.

    .

    .

  5. Takut yang berlebihan terkadang membuat iman kita terselimuti oleh rasa takut sehingga iman kita tidak menonjol.

    .

    .

Karena itu, saat kita menghadapi situasi yang sulit, datanglah pada Yesus. Jangan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Percayalah pada Allah bahwa Allah berdaulat atas alam dan terutama atas hidup kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita semuanya dalam rancangan Allah untuk membuat kita bertumbuh, semakin mengenal Allah, semakin mengasihi Allah dan semakin bergantung pada Allah. Tuhan memberkati kita. Amin.

.

.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Perjuangan Mengasihi

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Amsal 14:21-35

.

.

Mengasihi sesama bukanlah perkara mudah. Sering kali kita terjebak oleh berbagai pengertian dan pengalaman pribadi sehingga kita menjadi terhalang untuk mempraktikkan kasih Allah kepada sesama.

.

.

Kali ini Amsal menunjukkan pentingnya mengasihi sesama (21). Mengasihi sesama bukan masalah perkataan, melainkan tindakan yang didasari oleh kebaikan hati (22-23). Mengasihi sesama adalah bagian dari ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, jika kita menghina dan berbuat jahat kepada sesama, itu berarti kita berdosa di hadapan Allah. Bukan hanya mengasihi dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan yang sangat memerlukan perjuangan. Mengasihi dengan tindakan adalah perjuangan yang tidak sia-sia, melainkan mendatangkan keuntungan bagi kita dan sesama.

.

.

Kita tidak mungkin hidup sendirian di dunia ini. Kita membutuhkan dan dibutuhkan oleh sesama kita. Allah menempatkan kita di tengah dunia ini untuk menyatakan kasih dan karunia-Nya. Tentu, kasih ini harus dirasakan secara nyata oleh manusia, khususnya yang belum mengenal Allah. Untuk itu, diperlukan hikmat Allah agar kita dapat mengasihi sesama dengan benar.

.

.

Hikmat Allah hanya ada dalam diri orang yang takut akan Allah. Takut akan Tuhan menjadi sumber dan dasar kehidupan dan perlindungan yang tenteram (26-27). Dengan adanya kesabaran dan kerendahan hati kita dapat mengasihi sesama (29-30). Dengan hati yang takut akan Allah, kita dimampukan untuk merencanakan kebaikan bagi sesama dengan penuh kesabaran, sikap hati yang penuh kerendahan hati, dan belas kasihan. Hikmat Allah akan memampukan kita mempraktikkan kasih Allah dengan benar kepada sesama.

Mengasihi adalah sebuah tindakan yang membutuhkan perjuangan besar: perjuangan untuk melawan dosa dan perjuangan untuk menaati Allah. Jika kita masih sulit mengasihi sesama dengan benar, rendahkanlah hati kita dan berdoalah kepada Allah. Mintalah hikmat Allah agar kita mampu mengasihi sesama dengan benar sesuai kehendak-Nya. Amin. TYM.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

IMAN YANG MEMULIHKAN

Pembacaan Alkitab : Matius 9:1-8

.

.

Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Dia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Mat. 9:2)

.

.

Iman bukan lagi menjadi istilah yang asing bagi kekristenan. Bahkan segala mujizat dalam Alkitab seringkali dikaitkan dengan iman. Dalam bacaan kita saat ini kita akan membicarakan seorang lumpuh yang mendapatkan mujizat kesembuhan. Kita seringkali akan menyoroti mujizat yang terjadi dalam kisah ini. Kita akan memikirkan bagaimana cara agar kita pun bisa mengalami mujizat yang sama. Yesus tidak pernah berubah. Itu yang ada dipikiran kita. Kita melupakan esensi dari kisah ini dan apa pesan Tuhan buat kita. Karena itu kita akan mencoba memahami sedikit tentang mujizat. Menurut Richard L. Purtill, mujizat adalah sebuah peristiwa dimana di dalamnya Allah secara temporer membuat perkecualian terhadap aturan-aturan atau hal-hal yang bersifat natural untuk menunjukkan bahwa Allah sedang bekerja. Sederhanyanya adalah Tuhan membuat perkecualian terhadap hukum-hukum alam. Maka kita harus bisa membedakan antara mujizat dan pemeliharaan Tuhan.

.

.

Jika kita membaca keseluruhan Alkitab maka kita akan menemukan banyak sekali mujizat sejak zaman Perjanjian Lama. Tetapi jika kita meneliti lebih dalam lagi, hanya ada 3 titik terjadi mujizat yang sangat banyak.

.

.

  1. Musa dan Yosua (Taurat)
  2. Elia dan Elisa (Nabi)
  3. Yesus Kristus dan para rasul (Injil)

Selain tiga titik ini, Allah tidak melakukan banyak mujizat bahkan Yohanes pembaptis tidak melakukan satupun mujizat (Yoh. 10:41). John Stott menyatakan bahwa tujuan utama dari mujizat-mujizat adalah membuktikan atau mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu atau penyataan. Karena wahyu atau penyataan sudah dikanonkan maka mujizat yang sangat banyak sudah tidak diperlukan lagi. Kita mempercayai bahwa disepanjang zaman, Tuhan selalu membuat mujizat tetapi tidak akan melebihi 3 titik tersebut. Maka, kita perlu menguji kembali mujizat yang sangat banyak yang terjadi di zaman ini.

.

.

Teks kita memberitahukan ada 4 orang (Mrk. 2:3) yang berjuang untuk mendapatkan Yesus membawa seorang lumpuh pada-Nya bahkan sampai naik ke atap rumah dan menurunkan orang lumpuh tepat di hadapan Yesus. Mat. 9:2 menjelaskan bahwa Yesus melihat iman mereka. Iman mereka dibuktikan dengan berjuang untuk menjumpai Yesus sekalipun itu sangat sulit. Karena mereka sadar hanya Yesus yang bisa menyembuhkan sahabat mereka ini.

.

.

Apa yang Yesus lakukan saat melihat iman mereka? Yesus mengampuni dosa orang lumpuh tersebut. Kita tidak tahu pasti mengapa orang ini lumpun tetapi dengan Yesus mengampuninya dahulu maka itu bisa merupakan indikasi bahwa dia lumpuh karena dosa. Lalu ayat 6 Yesus menyembuhkan orang lumpuh tersebut untuk membuktikan bahwa Dia sebagai Anak Manusia adalah Allah. Maka kita menemukan esensi dari kisah ini yaitu Yesus yang adalah Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa. Hal itu dibuktikan dengan pemulihan orang lumpuh dari sakit karena dosanya.

.

.

Karena itu mujizat yang Yesus lakukan untuk membuktikan siapa Dia. Yoh. 20:30-31 menjelaskan bahwa tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inji Yohanes selalu mencatat mujizat dengan pesan dari mujizat tersebut. Saat Yesus memberi makan 5000 orang Yesus berkata bahwa Dia adalah Roti Hidup. Saat Yesus membangkitkan Lazarus, Dia berkata bahwa Dialah Kebangkitan dan Hidup.

.

.

Maka inti dari mujizat Yesus adalah Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Pertanyaan buat kita: Apakah kita membutuhkan mujizat untuk percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup?

Maka dari sini kita belajar bahwa dalam keimanan kita, Yesuslah yang menjadi arah dan tujuan iman kita bukan mujizat. Jika kita percaya Yesus hanya karena mujizat, hati-hati! Jangan sampai kita ditolak-Nya (Yoh. 2:23-25).

.

.

Dari teks yang kita pelajari bahwa orang lumpuh dipulihkan secara rohani dan jasmani maka iman kita kepada Kristus akan memulihkan kita juga. Memulihkan kita secara rohani. Dengan iman maka dosa kita diampuni; dengan iman maka kita dipulihkan dari segala bentuk kuasa didunia ini;  dengan iman kita dikuatkan di tengah-tengah kesukaran kita. Kita bisa mengalami mujizat tetapi bisa juga tidak. Itu tidak menggoyahkan iman kita. Kita bisa sembuh dari sakit tetapi bisa juga tidak sembuh. Itupun tidak menggoyahkan iman kita. Karena yang Tuhan pulihkan adalah jiwa kita, memurnikan kita dan menyempurnakan kita.

.

.

Maukah kita datang pada Yesus saat kita jatuh ke dalam dosa memohon pengampunan-Nya? Maukah kita datang menjumpai Yesus saat kita sibuk dengan pekerjaan? Maukah kita datang pada Yesus saat banyak hal menghalangi kita untuk menjumpai Kristus? Iman kita akan teruji disana. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Harta atau Kebenaran?

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Amsal 11:1-15

.

.

.

.

Ada lagu Sekolah Minggu yang liriknya: “Apa yang dicari orang? Uang. Apa yang dicari orang siang malam pagi petang? Uang. Uang, bukan kes’lamatan, bukan Yesus.” Lagu itu mengingatkan kita bahwa banyak orang lebih memprioritaskan harta benda daripada nyawa, kebahagiaan sejati, atau bahkan keselamatan.

.

.

Dalam Amsal tertulis, “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut” (4). Kebenaran itu jauh lebih penting daripada harta. Banyak orang berpikir bahwa sumber kebahagiaan adalah harta, padahal harta hanyalah salah satu sarana. Demi harta, orang bisa menghalalkan segala cara, berlaku tidak jujur sehingga merusak kehidupan dan persaudaraan. Mereka kurang menyadari bahwa kejujuran bisa menolong mereka karena ada kebenaran di dalamnya (6).

.

.

Ada banyak pasangan dan anak yang kesepian dan tidak bahagia karena suami, istri, atau orang tuanya sibuk bekerja mengejar harta. Bahkan, ada anak-anak yang terjerat narkoba dan pergaulan tidak baik karena merasa diabaikan oleh orang tua mereka. Sementara itu, orang tua tidak menyadari bahwa mereka telah salah memilih prioritas hidup. Mereka terjebak dalam rutinitas yang kadang tidak disadari telah merusak keluarga, bahkan dirinya sendiri.

.

.

Saat ini kita diingatkan untuk menyadari semua itu dan menentukan pilihan kita: harta atau kebenaran? Orang bisa bahagia bukan karena harta, tetapi karena kebenaran. Ada pun kebenaran diperoleh dari iman kepada Tuhan Yesus dan dari firman-Nya. Dari iman, kita percaya kepada Tuhan Yesus Sang Jalan dan Kebenaran dan Hidup (lih. Yoh 14:6). Dalam iman ada tuntunan Roh Kudus yang menolong kita memilih dan menetapkan pilihan-pilihan yang benar, yaitu pilihan yang diperkenan Tuhan. Dalam pengetahuan akan firman Tuhan, jalan-jalan hidup kita akan menjadi terang.

.

.

Mari kita bersyukur karena memiliki dan dimiliki Tuhan Yesus, apa pun kondisi hidup kita kini, miskin ataupun kaya. Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya. Teruslah memprioritaskan dan melakukan kebenaran! [TYM]

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

KESETIAAN DI DALAM KRISTUS

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yohanes 10:27-29

.

.

.

.

 

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. (Yoh. 10:27)

.

.

Setia menurut KBBI berarti berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya). Kesetiaan bisa kita temukan pada pasangan baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Kesetiaan didasarkan pada janji dan cinta yang terjalin. Karena itu setia bukan hanya sekedar berpegang teguh tetapi ada cinta di dalam ikrar kesetiaan itu. Berdasarkan bacaan kita, kita akan melihat kesetiaan Tuhan dalam hidup kita dan bagaimana kita menyikapi kesetiaan Tuhan.

.

.

Bagaimana Tuhan setia pada kita?

.

.

  1. Dia mengenal kita (ay. 27). Bangsa Israel adalah domba-domba Allah dan kita adalah Israel secara rohani yang merupakan domba-domba Allah yang Yesus kenal. Seperti apa pengenalan Yesus terhadap kita? William Hendriksen menjelaskan bahwa kata mengenal berasal dari kata Yunani ginosko yang berarti pengetahuan/pengenalan dari pengalaman dan dari persekutuan yang penuh kasih. Herman N. Ridderbos dalam tafsirannya mengenai injil Yohanes menjelaskan bahwa mengenal (pengetahuan Allah) berarti bahwa Ia mengambil orang banyak ke dalam persekutuan-Nya, peduli dengan nasib mereka, memilih mereka sebagai milik-Nya, masuk ke dalam hubungan pribadi dengan mereka dan memanggil mereka ke dalam pelayanan-Nya. Artinya bahwa dalam pengenalan Yesus pada domba-domba-Nya, ada penerimaan, kepedulian, dan kasih yang terlibat di sana.
    Maka sebagai pribadi yang mengenal kita, Yesus menerima keadaan kita. Mungkin kita menyadari bahwa kita adalah orang yang sangat berdosa; tetapi Yesus yang mengenal kita, menerima apapun keadaan kita. Kita bukan hanya diterima tetapi Yesus sangat peduli terhadap kita dan mengasihi kita.

    .

    .

  2. Yesus memberikan hidup kekal (ay. 28). Kesetiaan Tuhan juga ditunjukkan dengan jaminan pemberian hidup yang kekal. Hal itu dikuatkan dengan kalimat bahwa kita pasti tidak akan binasa selama-lamanya. Sehingga ketidakbinasaan domba-domba Kristus adalah sebuah kepastian. Jika kita masih bisa binasa, maka keselamatan itu tidak pasti. Jika kita masih bisa binasa, maka ayat ini salah dan harus kita tolak. Faktanya adalah Yesus benar-benar menjamin keselamatan kita.
    Mungkin kita meragukan keselamatan kita, apalagi saat kita berdosa. Mungkin kita terperangkap dengan keinginan daging. Mari kita datang pada Kristus memohon pengampunan-Nya dan kemampuan untuk hidup benar. Kita sudah diberikan jaminan, jangan terpuruk dalam ketidakberdayaan.

    .

    .

  3. Berada di tangan Yesus (ay. 28). Dalam pasal ini, Kristus sedang menjelaskan bahwa Dia adalah gembala yang baik dan ada juga gembala yang jahat yang Yesus sebut pencuri. Artinya ketika Yesus berkata bahwa kita berada di tangan Yesus, menunjukkan perlindungan Kristus dari usaha perebutan oleh pencuri tersebut. Karena itu maka arti dari berada di tangan Yesus adalah perlindungan Yesus. Keselamatan domba-domba dijaga oleh Kristus. Begitu juga dengan keselematan kita. Kristus melindungi kita dari kuasa apapun yang mengganggu keselamatan kita. Maka dengan tepat Paulus menjelaskan dalam Roma 8:37-39 “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

    Selain kuasa, ada juga hal-hal lain yang ingin mengganggu keselamatan kita seperti Roma 8:35 yaitu penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, bahkan pedang. Tetapi kita berada dalam tangan Kristus. Semua itu tidak mempengaruhi keselamatan kita. Kita tetap setia karena kita lebih daripada pemenang.

    .

    .

  4. Berada di tangan Bapa (ay. 28). Kristus mendahului perlindungan kita di tangan Bapa dengan menekankan bahwa Bapa lebih besar dari segalanya. Maka ini menjadi pernyataan paling kuat Kristus tentang perlindungan Tuhan terhadap keselamatan yang Tuhan janjikan terhadap kita. Apakah ada yang lebih berkuasa dari Bapa? Maka kita perlu merenungkan lebih mendalam. Apakah ada kuasa yang mampu mengganggu keselamatan yang Tuhan berikan pada kita jika kita berada di tangan penguasa dan mahakuasa?

    .

    .

Itulah kesetiaan Allah. Kita domba yang lemah, tidak berdaya, sering menyakiti hati Tuhan. Tetapi Tuhan mengenal kita karena itu Tuhan menjanjikan keselamatan kita.

.

.

Bagaimana kita menyikapi kesetiaan Tuhan? Kita juga harus setia. Setia bukan sekedar rajin ke gereja, rajin berdoa, rajin baca Alkitab. Setia berarti kita terus mengasihi Kristus apapun yang terjadi dalam hidup kita.

.

.

Kesetiaan kita akan terlihat dengan:

.

.

  1. Kita mengenal Kristus (ay. 27). Mengenal berarti mengasihi. Apakah kita sudah mengasihi Kristus? Karena itu mengenal bukan sekedar tahu tentang Kristus tetapi kita tahu, kita mengagumi, kita mengasihi, kita menghormati Kristus. Itu cara kita mengenal Kristus.

    .

    .

  2. Mengikut Yesus (Ay. 27). Mengikut Yesus bukan berarti Kristus kemana maka kita ke sana. Mengikut Yesus berarti meneladani Kristus dan memiliki pengalaman bersama Kristus. Kristus memberikan 10 hukum dan melakukannya. Kita juga demikian. Kristus mati untuk kita maka kita juga memberikan hidup kita untuk Kristus. Apa yang disukai Kristus kita sukai dan kita terus mengalami sukacita bersama dengan Kristus.

    .

    .

Mari kita terus setia pada Kristus. Domba Kristus pasti setia. Apabila kita akhirnya tidak setia dan tak pernah kembali, itu pertanda kita pada dasarnya bukanlah domba Kristus.

.

.

Domba Kristus sudah dilahirbarukan, diberikan perlengkapan senjata rohani dalam mengalahkan Iblis, dan dilindungi oleh Tuhan maka kita pasti setia. Apabila sekarang kita berada diposisi yang gagal, kita berdosa dan bahkan meninggalkan Kristus karena sebelumnya kita tidak benar-benar mengenal Kristus, Kembali ke jalan-Nya karena jika kita tidak setia, Dia tetap setia (2 Tim. 2:13). Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Orang Bodoh yang Terbelenggu

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Amsal 7 : 6-27

.

.

.

.

Secara sederhana, belenggu adalah sesuatu yang dipakai untuk mengikat seseorang. Belenggu biasa digunakan oleh orang-orang yang melakukan suatu kejahatan agar dia tidak dapat melarikan diri. Dengan demikian, terbelenggu merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak bebas karena kaki atau tangannya sedang terikat oleh sesuatu.

.

.

Penulis Amsal menggambarkan anak muda yang menikmati dosa perzinaan seperti orang bodoh yang terbelenggu (21). Mengapa disebut bodoh? Karena mereka dengan sengaja menghampiri godaan tersebut (7-8). Kita tidak tahu apa motifnya, namun yang jelas anak muda lugu itu sedang menjerumuskan dirinya sendiri. Apalagi, si perempuan licik tersebut bukan sosok yang mudah menyerah. Dia menggunakan berbagai trik dan rayuan mautnya, sehingga anak muda bodoh tersebut akhirnya jatuh ke dalam godaan (10-21).

.

.

Bahkan, Amsal menyebut anak muda itu seperti lembu yang akan dibawa ke pejagalan (22), seperti burung yang masuk perangkap, namun tidak sadar hidupnya sedang terancam (23).

.

.

Penulis Amsal dengan serius menasihati agar anak muda tidak masuk dalam perangkap perempuan tersebut (25). Pasalnya, banyak orang yang telah mati dibunuh dan akhir dari semua itu adalah masuk ke dalam dunia orang mati (26-27).

.

.

Senada dengan Amsal, Rasul Paulus juga pernah menulis hal serupa dalam Roma 6:15-23. Paulus menuliskan tentang kemerdekaan seorang anak Tuhan, yaitu ketika terbebas dari belenggu dosa. Satu-satunya yang dapat membebaskan dari belenggu dosa adalah Tuhan Yesus Kristus.

.

.

Selama masih hidup, kita akan menemukan “perempuan-perempuan” licik seperti itu. Jangan terjebak! Penulis Amsal telah mengingatkan kita akan konsekuensi-konsekuensinya yang sangat mengerikan. Bersyukur kita mengenal Yesus Kristus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Oleh karena itu, akuilah bahwa kita adalah anak muda bodoh yang terbelenggu. Kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk melepaskan diri kita dari belenggu dosa yang menjerat kita. (TYM)

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MENGAPA ORANG KRISTEN DIBENCI?

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yohanes 15:18-27

.

.

Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih tinggi dari pada Tuannya. Jikalalu mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu. Jikalau mereka telah menuruti Firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.” (Yoh 15:20).

.

.

.

.

Kebencian adalah hasrat menggelora yang membangkitkan rasa ketidak-sukaan, permusuhan atau antipati terhadap seseorang atau sesuatu hal. Kristus memperingatkan para pengikut-Nya tentang kebencian yang pasti akan mereka alami di dunia ini. Sebab “Jikalau mereka telah mengan Loiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.”Kristus berbicara mengenai hal ini dengan maksud, supaya para pengikut-Nya bersiap sedia menghadapinya, sebab Dia sendiri telah terlebih dahulu dibenci, maka Ia pun mengetahui bahwa orang-orang yang diberkati Kristus juga akan dibenci oleh dunia.

.

.

Terdapat pertanyaan penting yang harus kita renungkan adalah: Mengapa Dunia membenci kita sedemikian rupa? Jika kita menjadi pengikut Kristus dan melakukan pekerjaan yang baik, mengapa dunia membeci kita? Jika kita mengasihi mereka; menginginkan agar mereka diselamatkan; berdoa bagi mereka agar mereka sejahtera; bahkan menyumbang dana untuk kebaikkan mereka; mengapa mereka membeci kita?. Dalam bacaan ini, sedikitnya ada 3 alasan Teologis yang menyebabkan kita sebagai pengikut Kristus, dibenci oleh “dunia”:

.

.

  1. Karena Kita Bukan Milik Dunia (ayat 19)

    Dunia membenci orang percaya; menganiaya orang Kristen; tidak mau mendengarkan ajaran Kristus, dan tidak suka terhadap para pengikut Kristus: Karena orang yang percaya kepada Kristus telah dipilih dari dunia dan ia bukan lagi milik dunia.

    Dahulu, sebelum Yesus menemukan kita, kita adalah sahabat dunia. Kita budak dari ilah dunia, hidup menurut kemauan dunia bahkan kita takluk kepada dunia dengan segala hawa nafsunya. Hal ini membuat dunia berkawan dengan kita, senang dengan kita dan mengasihi kita. Namun sekarang Kristus telah menemukan kita; membebaskan kita; membawa kita keluar dari kegelapan dunia ke dalam terang-Nya, membersihkan kita dari karat-karat dosa dan menjadikan kita Anak-anak-Nya yang  mewarisi Sorga, maka dunia berbalik membenci kita.

    .

    .

  2. Karena Di Atas Kepala Kita, Ada Nama Yang Berkuasa, Yaitu Nama Yesus (ayat 21)

    Alkitab menyaksikan bahwa di dalam nama Yesus setan takut, gelombang laut menjadi teduh, segala penyakit disembuhkan dan setiap lutut bertelut. Kita diampuni di dalam nama Yesus; diselamatkan di dalam nama Yesus dan menjadi Anak-anak Allah di dalam nama Yesus. Di dalam Dia kita dikaruniakan segala berkat rohani di dalam Sorga; di dalam Dia kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. (lht Efesus  4:3-8).

    Itulah sebabnya nama itu dibenci oleh “dunia”. Setiap orang yang di dalam mulutnya ada nama Yesus; di dalam hatinya ada kasih Yesus, dan di atas kepalanya ia menjujung tinggi nama Yesus, tidak dikasihi oleh dunia melainkan dibenci. Yesus berkata: “Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu, karena nama-Ku.” (Yoh 15:21). Inilah inti kebencian dunia. Entah karena alasan apapun yang dibuat-buatnya, namun sumber utama dari kebencian itu adalah: Karena kita menghormati nama Yesus.

    .

    .

  3.  Karena Mereka Tidak Mengenal Allah (ayat 23)

    Jadi mengapa Dunia membenci pengikut Kristus? Adalah karena kebutaannya terhadap Allah. Sudah lama Alkitab menulis: “Jika seorang berkata “Aku mengasihi Allah” dan ia MEMBENCI saudaranya, maka ia adalah PENDUSTA (Omong kosong, pura-pura beragama), karena barangsiapa tidak mengasihi  saudaranya yang dilihatnya, TIDAK MUNGKIN (MUSTAHIL) mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” (1 Yoh 4:20). Tidak peduli apa yang diklaim “dunia” tentang dirinya, fakta bahwa “dunia” membenci Kristus dan para pengikutnya adalah bukti kuat bahwa “tidak mengenal Allah” (Yoh 15:21).

    Jika manusia mengenal Allah yang benar ia tidak mungkin membenci Yesus. “Sebab Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Jika ia tidak membenci Kristus, ia tidak mungkin menolak ajaran-Nya, dan menganiaya para pengikut Kristus.

    .

    .

Bila ada di antara saudara yang mungkin mengalami kebencian-kebencian dari dunia ini, jangan panik. Tetapi sadarilah bahwa hal itu terjadi karena kita sudah dipilih Yesus dan bukan lagi milik dunia ini. Kedua; karena di atas kepala Anda ada Nama Yesus yang berkuasa. Ketiga; karena para pembenci itu tidak mengenal Allah. Oleh sebab itu, tabahkanlah hati Anda dan terima perlakuan mereka sebagai kejadian yang memang sudah terjadi dari dulu; kemudian terima itu sebagai bagian dari iman kita kepada Yesus bahwa kita pun harus menderita karena kita ini adalah hamba, dan kemudian pandang perbuatan mereka sebagai dosa sehingga Anda tidak perlu beralih iman dari Yesus dan mengikuti mereka. Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email