Categories
Uncategorized

WAKTU TUHAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.(Pkh. 3:11)

.

.

.

.

.

.

Apa yang kita pikirkan saat kita berbicara tentang waktu Tuhan? Beberapa rekan memberikan jawaban bahwa waktu Tuhan adalah proses Tuhan, waktu yang diberikan Tuhan bagi umatNya untuk melakukan segala hal menyangkut jasmani dan rohani sesuai kehendak Tuhan. Kita juga pernah mendengar lagu tentang “waktu Tuhan”. Lagu yang menceritakan tentang segala sesuatu diijinkan Tuhan terjadi pada kita untuk kebaikan kita sesuai dengan waktu Tuhan. Lagu ini sangat memberkati banyak orang percaya.

.

.

Lalu bagaimana kita memahami waktu Tuhan? Yang pertama perlu kita sadari adalah Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bahkan waktu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan maha sempurna dalam kuasa, kebijaksanaan, dan pengetahuanNya. Tuhan kita berdaulat atas segala sesuatu dan apapun yang terjadi dalam hidup kita berada dalam kedaulatan Allah.

.

.

Ketika kita berbicara tentang waktu Tuhan maka kita berbicara tentang apa yang Allah kerjakan di waktu itu. Jadi ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi perenungan kita tentang waktu Tuhan.

.

.

  1. Waktu Tuhan ketika melepaskan kita dari cobaan. Alktitab tidak pernah membicarakan berapa lama waktu seseorang mengalami pencobaan dan kapan melepaskan kita dari cobaan tersebut. Yusuf mengalami pencobaan selama 13 tahun sejak usia 17 tahun dijual oleh saudaranya (Kej. 37) sampai menjadi orang kedua di Mesir pada usia 30 tahun (Kej. 41:46). Raja Daud tidak begitu pasti usianya saat diurapi menjadi raja oleh Samuel namun diperkirakan bahwa Daud diurapi menjadi raja oleh Samuel disaat usia masih belasan tahun dan baru benar-benar menjadi raja pada usia 30 tahun. Artinya lebih dari 10 tahun Daud harus mengalami masa ketakutan karena dikejar-kejar seperti musuh oleh raja Saul sebelum dia benar-benar duduk di atas takhta. Kita tidak pernah tahu berapa lama kita mengalami pencobaan tetapi Tuhan memberikan janji bahwa pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita bahkan memampukan kita menghadapi pencobaan tersebut (Band. 1 Kor. 10:13). Dalam suratnya pada jemaat di Filipi, rasul Paulus menjelaskan bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Tuhan  (Flp. 4:13).

    .

    .

  2. Waktu Tuhan dalam menjawab doa. Alkitab juga tidak pernah mencatat kepastian berapa lama kita berdoa lalu Tuhan menjawab. Ada yang cepat dan ada yang lambat bahkan ada yang tidak dijawab. Abraham dijanjikan akan menjadi bangsa yang besar pada usia 75 tahun dan dalam kejadian 15 Abraham berdoa meminta seorang anak. Tidak ditahu pasti berapa usia Abraham saat itu namun yang kita tahu adalah Abraham memiliki seorang anak yang dijanjikan itu pada usia 100 tahun (Kej. 21:25). Artinya ada 25 tahun sejak janji Tuhan akan menjadikan Abraham menjadi bangsa yang besar dan juga Abraham harus menunggu bertahun-tahun setelah mendoakan agar memiliki seorang  anak karena Sara mandul. Monika, ibu dari Agustinus dari Hippo seorang Bapa Gereja yang terkenal juga adalah seorang ibu yang mendoakan pertobatan suami dan anaknya Agustinus. Suami Monica adalah orang yang tidak percaya pada Tuhan dan anaknya Agustinus yang hidup dalam kekacauan (hidup bersama wanita tanpa ikatan perkawinan). 17 tahun mendoakan suami dan akhirnya suami bertobat dan bahkan ibu mertuanya dan agustinus beberapa tahun kemudian. Monika, berdoa selama 20an tahun lalu terjadi pertobatan kepada Agustinus.

    Kita tidak tahu kapan waktu Tuhan. Kita tidak tahu juga seperti apa jawaban Tuhan. Tetapi Alkitab mengajarkan kita untuk terus bertekun dalam doa (Mat. 7:7-11).

    .

    .

  3. Waktu Tuhan dalam mengakhiri segala sesuatu. Kapan kita mati? Kapan Yesus datang kedua kali? Tidak ada yang tahu tentang hal itu. Alkitab tidak pernah memberitahukan kapan waktunya tetapi semua itu pasti akan terjadi

Tetapi perikop kita mengajarkan bahwa semua akan indah pada waktunya. Alkitab juga mencatat bahwa segala penderitaan yang kita alami adalah untuk kebaikan kita yaitu untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Roma 8:28-29). Alkitab mencatat bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan penuh harapan (Yeremia 29:11), janji Tuhan ini tentu bagi bangsa Israel yang berada dalam pembuangan tetapi mereka dijanjikan masa depan yang penuh harapan. Tetapi janji ini juga berlaku bagi kita. Masa depan kita penuh harapan. Alkitab tidak menjanjikan bahwa kita akan kaya dan sukses dalam bisnis kita. Bukan masa depan yang seperti itu yang Tuhan janjikan. Masa depan kita adalah masa bersama dengan Tuhan dalam kekekalan. Karena itu janji Tuhan akan indah pada waktunya adalah untuk kebaikan kita dari perspektif Allah. Kita sering tidak menyukai apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita padahal itu yang terbaik buat kita. Sama seperti kita tidak menyukai obat padahal itu baik buat kita. Kapan kita terlepas dari penderitaan? Tidak tahu. Kapan kita disembuhkan dari sakit saat sakit? Tidak tahu. Kapan doa kita dijawab? Tidak tahu. Tetapi yang kita tahu adalah Tuhan kita tidak pernah ingkar janji, Tuhan kita tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bersama kita saat kita mengalami semua penderitaan kita.

.

.

Karena itu, yang perlu kita lakukan didalam segala kesulitan hidup kita yaitu:

.

.

  1. Tetap percaya pada Tuhan (Tuhan lebih memahami kita daripada kita sendiri). Manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir

    .

  2. Tetap memiliki pengharapan. Pengharapan dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan

    .

  3. Tetap sabar dan berjaga-jaga dengan hidup sesuai kehendak Tuhan. Semua itu agar semua orang takut akan Tuhan (ay. 14).

    .

  4. Tetap rendah hati karena apa yang Allah kerjakan bukan semata-mata untuk kita tetapi kemuliaan Allahlah yang menjadi tujuan pekerjaan Allah dan hidup kita. Marilah kita berpikir tentang kerajaan dan kemualiaan namaNya maka kita tidak terpuruk dalam kepedihan dan penderitaan yang kita alami.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Menjadi Alat Kristus

Ditulis Oleh : Dellis Zai

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Kisah Para Rasul 9 : 1-19a

.

.

.

.

Kis. 9:15

Tetapi Firman Tuhan “pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang -orang Israel.

.

.

.

.

Setiap orang yang percaya kepada Kristus  pasti ia menjadi alat dalam mengikut Kristus. Tetapi dalam menjadi alat harus rela berkorban untuk memberikan dirinya sebagai alat dalam untuk orang lain bukan hanya dalam gereja, di luar juga.  Menurut KBBI menjadi alat Yaitu benda yang dipakai untuk mengerjakan segala sesuatu.

Dalam menjadi alat Kristus  merupakan hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Memang dalam menjadi alat Kristus itu, tidak semudah yang kita pikirkan atau segampang membalikan telapak tangan untuk menjadi alat-Nya. Kalau kita lihat dalam konteks pembacaan kita, bagaiaman kehidupan Rasul Paulus sebelum ia menjadi alat Kristus walaupun latar belakang dia seorang pengaiaya Yesus atau murid Yesus.

Untuk menjadi alat kristus ada banyak 3 point yang perlu kita terapkan daln kehidupan kita sebagai orang yang percaya.

.

.

  1.  Rela menderita dengan kristus
    .
    Semua manusia pasti tidak mau menderita . Namun, dalam Thema kita merupakan sebuah hal yang mengajak kita untuk menderita dengan kristus. Memang jelas dalam mengikuti kristus banyak hal yang kita hadapai, seperti cobaan, masalah, dll. Tetapi, untuk menjadi alat kristus harus rela menderita, penderitaan yang kita alami jangan pernah mengatakan ini cobaan dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan kepada setiap orang yang mau mengikuti dia, namun bagaimana kita harus sedia dalam menjadi alat-Nya.
    .
    .
  2. Menjadi alat yang setia

    Dalam menjadi alat yang setia, merupakan sebuah hal yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita maupun dalam diri orang lain. Bagaimana kita harus setia menjadi alatnya untuk memberitakan kerajaan-Nya ditengah-tengah banyak orang ada banyak orang Kristen zaman sekarang mereka percaya kepada Kristus, tetapi mereka tidak mau menjadi alat yang setia atau menjadi berkat kepada orang lain. Namun, kita sebagai orang percaya harus meneladai sikap kristus didalam kehidupan kita, baik kepada orang lain, maupun kepada sekitar kita.
    .
    .
  3. Melayani Tuhan dengan kesungguhan hati

    Artinya harus sungguh-sungguh untuk menjadi alat-Nya dimanapun kita melayani (Kol 3:23) ayat ini merupakan sebuah penguatkan kita dalam melayani Dia. Janganlah kita pernah memandang apa yang kita kerjakan dalam kristus, dan biaralah itu menjadi sebuah kerelaan hati kita untuk melakukan kesemua orang.

Jadilah alat yang berguna dan bermanfaat kepada semua orang, bukan menjadi batu sandungan kepada orang lain atau menunggu orang lain menjadi alat.

Categories
Uncategorized

CUBITAN CINTA

Ditulis Oleh : Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Galatia 4 : 16

.

.

.

.

“Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”

.

.

.

.

Saat saya masih kecil, saya sering mendapat cubitan dari kedua orang tua saya. Sebagai seorang anak kecil, yang belum tahu membedakan mana yang baik dan yang jahat, saya berpikir kalau cubitan yang diberikan oleh kedua orang tua itu, didasarkan atas dasar adanya rasa benci mereka terhadap saya (pikir saya, karena terasa sakit). Namun, setelah saya beranjak dewasa, saya baru memahami bahwa cubitan yang diberikan kedua orang tua saya selama ini bertujuan untuk mengubah perilaku saya, dari yang tidak baik menjadi baik.

.

.

Berdasarkan pengalaman tersebut, saya menyimpulkan bahwa cubitan adalah sebuah tindakan mencubit yang bertujuan untuk menegur atau mengoreksi tingkah laku seseorang, yang di anggap salah/tidak benar. Dalam pembacaan firman Tuhan hari ini, rasul Paulus memberikan sebuah koreksi kepada kehidupan jemaat-jemaat yang ada di Galatia. Koreksi yang disampaikan oleh rasul Paulus bukanlah sebuah koreksi yang didasarkan atas rasa benci, melainkan koreksi yang di penuhi dengan cinta, agar jemaat-jemaat yang ada di Galatia kembali kepada iman mereka yang semula, yakni iman kepada Yesus Kristus.

.

.

Namun, respon jemaat-jemaat Galatia terhadap cubitan cinta yang disampaikan oleh rasul Paulus sangatlah tidak baik. Mereka justru menunjukkan sikap kebencian, permusuhan dan tidak senang terhadap rasul Paulus (ayat nats). Kehidupan orang percaya saat ini juga tidak terlepas dengan yang namanya koreksi (baik kita yang mengoreksi orang lain, maupun kita yang di koreksi oleh orang lain).

.

.

Ada dua poin penting yang harus kita ketahui bersama, supaya kita dapat memberikan cubitan cinta kepada orang lain dengan benar dan menerima cubitan cinta dari orang lain untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

.

.

  • Mengoreksi Diri Sendiri Sebelum Mengoreksi Diri Orang Lain

Artinya, sebelum kita mengoreksi orang lain, hendaklah kita mengoreksi diri kita terlebih dahulu. Sebagai orang percaya, hendaklah kita menjadikan diri kita terlebih dahulu sebagai teladan yang baik, yakni dengan menerapkan hal-hal yang benar dalam kehidupan kita. Karena pada dasarnya, koreksi yang kita sampaikan kepada orang lain akan sia-sia (tidak berdampak pada perubahan yang baik), jika hidup kita sendiri tidak benar.

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui” ( Matius 7:3 )

.

.

  • Menerima Koreksi Dari Orang Lain, Dengan Bijak

Artinya, sebagai orang percaya, hendaklah kita merespon segala sesuatu dengan bijak, tidak menerima secara mentah-mentah, melainkan menganalisa setiap koreksi tersebut, apakah benar atau tidak, apakah sesuai dengan standar iman percaya kita atau tidak. Jika kita di koreksi, anggaplah itu sebagai sebuah ujian, yang bertujuan untuk mendewasakan iman kita dalam Kristus Yesus.

“Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi” ( Amsal 15:32 )

.

.

”JIKA CUBITAN CINTA MEMBERI RASA SAKIT PADA DIRIMU, BIARLAH PERUBAHAN BAIK DARIMU,  SENANTIASA MENYENANGKAN HATI TUHAN”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

I’M A CHRISTIAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

.

Pembacaan Alkitab :1 Petrus 4:7-11

.

.

.

.

Hidup sebagai seorang Kristen pastinya Kita tidak malu atau segan lagi memberikan pernyataan “I’m a Christian”. Tetapi apakah sampai saat ini kita sudah benar-benar menghidupi cara hidup yang sesuai dengan pernyataan tersebut? Dalam renungan ini ada 3 Hal yang harus mampu Kita lakukan sebagai seorang Kristen:

.

  1. Mampu menguasai diri sendiri (Ayt. 7)

    Penguasaan diri adalah Kita mampu untuk menahan, mengekang, Dan menjaga diri dari dosa agar tidak di perbudak oleh dosa. Sebagai seorang pengikut Kristus Kita harus bisa menguasai diri Kita sendiri, hal ini memiliki tujuan yaitu supaya Kita dapat berdoa. Yang artinya sebagai seorang Kristen Kita harus menguasai diri supaya Kita selalu  membangun hubungan yang intim dengan Kristus
  2. Mampu mengasihi dengan sungguh-sungguh (Ayt. 8-9)

    Sebagai Kristen Kita “kasih” pasti bukan lagi kata yang asing untuk kita. Namun seharusnya kasih menjadi dasar hidup Kita sebagi pengikut kristus. Firman Tuhan kembali mengingat kan Kita sebagi orang yang berkata “I’m a Christian” harus mengasihi dengan sungguh-sungguh ini berarti Kita harus mampu mengasihi dengan segenap Hati , tekun, Dan tidak main main (Roma 2:9-10).
  3. Mampu mempergunakan segala sesuatu yang Tuhan Anugerahkan (Ayt. 10-11)

    Tuhan memberikan berbagai karunia yang beragam kepada setiap Kita sebagi seorang Kristen. Seharusnya Kita mampu mempergunakan semua itu kembali menjadi kemuliaan Tuhan. Dengan setiap Hal yang Tuhan Anugerahkan Mari Kita mempergunakan nya dalam melayani Dia, karena pada kesimpulannya adalah “Supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Kristus ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya” AMIN.
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Hidup Yang Bahagia

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 1:1-6

.

.

.

.

Apa standar hidup bahagiamu? Pertanyaan ini sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang memiliki standar kebahagiaan yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan apa yang ingin dicapai dalam kehidupan didunia ini.

.

.

Bahagia adalah suasana hati yang tenang, pikiran yang tenang dan jiwa yang tenang, bukan punya segalanya. Selain itu, bahagia juga keadaan psikologi yang positif dimana kita memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan pikiran dan perasaan positif.

.

.

Mazmur 1 ini memberikan kita gambaran cara hidup orang yang benar. Orang benar itu adalah orang yang berbahagia (kata pertama) artinya, agar kita selalu bahagia, kita perlu menjadi orang yang benar dulu, benar dalam berpikir, benar dalam berperilaku, benar dalam berkata dan lainnya. Untuk menjadi orang benar, maka mazmur ini memberikan kita beberapa hal untuk dilakukan:

.

.

  1. Memiliki kesukaan akan Firman Tuhan dan melakukan (ayat 2)
    .
    Suka akan firman Tuhan tidak hanya dibaca pas ibadah saja, tetapi alkitab bilang merenungkan siang dan malam, artinya tidak ada batasan waktu dalam kita membaca Firman Tuhan. Dan tidak hanya sampai membaca saja, tetapi dia juga suka melakukan Firman Tuhan (terjemahan masa kini).
    .
    Hal ini perlu di biasakan sejak dini, sejak kita bisa membaca dan mengerti isi Firman Tuhan, sejak saat itu lah kita perlu melakukan dan menjadikannya Habbit dalam hidup kita. Karna kebahagiaan itu bukan bersumber dari dunia dan orang lain, melainkan dari Allah. Untuk bisa mendapatkannya, maka kita perlu menyenangkan hati Tuhan terlebih dahulu dengan menjadikan firman Tuhan itu sebagai kesukaan dalam hidup kita.
    .
  2. Menjadi seperti pohon (ayat 3)
    .
    Bagian kedua, agar kita memiliki hidup yang benar, maka pemazmur mengajak kita untuk hidup seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air. Penggunaan kata “ia seperti pohon,….” adalah untuk menggambarkan apa yang akan terjadi jika kita berada dekat dengan Air (Tuhan) yang adalah sumber kehidupan. Orang yang hidup dekat dengan sumber kehidupan akan memiliki hidup yang menghasilkan hasil yang terbaik dalam hidupnya. Hidup kita akan dikenal dari buah yang kita hasilkan, untuk bisa menghasilkan buah yang terbaik maka perlu untuk kita terus berada dekat dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
    .
  3. Tidak menjadi Kristen bunglon
    .
    “jika kamu baik kepada saya, maka saya bisa lebih baik kepada kamu, tetapi kalau kamu jahat kepada saya, saya bisa lebih jahat kepada kamu.”
    .
    Kata-kata diatas sangat sering kita dengar dan menjadi salah satu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apa itu Kristen bunglon? Kristen bunglon adalah orang-orang Kristen yang tidak memiliki prinsip yang jelas dalam hidupnya. Mereka ini sama seperti sekam ditiup nagin. Orang-orang seperti ini biasanya terlihat sangat rohani ketika berada di dalam lingkungan orang benar/gereja, tetapi ketika berkumpul bersama orang-orang jahat, dia bisa lebih jahat dari orang-orang itu.
    .
    Hidup tergantung situasi dan tempat.

.

.

Dari ketiga poin diatas kita dapat melihat bahwa kebahagiaan yang sejati hanya akan kita rasakan jika kita hidup benar dimata Tuhan, dan untuk hidup benar maka tiga poin diatas perlu sekali untuk kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetaplah menjadi orang benar dan rasakan kebahagiaan dalam hidup. Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Lost and Found

Ditulis Oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 19 : 1-10

.

.

.

.

.

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” – Lukas 19:10

.

.

.

.

Zakheus, mungkin merupakan nama yang familiar kita dengar dari kisah Alkitab sejak Sekolah Minggu. Begitupun di Yerikho saat itu, Zakheus merupakan orang yang terkenal dan sangat kaya. Namun tidak dengan reputasi yang baik. Ia adalah seorang pemungut cukai yang suka meminta pajak lebih dari yang seharusnya, tindakan ini membuatnya dapat dikategorikan sebagai seorang penipu dan pencuri. Hal ini lah yang membuat orang-orang di kota itu tidak menyukai Zakheus.

.

.

Ketika Yesus melintasi Yerikho, orang banyak mulai berkumpul dan ingin melihat kedatangan-Nya, begitu pula dengan Zakheus. Rasa penasaran untuk melihat Yesus membawa Zakheus sampai naik ke atas pohon, supaya ia dapat melihat Yesus di kerumunan orang banyak. Pada hari itu Yesus tidak hanya melintas begitu saja, Ia berkata kepada Zakheus untuk turun dari pohon sebab Yesus akan bertamu ke rumahnya. Ada 2 respon yang timbul dari apa yang dilakukan dan dikatakan Yesus kepada Zakheus itu. Yang pertama dari Zakheus, dengan sukacita ia meresponi panggilan Yesus dan turun dari pohon untuk menyambut Yesus ke rumahnya. Yang kedua adalah dari kerumunan orang banyak, yang meresponi dengan sungut-sungut sebab Yesus akan menumpang di rumah orang berdosa.

.

.

Dari kisah singkat tentang Zakheus dalam Lukas 19:1-10 ini, ada beberapa hal yang dapat kita renungkan, antara lain:

.

  1. Respon terhadap lawatan Tuhan

    Posisi Zakheus saat itu adalah orang yang dibenci dan dijauhi semua orang. Ia tidak mengenal kasih, karena tidak pernah merasakan kasih dari orang-orang di sekitarnya. Tetapi, tanpa ia sangka ternyata Yesus yang mulia mengenalnya, memanggilnya, bahkan mau bergaul dengan dia (ay. 5). Bayangkan kita ada di posisi Zakheus, orang yang tidak pernah merasakan kasih, tiba-tiba dijumpai oleh kasih itu sendiri. Perjumpaan Zakheus dengan Yesus adalah perjumpaan Zakheus dengan kasih yang sejati. Zakheus meresponi dan menerima panggilan Yesus dengan sukacita (ay. 6), bahkan dengan pertobatan dari hidupnya yang lama. Pertobatan Zakheus berbuah kasih, terlihat dari keinginannya untuk memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin, dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang telah ia peras (ay.7).

    Dari Zakheus kita dapat melihat bahwa kekayaan dan hidup yang berkelimpahan tidak menjadi jaminan kehidupan yang ideal. Karena kekosongan hati dan kehampaan hidup manusia hanya dapat dipuaskan oleh kasih Kristus. Maka dari itu, anugerah dan kasih Kristus harus diresponi dengan benar. Kasih yang kita terima dari Allah akan membuahkan kasih, dan memampukan kita untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama.


  2. Yesus datang untuk yang terhilang

    Ketika Yesus datang ke Yerikho, Yesus bukan ‘iseng’ untuk melintasi tempat dimana Zakheus berada. Selain datang untuk mengajar orang banyak, Yesus datang ke Yerikho untuk menyelamatkan domba-Nya yang hilang. Yesus mengetahui segala yang Zakheus perbuat, tetapi Yesus tetap ingin dekat. Yesus tidak memanggilnya sebagai pendosa, tetapi Ia datang untuk membebaskannya dari dosa. Kerumunan orang banyak berkata Zakheus tidak layak bergaul dengan Yesus, tetapi Yesus memandang semua orang berharga di mata-Nya. Zakheus tidak pernah merasakan kasih persaudaraan, tetapi Yesus panggil dia “anak Abraham”, karena ia telah menjadi bagian dari keluarga orang yang beriman (ay. 9). Perjumpaan Yesus dengan Zakheus bukanlah hal yang tidak sengaja, tetapi bagian dari rancangan Tuhan untuk penyelamatan domba-Nya yang hilang (ay. 10)

.

.

Terkadang kita ada di posisi seperti Zakheus, terhilang. Mungkin kita bukan pemungut cukai, bukan juga orang yang dibenci banyak orang. Tetapi terkadang kita juga tersesat dalam labirin kehidupan. Rumitnya persoalan hidup mungkin sempat membuat kita kehilangan iman dan pengharapan. Atau mungkin dosa yang kita perbuat masih menjadi kabut yang menutupi pandangan kita untuk melihat tangan Kristus yang terulur untuk menyelamatkan. Namun, yang harus kita ingat adalah tidak ada dosa yang terlalu besar, tidak ada masa lalu yang terlalu kelam, dan tidak ada persoalan yang terlalu rumit yang dapat menjadi penghalang untuk Yesus menemukan domba-Nya yang hilang. Dan lawatan Tuhan tidak harus datang dalam sebuah penglihatan supranatural, karena lawatan Tuhan bisa datang dalam perenungan firman Tuhan, dalam pujian dan penyembahan, bahkan dalam doa yang disampaikan dalam diam. Tinggal bagaimana kita meresponi nya dengan sikap hati yang benar. Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Mat. 22:37)

.

.

.

.

Kasihilah Tuhan Allahmu adalah poin pertama dalam 2 hukum kasih dan paling utama dalam 10 hukum Allah yaitu hukum pertama sampai keempat.

.

.

Seperti apa mengasihi Allah? Orang Yahudi terjebak dalam aturan-aturan keagamaan yang membuat mereka fokus pada hukum Taurat tanpa melihat esensi dari setiap hukum yang Allah berikan. Mereka melakukan seluruh kegiatan-kegiatan keagamaan dengan luar biasa taatnya bahkan mereka juga terkadang membuat tambahan-tambahan aturan yang membuat mereka terbeban.

.

.

Yesus berkata dalam Matius 11:28 “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Ini merupakan panggilan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang terlalu terbeban dengan hukum dan aturan-aturan keagamaan. Bukan hanya orang Yahudi, seluruh agama terjebak dalam aturan-aturan keagamaan yang membuat mereka berpikir bahwa dengan berbuat baik dan mengikuti semua aturan keagamaan mereka akan menemukan kebahagiaan di masa yang akan datang.

.

.

Bagaimana dengan kekristenan? Kekristenan juga terjebak. Kekristenan selalu berbicara tentang kasih Allah yang besar. Allah yang yang begitu peduli dan mengasihi kita. Allah yang pasti memberkati kita dalam segala hal. Kita memang percaya akan kasih Allah yang luar biasa pada kita tetapi kita tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh. Kita terjebak dengan janji dan kita tidak mengenal dan bahkan tidak mengasihi sang Pembuat Janji. Orang Kristen terjebak dan cenderung lebih mencintai berkat Allah daripada mencintai Allah.

.

.

Tidak salah jika kita berpikir bahwa orang Kristen itu diberkati Allah. Kita itu sudah diberkati dan akan selalu diberkati oleh Allah. Konsep berkat yang ada dalam pikiran kita selalu yang berkaitan dengan kesehatan, keuangan, cinta, jabatan, dan lain-lain. Kita tidak berpikir ada berbagai berkat Tuhan yang lain yang lebih indah dari itu yang Tuhan siapkan bagi kita secara khusus dalam 2 Kor. 9:8-11 yaitu diberikan kelimpahan dalam pelbagai kebajikan, menumbuhkan dan melipatgandakan buah-buah kebenaran, bahkan kita akan diperkaya dalam kemurahan hati. Bukankah itu berkat yang terindah dalam hidup kita? Karena itu Paulus berkata asal ada makanan dan pakaian cukuplah (1 Tim. 6:8). Yesus mengajarkan doa “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Mat. 6:11)” dibagian lain Yesus mengatakan kumpulkan harta di surga (Mat. 6:20), dipertegas lagi dalam Matius 6:33 “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”. Paulus juga menulis dalam suratnya Kolose 3:2. Pikirkanlah perkara yang di atas bukan yang di bumi.

.

.

Bukan berarti kita tidak perlu memikirkan kebutuhan jasmani kita. Kebutuhan jasmani kita penting tetapi kita justru terjebak di sana. Kita mencari Tuhan untuk memberkati kita secara jasmani. Mungkin dengan kata lain kita memanfaatkan kebaikan dan kasih Tuhan untuk kepentingan pribadi kita. Sehingga ketika kita mendapat masalah dalam hidup kita dan melihat orang lain lebih sehat, bahagia, dan memiliki harta yang banyak, bahkan jabatannya selalu naik, kita lalu berpikir, “kan saya anak Raja, saya dekat dengan Tuhan. Mengapa hidupnya lebih baik dari saya?” Bahkan kita merasa bahwa hidup kita begitu sulit dibandingkan mereka. Kalau begitu apa yang salah? Perspektif kita yang salah dalam mengikut Tuhan. Sudahkah kita mengenal Allah kita? Jika kita iri dan kecewa karena orang yang tidak percaya hidupnya lebih baik dari kita, kita belum benar-benar mengenal Allah kita.

.

.

Kita kembali pada hukum Kasih tadi. Apakah kita mengasihi Allah? Atau justru kita sebenarnya lebih mengasihi berkatNya? Pelayanan, perbuatan baik, bekerja untuk Allah adalah salah satu bukti kita mengasihi Allah. Lalu apa yang kita pikirkan saat melakukan semua itu? Kita melakukannya supaya Allah mengasihi kita? Supaya Allah memberkati kita? Supaya Allah memenuhi semua kebutuhan kita? Saat itu yang menjadi fokus kita, itu berarti kita mengasihi berkat Allah bukan mengasihi Allah. Seorang pria tidak akan bahagia jika wanita yang datang kepadanya hanya karena hartanya. Apakah kita berpikir Allah bahagia dengan semua pelayanan dan perbuatan kita yang berfokus pada berkatNya?

.

.

Mari kita renungkan kembali dengan apa yang kita pikirkan dan lakukan. Apakah kita benar-benar melakukannya karena kita mengasihiNya? Kita menuntut kasih Tuhan, tetapi apakah kita mengasihi-Nya?

.

.

Karena itu, sebagai orang yang percaya, mari kita lakukan segala sesuatu karena kita mengasihi Tuhan bukan untuk mendapatkan kasih Tuhan karena Tuhan sudah mengasihi kita bahkan saat kita masih berdosa (Roma 5:8). Bukan pelayanan yang membuat Tuhan mengasihi kita, bukan juga perbuatan baik kita. Allah mengasihi kita karena Dia ingin mengasihi kita tanpa syarat.

.

.

Seorang ayah yang mengasihi anaknya, apakah mungkin dia tidak memikirkan kebutuhan anaknya? Apakah Allah kita tidak akan memikirkan kebutuhan jasmani kita?

.

.

Kita bukan orang yang terlalu sempurna sehingga kita sudah benar-benar mengasihi Allah. Kita semua pernah gagal dan mungkin hari ini kita masih gagal. Itu sebabnya, mari kita perbaiki semuanya. Kasih kita yang mungkin masih kurang pada Allah kita, kita tingkatkan lagi.

.

.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

PENTAS (PENANTIAN YANG TIDAK SIA-SIA)

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yakobus 5:7a

.

.

.

.

Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan TUHAN!

.

.

Penantian merupakan suatu keadaan menunggu sesuatu/seseorang dengan sabar hingga tiba waktunya, yang ditunggu tersebut datang menghamipiri. Penantian selalu menuntut kesabaran dan kekuatan hati untuk selalu dapat bertahan serta berjuang tanpa bersungut-sungut dalam proses menjalaninya. Dalam kehidupan ini, ada banyak hal yang berkaitan dengan penantian. Menantikan orang tua membelikan hadiah saat moment ulang tahun, menantikan hasil raport belajar selama 1 semester, menantikan panggilan kerja, menantikan masa depan yang indah bersama pasangan yang kita inginkan, dan banyak hal lainnya. Semua penantian ini adalah hal yang lazim di dalam lingkungan manusia, yang mana itu semua hanyalah penantian semu selama tinggal di bumi

.

.

Perlu kita ketahui bahwa adalah suatu penantian yang tidak sia-sia dan berbeda sama sekali dari dunia ini, yakni: Penantian kedatangan Tuhan yang sudah dekat. Yakobus 5:7,8 mengulang frasa yang sama yaitu kedatangan Tuhan sudah dekat. Kedatangan Tuhan merupakan suatu peristiwa eskatologi kedatangan Kristus Kedua Kali di dunia ini. I Tesalonika 5:2 menyebutkan bahwa kedatangan Tuhan seperti pencuri, tidak ada yang tahu. keadaan ini mengharuskan kita tetap memperhatikan pola kehidupan setiap hari supaya memiliki kesiapan ketika Tuhan datang dalam waktu yang rahasia. Penantian kedatangan Tuhan tidak pernah sia-sia, karena hal yang kita nantikan adalah sesuatu yang baik, sempurna dan jauh melampaui keindahan dalam jagad raya ini yaitu KEHIDUPAN KEKAL. Kehidupan kekal adalah kehidupan manusia dimasa nanti/kehidupan baru manusia pada waktu kedatangan Tuhan.

.

.

Seyogianya, penantian adalah sesuatu yang tidak mudah untuk di gapai, suatu keputusan yang memaksakan kita wajib bersabar, taat, bertekun dan setia hingga tiba waktunya. Dalam keseluruhan teks yakobus 5:7-11 memberikan suatu ilustrasi kepada kita orang percaya bahwa untuk dapat memahami tentang penantian yang tidak sia-sia, tidak mudah untuk dicapai. Namun penderitaan dalam penantian akan  hari TUHAN, mengajarkan bahwa penderitaan tidak selamanya menyiksa dan menyakiti. Pekerjaan para petani dan Para Nabi merupakan model tepat, yang dapat mengantar kita untuk menjadi sabar dalam penantian yang tidak sia-sia.

.

.

Ada 3 hal yang perlu diterapkan oleh setiap orang percaya supaya mampu bertahan dalam penderitaan, penantian yang tidak sia-sia tersebut.

.

.

  1. Bersabar (ayat7). Merupakan suatu keadaan yang menuntut kita untuk tetap bertahan hingga pada waktu kedatangan Tuhan. Dalam bersabar, kita harus mampu menguasai hati dan segala keinginan yang melekat,  dengan dunia ini. Tidak bersungut-sungut, namun memiliki keteguhan hati.
  2. Bertekun (11). Suatu upaya yang berkesinambungan dengan kesabaran. Ketekunan mengaharuskan kita untuk kuat dan berjuang. Yakobus 5:7-11 menyebutkan bahwa ketekunan kita harus seperti para petani, yang bertahan walaupun harus menghadapi berbagai musim. Yang terpenting adalah kita mengupayakan diri untuk mampu mencapai kerajaan Allah yang indah dan mulia.
  3. Memimpin diri. Penantian yang panjang kerap sekali membuat orang akan berubah haluan. Tetapi dengan kemampuan memimpin diri/menguasai diri, dapat membuat seseorang yang sudah hidup dalam penantian, tetap berpegang teguh terhadap apa yang di nantikan dan di harapkan.

.

.

Saudara-saudari, penantian yang tidak sia-sia hanya ada dalam Tuhan!

Jangan pernah berubah haluan dalam imanmu! Bersabarlah, bertekun dan pimpin diri sendiri untuk mencapai kehidupan kekal dan mulia itu

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

ORANG ROHANI

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Galatia 6:1-10

.

.

.

.

“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”

.

.

.

.

Kitab Galatia di tulis oleh rasul Paulus kepada orang-orang percaya yang ada di Galatia dengan tujuan tertentu. Salah satu yang menjadi tujuan rasul Paulus menulis kitab Galatia adalah untuk menegaskan kembali dengan jelas kepada orang-orang percaya di Galatia, bahwa mereka hidup bukan lagi oleh ikatan kepada hukum Taurat PL, melainkan mereka telah menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Yesus Kristus.

.

.

Menurut KBBI, rohani memiliki arti yaitu Roh. Rohani dalam bahasa Yunani berasal dari kata πνευματικος (pneumatikos), yang artinya Roh (dari Allah). Sehingga, orang rohani adalah orang yang di penuhi dan di atur oleh Roh Allah.

.

.

Orang rohani memiliki tugas yakni untuk memimpin orang ke jalan yang benar dengan lemah lembut (ayat nats). Tugas tersebut juga menjadi tugas setiap orang percaya saat ini, Iman percaya kepada Yesus Kristus adalah bukti kita di sebut orang rohani. Tetapi, penekanan yang paling utama ialah iman. Iman orang Kristen adalah  iman yang aktif, bukan iman yang pasif.

.

.

.

Dengan demikian, ada tiga poin yang harus diterapkan orang percaya, menurut pembacaan firman Tuhan pada hari ini, yang bisa dikatakan standar seseorang di sebut orang rohani (action dari iman yang aktif tersebut), antara lain:

.

.

  • Menerapkan Hukum Kristus (Ayat 2)

.

Sebagaimana hukum Kristus tertulis dalam Matius 22:37,39 ( Jawab Yesus kepadaya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap  hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” ). “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah : Kasihilah sesame manusia seperti dirimu sendiri”.

Kita sebagai orang percaya, hendaklah kita bisa mengasihi Tuhan Allah, mengasihi diri kita, mengasihi sesama dan juga bisa mengasihi musuh kita.

.

.

  • Mengajarkan Firman Tuhan (Ayat 6)

.

Artinya, seseorang dapat dikatakan rohani ketika ia mengajarkan kebenaran (firman Tuhan), baik itu di dalam keluarga, komunitas dan terlebih-lebih kepada orang yang belum mengenal kebenaran tersebut. Hendaklah kita sebagai orang percaya, mengajarkan firman Tuhan berulang-ulang, sebagaimana tertulis dalam kitab Ulangan 6:6-7, sebab itulah yang di kehendaki Tuhan dalam kehidupan setiap orang percaya.

.

“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.

.

.

  • Berbuat Baik (Ayat 9)

.

Dalam ayat ini dikatakan bahwa “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik”, artinya terus menerus dilakukan. Berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kia adalah hal yang biasa saja. Tetapi berbuat baik kepada semua orang, bahkan “yang membenci kita sekalipun”, itulah yang luar biasa. Sebab apabila perbuatan baik yang telah dilakukan itu didasari pada sikap hati yang benar, tentunya akan membawa pengaruh positif dan bisa menjadi sebuah kesaksian kepada orang lain.

.

.

“Jadilah terang, jangan ditempat yang terang. Jadilah terang, di tempat yang gelap. Jadilah garam, jangan ditengah lautan. Jadilah harapan, Jangan hanya berharap”

(Lirik lagu Glenn Fredly).

.

.

“STANDAR SESEORANG DISEBUT ORANG ROHANI ADALAH KETIKA IA MAMPU MENERAPKAN HUKUM KRISTUS DAN MAU MENGAJARKAN FIRMAN TUHAN KEPADA ORANG BANYAK, SERTA MAMPU BERBUAT BAIK KEPADA SEMUA ORANG”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

BUKAN SEKEDAR TEORI

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Yohanes 3:11-18

.

.

.

.

Banyak orang berteori tentang kasih namun seharusnya kasih sejati ditunjukkan dalam tindakan nyata, bukan teori semata. Alkitab sendiri berkata, “Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:18). Hukum yang terutama dalam Alkitab juga menegaskan bahwa “kasih” itu melibatkan keseluruhan hidup kita: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu … dan… kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39).

.

.

Namun, sering kali “menunjukkan kasih” kepada orang lain itu melelahkan dan sia-sia. Belum tentu “tindakan kasih” kita dihargai atau membawa dampak yang kita harapkan. Namun sebagai umat Tuhan Kita harus terus menunjukan kasih itu karena tanpa tindakan nyata, segala pembicaraan tentang kasih menjadi omong kosong belaka. Tindakan yang didasari oleh alasan-alasan yang keliru juga sama buruknya. Rasul Paulus menulis dalam 1 Korintus 13:3, “Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku”. Sangat mungkin orang berbuat baik tanpa didasari kasih.

.

.

Kasih lebih dari sekadar tindakan, lebih dari sekadar keinginan-keinginan berbuat baik yang hanya bertahan sebentar. Alkitab mengajarkan banyak hal tentang kasih Allah, kasih yang sejati. Berikut ini tiga hal yang penting untuk Kita renungkan sebagai orang percaya:

.

.

1. Kasih berasal dari Allah (1 Yohanes 4:7)

Alkitab berkata, “Kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yohanes 4:7). “Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:16). Kasih kepada Allah dan sesama adalah buah Roh yang dihasilkan ketika kita memberi diri dipimpin oleh-Nya (Galatia 5:22).

.

.

2. Kasih adalah alasan yang menggerakan Kita bertindak
(Yohanes 3 : 16)

.

 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, …” (Yohanes 3:16). Kasih menggerakkan Allah untuk mengaruniakan Anak-Nya, dengan tujuan “…supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Tindakan Allah didasarkan pada kasih-Nya yang tidak berubah dan kekal. Kasih Allah adalah alasan kita untuk berbuat baik kepada orang lain, mengasihi mereka supaya mereka juga dapat mengenal Allah dan memiliki hidup yang berkelimpahan di dalam Dia. Alasan lainnya akan membuat kita mengasihi ala kadarnya atau pada waktu-waktu tertentu saja.

.

.

3. Kasih mengalir dari sukacita mengenal Allah dan menaati Dia (Ibrani 12:2)

.

Mustahil menjadi orang yang penuh kasih di luar Allah, karena kasih bersumber dari Allah. Ketika kita tidak memiliki sukacita bersekutu dengan Allah, bagaimana mungkin kita memiliki kasih-Nya? Tuhan kita, Yesus Kristus tekun memikul salib, mengarahkan pandangan-Nya pada “sukacita yang disediakan bagi Dia”, sukacita menyelesaikan tugas yang diberikan Bapa-Nya (Ibrani 12:2). Tindakan kasih-Nya mengalir dari sukacita mengetahui bahwa Bapa-Nya berkenan terhadap tindakan-Nya itu! Betapa perlu kita memandang teladan Yesus ketika kasih kita menjadi lemah dan kebaikan yang kita tunjukkan terasa sia-sia (Ibrani 12:3).

.

.

Mari Kita sebagai orang percaya menerapkan dalam hidup Kita untuk terus mengasihi Dan kasih itu jangan hanya sebagai teori, namun harus didasari dengan kasih Kristus Dan di nyatakan dalam tindakan Kita setiap Hari. Tuhan Yesus memberkati

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email