Categories
Uncategorized

Pelayanan dalam Kemustahilan

Ditullis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : (Yeh. 3:1-11)

.

.

.

.

Akan tetapi kaum Israel tidak mau mendengarkan engkau, sebab mereka tidak mau mendengarkan Aku, karena seluruh kaum Israel berkepala batu dan bertegar hati (Yeh. 3:7)

.

.

.

.

Apa yang ada di dalam pikiran kita saat kita melayani tetapi orang-orang menolak kita? Apa yang kita pikirkan saat kita melayani tetapi orang-orang yang kita layani dikuasai oleh kekerasan hati? Bacaan kita saat ini menggambarkan tentang bangsa yang dikatakan tegar tengkuk (Kel. 32:9). Nabi Yehezkiel akan memberitakan pesan Tuhan kepada bangsa yang tidak akan mendengarkanNya (ay. 7).

.

.

Situasi ini tentu membuat kita belajar pada hakekatnya manusia tidak mencintai Tuhan dan membenci kebenaran. Tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Rm. 3:11). Manusia secara hakekat telah mati dalam dosa (Ef. 2:1). Manusia tidak mampu melepaskan diri dari dosa karena diperbudak oleh dosa (Yoh. 8:34). Rasul Paulus mengakui bahwa tidak mungkin manusia bisa melepaskan diri dari tubuh maut (Roma 7:23-24). Karena itu, jika kita berbicara tentang pelayanan, itu adalah kemustahilan bagi manusia. Karena pada dasarnya manusia tidak mungkin bertobat.

.

.

Jika kita memperhatikan bacaan kita pada saat ini, dalam kemahatahuan Allah bahwa Yehezkiel tidak akan didengarkan, Allah tetap menyuruh nabi Yehezkiel untuk memberitakan pesan-Nya. Ada 3 hal yang perlu kita ketahui dari bacaan kita pada saat ini.

.

.

  1. Berisi sebelum beraksi (ay. 1-3). Sebelum kita memberitakan Injil, kita harus lebih dahulu mengenal Allah melalui firman-Nya. Jika kita tidak mengenal Allah, kita akan memberitakan pesan Tuhan yang salah pada jemaat. Karena itu sang nabi diperintahkan untuk memakan kitab. Jika kita bawa ke konteks kita, kita harus mengerti kitab suci. Kitab suci tidak hanya berbicara tentang janji dan berkat Tuhan tetapi juga teguran dan dosa. Tentu saja itu tidak enak. Tetapi jika kita mencintai Allah dan firmanNya, kita akan menyukai apapun isi firman Allah. Semangat dan kerinduan yang dalam melayani Allah itu sangat baik, tetapi jika kita akan menyampaikan pesan Allah, mari kita lebih dahulu memperdalam pemahaman kita tentang firman Allah.
  2. Setia. Nabi Yehezkiel melayani Allah tetapi tidak didengarkan oleh bangsa Israel (ay. 4-7). Menyampaikan pesan Allah tetapi tidak didengarkan bisa menimbulkan kekecewaan. Tetapi Tuhan tidak berkata bahwa semua orang akan mendengarkan firman Tuhan. Malah sebaliknya. Artinya yang perlu kita lakukan adalah tetap setia melayani. Berapa banyak orang yang sudah bertobat dalam pelayanan kita? Satu atau dua? Atau malah tidak ada? Jangan menyerah. Tuhan ingin kita setia dalam melayani Dia. Apakah kita ditolak? Apakah orang tidak menyukai pelayanan kita? Tuhan ingin kita tetap setia melayani. Penolakan orang bisa beralasan dan bisa tidak. Karena itu yang paling penting adalah kita terus belajar berdasarkan poin pertama dan setia sampai akhir.
  3. Tuhan yang memampukan (ay. 8-11). Ditolak itu pasti. Diabaikan itu bisa saja terjadi. Tetapi dalam pelayanan kita, Tuhan tidak membiarkan kita. Dibidang apapun pelayanan kita, kita pasti diperlengkapi dan diberikan kekuatan dalam menghadapi tantangan. Tuhan berfirman pada nabi Yehezkiel bahwa Tuhan akan meneguhkan hatinya seperti kerasnya batu intan yang lebih keras daripada batu biasa. Artinya begini, sekeras-kerasnya manusia, ketidak mungkinan adanya pertobatan, akan tetap kalah dengan anugerah Allah. Rasul Paulus dengan tepat  mengatakan bahwa pencobaan tidak akan melebihi kekuatan kita karena Tuhan yang memberi kekuatan (1 Kor. 10:13). Karena itu, jangan takut melayani Tuhan. Jangan takut menghadapi kemustahilan. Itu bukan urusan kita. Tuhan hanya ingin kita tetap setia melayani dan Tuhan yang memberikan kemampuan.

.

.

Sebagai Pelayan Tuhan kita perlu menyadari bahwa Pertobatan itu anugerah Allah. Roh Kudus yang menginsafkan kita akan dosa (Yoh. 16:8); Roh kudus yang melahirkan kita kembali (Yoh. 3:3-6) dari kematian kita secara rohani (Ef. 1:1). Karena itu pertobatan bukan hanya sekedar orang mendengarkan dan mereka mendapat pilihan. Tetapi Allah sendiri yang menarik orang kepada pertobatan (Yoh. 6:44). Mengapa ditarik? Karena pada hakikatnya manusia tidak mau. Ditarik dan bukan didorong. Artinya ada perlawanan terhadap anugerah Allah karena itu ini pekerjaan mustahil tetapi tidak mustahil bagi Allah. Hanya Allah yang mampu memberikan pertobatan. Kita hanya alat. Kita tidak perlu sombong jika banyak orang bertobat melalui pelayanan kita dan rendah diri jika hanya sedikit orang yang mengalami pertobatan. Sekali lagi, kita hanya alat Allah. Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Selebihnya, serahkan pada Allah yang mahakuasa. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Percaya Untuk Melayani  

Ditulis Oleh : Sdr. Delis Zai

.

.

Pembacaan Alkitab : Filipi 1:27-30

.

.

Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan  saja untuk  percaya kepada kristus, melainakn menderita utnuk Dia.

Filipi 1:29

.

.

.

.

Percaya menurut KBBI yaitu meyakini bahwa sesuatu memang benar atau nyata. Percaya adalah bukanlah kata yang baru lagi untuk di dengar, tetapi percaya merupakan suatu keberanian untuk melakukan segala sesuatu terlebih-lebih dalam suatu pekerjaan. Namun, kepercayaan untuk melayani disini suatu hal kepercayaan kita untuk melayani. Memang, dalam percaya untuk melayani, banyak hal yang kita temukan di dalam kehidupan kita atau yang disebut keragu-raguan. Sesuai dengan Thema bahwa “percaya untuk melayani”. Tetapi, bagaimana cara kita harus percaya untuk melayani.

.

.

  1. Berpegang teguh kepada Kristus  (ayat 27).

    Arinya kita harus setia atau taat dalam melayani kristus, memang dalam pelayanan ada banyak hal yang kita temui yaitu penderitaa, pergumulan, dll. Dalam situasi yang kita alami tersebut, jangan kita pernah minder  hanya gara-gara banyak pergumulan. Namun, harus berpegang teguh kepada kristus. Karena dalam alkitab mengatakan Mat 10:38 barangsiapa tidak memikul salibnya dan megikuti Aku, ia tidak layak bagiku. Ketika kita melewati semua rintangan yang kita alami, ada suatu berkat yang kita terima dari Dia yaitu Damai Sejahtera.
  2. Memperoleh kasih karunia (ayat 29).

    Artinya kita telah memperoleh kasih Kristus didalam kehidupan kita, dimana Tuhan rela mati bagi kita untuk menanggung dosa-dosa kita, rela disalibkan diatas kayu salib. Lalu bagaimana kita memperoleh kasih karunia dari Tuhan itu? Yaitu harus mengasihi sesama, meneladani perintah Kristus, menjadi saksi kristus di tengah-tengah banyak orang, menjadi berkat.
  3. Beroleh hidup yang kekal (ayat 30).

    Artinya hidup yang kekal adalah merupakan perjalanan kita untuk mengenal Yesus Kristus didalam kehidupan kita sehari-hari. Memang, hubungan kita dengan Tuhan itu hanay sebatas Do’a. Lalu apakah kita sudah mengenal Kristus di dalam kehidupan kita sehari-hari (coba kita renungkan didalam kehidupan kita). Jika kita sudah mengenal Kristus didalam kehidupan kita. Maka, janganlah kita hidup didalam dosa lagi artinya kita sudah memperoleh hidup yang kekal didalam Kristus.

.

.

Lalukanlah pelayananmu dengan penuh kepercayaan, dengan membutuhkan kesetiaan, komitmen dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MU (MANUSIA UNGGUL)

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : 2 Tawarikh 16 : 9a

.

.

.

.

“Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.”

.

.

.

.

Menjadi seseorang yang unggul, baik itu dalam sebuah komunitas, lingkungan, pekerjaan dan lain-lain adalah dambaan banyak orang. Sehingga tidak heran jika kita banyak menemukan orang bersaing hanya untuk menunjukkan keunggulan mereka masing-masing. Menurut KBBI, unggul artinya lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet) dari yang lain.

.

.

Bacaan Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita di anugerahkan bibit unggul oleh Tuhan (Ayat Nats); dengan catatan, orang percaya yang bersungguh hati terhadap Dia. Orang percaya yang unggul sangatlah dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah dunia ini, sebab orang percaya yang unggul diharapkan bisa menjadi garam dan terang dunia.

.

.

Ada tiga poin penting yang perlu kita ketahui dan pelajari, agar kita menjadi manusia unggul, yakni orang percaya yang berdampak bagi dunia, antara lain:

.

.

  • Unggul Tidak Sepenuhnya Berbicara Banyaknya Materi (Ayat 1-6)

Tindakan raja Asa yang mengirim emas dan perak kepada raja Aram, Benhadad merupakan suatu tindakan yang salah, dimana raja Asa bersandar kepada raja Aram, dari pada bersandar kepada Tuhan. Sebagai orang percaya, terkadang kita juga melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh raja Asa. Ketika kehidupan kita sudah diberkati Tuhan, terkadang kita melupakan Tuhan dan bahkan mulai ada kesombongan dalam diri kita, dimana kita tidak lagi bersandar kepada Tuhan, melainkan bersandar kepada kekuatan, harta dan jabatan yang kita miliki. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan” Yeremia 17:5.

.

.

  • Selalu Bersandar Kepada Tuhan (Ayat 7-10)

Salah satu cara untuk menjadi manusia unggul adalah dengan bersandar penuh kepada Tuhan. Untuk menjadi garam dan terang dunia, orang percaya diharapkan bisa memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan bahkan mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya. “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” Yeremia 17:7.

.

.

  • Selalu Mencari Pertolongan Tuhan (Ayat 11-14)

Keadaan raja Asa yang menderita sakit pada kakinya tidak membuatnya sadar akan apa yang telah ia lakukan (ayat sebelumnya menjelaskan bahwa raja Asa tidak bersandar kepada Tuhan). Dalam sakit yang ia alami, raja Asa lebih memilih mencari pertolongan tabib-tabib, dari pada mencari pertolongan Tuhan. Sebagai orang percaya, janganlah kita melakukan seperti yang dilakukan oleh raja Asa. Dalam situasi yang sulit, hendaklah kita mencari pertolongan dari Tuhan, bukan dari manusia.

.

.

”SEBAGAI ORANG PERCAYA, HENDAKLAH KITA MENJADI MANUSIA UNGGUL YANG DISERTAI TUHAN, YANG BISA MEMBAWA DAMPAK YANG BAIK, BAGI DUNIA”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

PROSES HIDUP KEKRISTENAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yeremia 18 : 1-6

.

.

Hidup Kekristenan pasti selalu melalui berbagai proses pembentukan dari Tuhan. Namun tidak semua mampu bertahan dalam proses pembentukan  yang dialami dalam perjalanan hidup sebagi seorang Kristen. Kadang kala  manusia putus asa, hilang harapan bahkan berpaling dari Tuhan ketika mengalami proses yang Tuhan berikan dalam perjalanan kehidupannya.  

.

.

Dalam Perikop pembacaan Alkitab saat ini Tuhan menunjukan kepada Yeremia melalui Tukang periuk, bagaimana Tuhan membentuk kehidupan manusia bukan hanya untuk terlihat indah namun juga bernilai dan sempurna dimata Tuhan.

.

.

Beberapa hal  yang dilakukan Tuhan untuk memproses kehidupan kita sebagai karya tangan-Nya :

.

  1. Tuhan memakai keseharian kita (Ayt.1-2)

    Tuhan memakai tukang periuk pada saat itu untuk menunjukan bagaimana cara kerja Tuhan dalam memproses kehidupan manusia. Saat ini Tuhan juga  memakai banyak hal dalam perjalanan kehidupan kita untuk menunjukan bagaimana Tuhan memproses hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Terkadang kita harus berada dilembah-lembah pencobaan, menghadapi berbagai perkara dan hal-hal yang seakan membuat kita lemah, namun kita harus menyadari bahwa semua hal tersebut Tuhan pakai untuk memproses hidup kita.
  2. Tuhan melakukan proses penyempurnaan (Ayt. 4)

    Alkitab mencatat, ranting yang tidak berbuah dipotong-Nya, sementara yang berbuah di bersihkan-Nya. Seperti halnya dalam ayt 4 “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat ditangnya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik dalam pandangannya” hal tersebut dilakukan supaya bejana tersebut tidak menjadi produk yang gagal. Tuhan juga melakukan hal tersebut dalam hidup kita sebagai orang percaya, Tuhan membentuk dan memproses orang percaya tanpa menginginkan sebuah kegagalan dan kerusakan dalam karya-Nya tersebut. Tuhan memproses sampai mencapai seperti yang Ia inginkan, Tuhan memiliki puncak kesempurnaan tersendiri yang berbeda dengan kesempurnaan dalam penilaian manusia.
  3. Tuhan menjadikan karya-Nya sempurna dan bernilai (Ayt. 5-6)

    Tuhan melakukan semua Proses dalam kehidupa orang Kristen supaya memperoleh hidup yang sempurna dan bernilai. Sebagai pribadi yang sempurna Tuhan juga memiliki rencana dan karya yang sempurna bahkan setiap karya tersebut memiliki Nilai yang berharga dalam pandangan-Nya. Kekristenan tidak hanya berbicara tentang surga, namun didunia ini hidup kitapun harus menghasilkan buah yang dapat dilihat, dinilai dan dinikmati oleh orang lain sehingga bisa membawa banyak orang berjalan bersama dalam rencana Tuhan yang sempurna.

.

.

Mari kita terus bertahan dalam setiap proses kehidupan yang ada pada saat ini, jika kita merasa melalah dan ingin menyerah jangan pernah  ragu untuk berserah dalam kekuatan Tuhan, karena dalam setiap proses kehidupan orang kristen tidak ada satu orangpun yang mampu melaluinya tanpa kekuatan dari Tuhan, yang Tuhan inginkan adalah kita mau diproses dan berserah hingga pada akhirnya kita menjadi karya yang indah, sempurna dan bernilai dimata manusia terlebih dimata Tuhan.

.

Demikian kebenaran Firman Tuhan, Tuhan Yesus memberkati. Amin

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Ajakan Juruselamat

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Matius 11:28

.

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”

.

.

.

.

. . . . Kesibukan adalah salah satu penyakit modern yang diderita banyak orang saat ini. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, memikirkan strategi untuk usaha agar tidak rugi, kesana kemari mencari pekerjaan dan lain sebagainya membuat beban hidup semakin terasa berat hingga membuat letih dan lesu.

.

.

. . . . Jika kita memperhatikan pasal 11 dari awal, maka kita akan melihat ada ajakan yang ditujukan kepada semua orang yang mengikut-Nya. Terutama, orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat, yaitu orang-orang yang sangat merasa penat sehingga sama sekali tidak berdaya karena beban hidup mereka.Walaupun sebenarnya, beban berat yang dialami oleh manusia sebenarnya merupakan hal yang wajar karena kejatuhan dalam dosa (Kej. 3:16, 19). Beban berat ini bisa terjadi dalam wujud fisik maupun mental. 

.

.

. . . . Jika kita berada di situasi itu, maka hari ini ingatlah bahwa Tuhan Yesus tidak pernah menutup mata untuk setiap beban dan letih lesu yang kita alami. Tuhan Yesus menyampaikan ajakan untuk dating kepadanya dan akan memberikan kelegaan kepada kita yang mau datang kepadaNya. Pertanyaannya, bagaimana caranya supaya kita dapat menerimanya?

.

.

  1. . . Datang dan terima ajakan Tuhan
    .

    . .Datang dan terima ajakan Tuhan adalah hal utama yang perlu untuk dilakukan. artinya diperlukan iman yang aktif untuk menerima ajakan Tuhan. Iman yang aktif adalah iman yang terus diasah dan memiliki tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menerima kelegaan dari Tuhan, maka perlu diterima dengan iman yang aktif dalam tindakan seperti tetap memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan lewat perenungan, doa, baca Firman Tuhan dan bersekutu dalam peribadatan. Tanpa melakukan hal diatas, maka kita tidak bisa mengasah iman kita, bahkan bisa membuat iman kita mati.
    .
    .
  2. . .Berani hadapi setiap beban bersama Tuhan
    .
    . .Ada kebiasaan salah yang seringkali kita lakuakan tentang membereskan setiap beban dan pergumulan, yakni meminta Tuhan untuk membereskan setiap beban dan pergumulan kita.
    Tuhan menciptakan kita menjadi pribadi yang lebih dari pemenang, artinya setiap ada beban dan pergumulan bukan diserahkan kepada Tuhan agar Tuhan bereskan, melainkan dating kepada Tuhan dan meminta kekuatan agar Tuhan memapukan kita membereskan setiap beban dan pergumulan kita, sehingga kita pun menjadi semakin berkembang dan kuat dalam menghadapi setiap tantangan hidup selanjutnya, berani menghadapi beban dan pergumulan juga akan menumbuhkan iman dan pengharapan kita kepada Tuhan. Itulah yang dimaksud berani hadapi setiap beban bersama Tuhan.

.

.

. . . . Dua point diatas merupakan cara kita untuk menerima ajakan Tuhan untuk kita bisa tetap kuat dan bertahan dalam menghadapi setiap beban dan pergumulan hidup. Datang kepada Tuhan dan memiliki jiwa berani menghadapi setiap tantangan dan persoalan adalah bagian dari cara menerima setiap janji Tuhan dalam hidup kita. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya terlarut dalam beban dan pergumulan hidup. Setiap doa kita Tuhan pasti selalu dengar dan selalu ada jalan yang Tuhan berikan untuk kita. Masalahnya apakah kita mau menerima itu atau tidak?

.

.

. . . . Biarlah pertanyaan diatas kita jawab lewat setiap tindakan nyata kita dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan Yesus menyayangi kita semua.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Jalan Pulang

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Ayub 19 : 25-26

.

.

.

.

. . . . Sebuah ilustrasi menggambarkan tentang bagaimana 3 orang pelaut berlayar di tengah lautan luas, dengan bermodalkan sebuah peta. Mereka berlayar mengikuti arah peta tersebut, hingga sampailah mereka di sebuah pulau kecil yang merupakan tempat harta karun berada. Ketika kapal tiba di tepi pantai, tanpa berpikir panjang ketiga pelaut ini langsung berlari mencari tempat harta karun tersebut. Mereka bahkan tidak memikirkan tentang apa yang terjadi pada peta yang mereka genggam tadinya. Peta tersebut terlempar begitu saja hingga hanyut terbawa arus ombak.

.

.

. . . . Ketika 3 pelaut ini kembali ke kapal dengan membawa harta karun tersebut, mereka baru menyadari bahwa mereka telah kehilangan hal yang paling penting, yaitu peta yang mengarahkan jalan pulang mereka ke tempat asalnya. Mereka sadar betapa pentingnya sebuah peta, meski tidak terlihat berharga bahkan hanya sebuah benda mati. Hingga sampai akirnya, pelaut itu pun tidak pernah bisa kembali dan mati di pulau harta karun tersebut.

.

.

. . . . Belajar dari kisah ini, kita dapat meliat bahwa terkadang kita merasa diri bahwa kita mampu memahami semuanya, mampu menghadapi semua dengan kekuatan kita, bahkan menyia-nyiakan waktu kita untuk hal yang sementara di dunia. Kita tidak pernah berpikir, apakah hal tersebut membawa kita pada ‘Jalan Pulang’ yang Tuhan inginkan atau tidak. Bahkan lebih buruk daripada itu, kita seringkali berpikir dan mengambil langkah hidup sesuai apa yang kita inginkan, tanpa kita menyadari bahwa ujungnya pasti akan ke maut.

.

.

. . . . Jika kita kembali melihat juga dalam kisah hidup salah satu tokoh Alkitab, yaitu Ayub maka kita bisa mengerti tentang pentingnya untuk memastikan serta memantapkan ‘Jalan Pulang’ kita kepada kehidupan kekal yang Tuhan sediakan. Kisah hidup Ayub menggambarkan bagaiman kehidupan yang semula penuh dengan kecukupan serta memiliki harta benda sangat banyak, dan anak-anak yang dikasihi. Namun, hanya dalam sekejap saja semua hal tersebut hilang dan meninggalkan duka bagi seorang Ayub. Bukan hanya itu, Ayub pun juga mengalami derita yang secara manusia sangat memalukan, dimana tubuhnnya dipenuhi dengan borok dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bahkan Istrinya sendiri pun juga menyuruhnya untuk mengutuki Allah. Akan tetapi, Ayub tidak melakukan hal tersebut, melainkan dia tahu bahwa Penebusnya hidup dan tidak akan tinggal diam. Ini memberikan kita pesan bahwa Ayub tahu ‘Jalan Pulang’ bagi dirinya, yaitu bertemu dengan Allah.

.

.

. . . . Lalu, pertanyaan bagi kita ialah bagaimana cara agar kita tahu ‘Jalan Pulang’ kita, apakah sudah sesuai dengan Jalan yang telah Allah tetapkan, atau tidak? Karena itu, 2 hal inilah yang harus kita lakukan:

.

  1. . . Memberikan Kedaulatan Hidup Sepenuhnya Kepada Allah (ay. 25)
    . .
    . .Ayub menyadari bahwa Penebusnya hidup, dan bangkit di atas debu. Hal ini menggambarkan bagaimana Ayub meletakkan pengharapan sepenuhnya kepada Allah, serta memberikan kedaulatan hidupnya kepada Allah. sehingga, dalam berbagai dukacita serta penderitaan yang ia alami saat itu, ia tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Dan Ia juga menyadari bahwa akirnya nanti Allah akan menyelematkannya. Inilah hal penting yang harus kita lakukan sebagai orang percaya. Memberikan kedaulatan hidup sepenuhnya memang tidak mudah, namun percayalah bahwa ketika Allah yang berdaulat atas hidup kita maka hidup kita akan berjalan mengikuti proses-Nya, yang akan berujung pada ‘Jalan Pulang’ ke kehidupan kekal.
    . .
    . .
  2. . .Mengutamakan Allah Dalam Segalanya (ay. 26)
    . .
    . .
    . .Ayub tetap mengandalkan Allah, bahkan meskipun tubuhnya dipenuhi dengan borok namun ia tetap akan memandang kepada Allah saja. Hal selanjutnya yang perlu kita lakukan sebagai orang percaya ialah mengutamakan Allah di atas segalanya. Mengutamakan berarti apapun kondisi dan situasi bahkan fisik kita saat ini, kita tetap percaya dan memandang sepenuhnya kepada Allah dan janji-janjiNya. Kita juga tidak melepaskan perintah-perintah yang telah Allah berikan untuk kita lakukan dalam kehidupan ini. Sehingga, kita dapat mengerti bahwa ‘Jalan Pulang’ kita yang sesungguhnya adalah ketika kita dapat memandang Allah senantiasa.

.

.

. . . . Kesimpulannya, marilah kita mulai saat ini meletakkan dasar pengharapan kita sepenuhnya kepada Allah, sang Penebus idup kita. Dan tetaplah memandang kepada Allah senantiasa dalam segala situasi. Tuhan Yesus Menyertai.

.

.

Our way back home is when we can see God in every situation in ourlife –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Pentingnya Pengenalan Akan Allah

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 19:1-15

.

.

.

.

. . . . Allah kita adalah pribadi yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Karena itu banyak orang-orang yang menyangkali kemungkinan pengenalan akan Allah mereka disebut kaum agnostik (Umumnya mereka menolak disebut Atheis karena mereka tidak secara mutlak menolak keberadaan Allah). Namun di sisi lain, kita juga mengakui bahwa Allah yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia itu dapat kita kenal. Menurut James Montgomery Boice, ada 2 kegagalan kita dalam usaha mengenal Allah.

.

.

  1. Kegagalan kita dalam mengenal Allah adalah ketika kita menggunakan pendekatan yang hanya berlandaskan rasio. Pendekatan ini dapat mengatakan kepada kita hakikat daripada sesuatu (Kita bisa menjelaskan hakikat tentang Allah, Manusia, Keselamatan, dan lain-lain), tetapi tidak dapat mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan.
    .
  2. Pendekatan secara pengalaman emosional. Namun, pengalaman hanyalah sementara, mengecewakan dan tidak memuaskan pikiran.

.

.

. . . . Karena itu, untuk memulai pengenalan akan Allah, kita harus dilahirbarukan dahulu. Pikiran kita dibaharui. Selain itu, pengenalan akan Allah terjadi karena Allah menyatakan diriNya kepada kita.

.

.

. . . . Dalam bacaan kita saat ini, pemazmur memberikan kita cara bagaimana kita bisa mengenal Allah. C. S. Lewis menyebut bahwa mazmur ini (pasal 19) adalah puisi teragung dalam kitab Mazmur. Dalam mazmur ini, kita bisa mengenal Allah melalui  2 hal yaitu:

.

.

  1. . .Melalui wahyu umum (general revelation). Ayat 1-7 Allah menyatakan melalui ciptaanNya. Karya Allah yang agung. Sehingga dengan wahyu umum ini kita dan seluruh manusia di muka bumi mengetahui keberadaan Allah (Band. Roma 1:20). Dari sini kita belajar bahwa benih pengakuan akan keberadaan Allah sebenarnya ada pada diri manusia tetapi mereka, yakni kaum Atheis (Tidak percaya adanya Allah), skeptis (Meragukan keberadaan Tuhan), dan agnotis tidak mau mengakuinya karena membangun argumentasi berdasarkan suatu rasionalisasi yang melayani hati yang berdosa.
    .
    Melalui wahyu umum kita menyadari bahwa alam ciptaan adalah saksi tanpa kata-kata namun “perkataan mereka sampai ke ujung bumi” (ay. 4-5). Karena itu, kita seharusnya terdorong untuk terus menggali kelimpahan pengetahuan yang tersimpan dalam ciptaanNya untuk bisa lebih mengenal Allah kita. Selain itu, ayat ini mendorong kita agar seharusnya tetap menjaga kelestarian alam kita. Melalui ciptaan Tuhan, kita turut mengambil bagian menjadi saksi kemuliaanNya yang besar.
    .
    .
  2. . .Wahyu Khusus (special revelation). Ayat 8-11 merupakan wahyu khusus yaitu FirmanNya. Pemazmur (Daud) memberikan penjelasan bahwa Taurat Tuhan adalah sempurna, teguh, tepat, murni, benar, adil, lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu. Artinya melalui firman Tuhan kita mendapatkan sukacita, damai sejahtera, keadilan, kekuatan, bahkan seluruh aspek kehidupan kita, baik suka maupun duka. Harta yang paling mulia dan sukacita yang paling besar adalah Alkitab. Karena itu, apakah kita mencintai firman Tuhan? Apakah kita rindu untuk terus membacanya? Melalui Alkitab kita bisa mengenal Allah dengan benar.

.

.

. . . . Kita melihat di ayat 12 bagaimana pemazmur ketika mengenal Allah dengan benar justru semakin rendah hati. Bagaimana dengan kita? Apakah pengetahuan Alkitab kita membawa kepada kesombongan? Itu adalah kepuasan rasio tetapi belum mengenal Allah dengan benar. Pengenalan akan Allah akan membawa kita kepada kesadaran tentang siapa kita. Perhatikan beberapa hal yang berdampak pada raja Daud dalam pengenalanNya akan Allah dan implikasinya bagi kita.

.

.

  • . .Kesadaran akan berkat Tuhan (ay. 12). Kita mampu melihat dan bersyukur dengan berkat apapun yang Tuhan berikan pada kita. Kita juga mampu melihat tantangan, dan cobaan sebagai berkat Tuhan. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, karena pengenalan akan Allah, kita akan bersyukur karena keterlibatan Allah dalam segala aspek kehidupan kita dalam memberikan berkatNya pada kita.
    .
  • . .Kesadaran akan dosa (ay. 13). Ketika Roh Kudus datang, Dia akan menginsafkan dunia akan dosa(Yoh. 16:8). Semakin kita mengenal Allah, kita akan semakin menyadari betapa berdosanya kita. Kita akan semakin mengerti batapa luar biasanya kasih Tuhan pada kita. Kesadaran akan dosa berdampak pada pertobatan bahkan berdampak pada keselamatan. Karena itu umumnya gereja mengakui bahwa pengenalan akan Allah merupakan syarat mutlak dari keselamatan kita (itulah iman). Kesadaran akan dosa akan membuat kita sadar, betapa besar anugerah Allah dalam hidup kita. Hal ini akan mendorong kita untuk semakin mengasihi Tuhan dan melayani Dia.
    .
  • . .Kesadaran adanya perlindungan Tuhan (ay. 14). Tuhan melindungi dari orang jahat. Perhatikan keterkaitan dengan Doa Bapa Kami. “Lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Kalau dalam Perjanjian Lama mereka berperang melawan darah dan daging, dalam Perjanjian Baru mereka berperang melawan roh-roh di udara. Perhatikan bagian akhir dari ayat ini yang merupakan tujuan dari perlindungan dari si jahat yaitu agar tidak bercela dan terbebas dari pelanggaran besar. Dengan kata lain, tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu kita membutuhkan perlindungan Tuhan, baik secara jasmani maupun secara rohani dengan Tujuan agar kita tetap berjalan di jalan yang benar yang sesuai dengan firman Allah. Artinya, ketika kita berbicara perlindungan Tuhan, itu arahnya pada kehidupan kerohanian kita, bukan sekedar terbebas dan terlepas dari masalah. Rasul Paulus menasihati dalam Kol. 3:2 “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi”.
    .
  • . . Kesadaran untuk hidup berkenan pada Allah (ay. 15). Dalam perkataan dan hati yang mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Dengan pengenalan akan Allah, kita akan selalu rindu untuk bertumbuh dalam iman, mencari perkenan Tuhan, mendekatkan diri pada Allah sehingga tepat seperti yang dikatakan oleh rasu Paulus dalam Roma 11:36 “segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

.

.

. . . . Saya menutup renungan ini dengan definisi pengenalan akan Allah menurut J. I. Packer:
.

“Mengenal Allah meliputi, pertama, mendengarkan firman Allah dan menerimanya sebagaimana Roh Kudus menafsirkannya, dalam pengaplikasiannya pada diri kita sendiri; kedua, memperhatikan sifat karakter Allah, seperti yang dikatakan oleh firman dan karya-karyaNya; ketiga, menerima undangan-undanganNya, dan melakukan apa yang Ia perintahkan; keempat, mengakui dan bersukacita di dalam kasih yang telah Ia tunjukkan dalam mendekati kita dan menarik kita ke dalam persekutuan ilahi ini.”

J. I. Packer

.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Comunitty

Ditulis Oleh  : Sdr. Delis Zai

.

.

Pembacaan Alkitab : Ibrani  10:19-39

.

.

.

.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah Kita, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Ibrani 10:25

.

.

.

.

. . . . Comunitty (komunitas) merupakan suatu perkumpulan seseorang yang saling berinteraksi di dalam daerah tertentu, masyarakat, paguyuban. Komunitas merupakan sebuah hal yang baik jika kita saling membangun suatu kelompok dengan orang lain supaya saling mengenal dan saling mengingatkan dengan satu sama lain. Tetapi, didalam suatu komunitas ada banyak hal yang perlu kita jaga, dan janganlah kita juga merupakan sebuah batu sandungan dalam konitas tersebut.  Jika kita lihat dalam nats pembimbing kita, itu merupakan sebuah hal yang paling penting bagi kita sebagai orang Kristen.

.

.

. . . . Lalu, bagaiamana kita sebagai orang Kristen untuk membangun komunitas bersama dengan Tuhan?.

.

.

  1. . . Ibadah artinya merupakan suatu perbuatanatau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang di sadari oleh peraturan agama.  Karena,  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita. Artinya, kita sebagai orang yang sudah di selamatakan oleh Tuhan Yesus harus membangun hubungan yang paling intim dengan-Nya. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan dalam ibadah seperti, berdoa, membaca Firman-Nya, merenungkan, dan memuji Dia dengan sepenuh hati. Dengan itu, didalam hal 4point tersebut bakan hanya saja kita datang, ketika kita memiliki suatu pergumaulan, masalah. Namun, harus kita datang kepada-Nya setiap hari.
    .
    .
  2. . .Menasehati artinya mengingatkan satu dengan yang lain. Di dalam ayat (25b) merupakan sebuah contoh yang perlu kita terapkan kepada orang sekitar kita, apalagi dengan se-Iman  kita,  suapaya kita menjadi berkat ditengah-tengah banyak orang. Tetapi, dalam menasehati orang lain jangan kita memaksa orang lain tersebut.
    .
    .
  3. . .Semakin giat artinya merupakan sebuah hal yang baik kepada orang Kristen, mengapa? Kita harus semakin giat dalam membangun hubungan kita dengan Tuhan. Walaupun, dimasa-masa sulit, pergumulan, penderitaan, dll. Namun, ketika kita giat dalam membangun relasi dengan Tuhan, maka Tuhan akan menyertai kita, menolong minta, dan menjaga.

.

.

. . . . Dalam  3 point diatas itu meruapakn sebuah komunitas kita dengan Tuhan, tetapi marilah kita memiliki hal ini didalam diri kita sebagai orang yang percaya. Bukan, kita menjadi batu sandungan kepada orang lain, namun kita harus menjadi berkat  ditengah-banyak orang. Supaya mereka memiliki hubungan yang paling intim dengan Tuhan.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MURTAD

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : Ibrani 3 : 7-19

.

.

.

“Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.” Ibrani 3:12.

.

.

.

.

. . . . Dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, murtad adalah sikap mengganti atau meninggalkan suatu agama yang dilakukan oleh seseorang, sehingga ia menjadi ingkar terhadap agama yang diyakini sebelumnya. Dalam kekristenan, murtad ialah suatu sikap penolakan untuk percaya kepada Kristus Yesus (Ayat Nats).

.

.

. . . . Sekali pun kitab Ibrani tidak diketahui siapa penulisnya, tetapi yang jelas kitab ini di tujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi, yang berasal dari Italia (Ibrani 13:24), dimana mereka terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah. Penganiayaan yang mereka alami saat itu, membuat mereka putus asa dan beberapa di antara mereka mulai memperlihatkan tanda-tanda meninggalkan iman percaya mereka kepada Yesus Kristus. Hal tersebutlah yang mendorong penulis untuk menasihati dan mengajarkan kebenaran kepada orang-orang Kristen Yahudi yang berasal dari Italia tersebut, agar di antara mereka tidak ada yang murtad.

.

.

. . . . Sebagai orang percaya, saat ini kita juga sering mengalami penganiayaan, meskipun penganiayaan yang kita alami saat ini, tidak seperti penganiayaan yang di alami oleh orang-orang Kristen Yahudi yang berasal dari Italia saat itu. Informasi tentang hilangnya covid-19 di dunia membuat kita orang percaya merasa senang dan bangga, karena dengan iman kita percaya bahwa Tuhan telah menjawab doa-doa kita. Namun, informasi tentang munculnya virus varian baru, yaitu omicron (bahkan lebih mematikan dari virus covid-19), membuat kita putus asa dan kecewa kepada Tuhan.

.

.

. . . . Putus asa dan kecewa kepada Tuhan di situasi seperti itu adalah tindakan yang salah, bahkan hal itu bisa menjadi langkah awal seseorang akan meninggalkan iman percayanya kepada Yesus Kristus. Ada 3 poin yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, agar kita tidak meninggalkan iman percaya kita kepada Kristus (Murtad), antara lain sebagai berikut:

.

.

  • Jangan Mengeraskan Hati (Ayat 8)

. . Mengeraskan hati yang dimaksud ialah tidak mau menerima didikan dan ajaran yang benar. Sebagai orang percaya tentunya kita diharapkan untuk hidup dalam kerendahan hati, yaitu mau menerima didikan/ajaran dan bahkan mencari kebenaran tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
.
.

  • Jangan Menguji Tuhan (Ayat 9)

. . Seringkali orang percaya memiliki perspektif pemikiran yang salah tentang beriman kepada Tuhan, yaitu melakukan sesuatu dengan berkata beriman kepada Tuhan, namun pada dasarnya motivasinya hanyalah semata-mata untuk menguji Tuhan. Sebagai orang percaya, hendaklah kita memiliki iman yang benar kepada Tuhan, sebab hanya oleh karena iman yang benarlah kita akan diselamatkan.
.
.

  • Saling Menasihati (Ayat 13)

. . Sebagai orang percaya hendaklah kita saling memperhatikan satu dengan yang lain, dengan hidup dalam persekutuan. Persekutuan yang saling membangun dan mendorong dalam kasih satu dengan yang lain, yang tentunya membawa hidup kita lebih dekat lagi dalam Kristus.

.

.

“JAUH LEBIH BAIK KEHILANGAN SESUATU UNTUK MENGIKUT KRISTUS, DARIPADA KEHILANGAN KRISTUS UNTUK MENDAPATKAN SESUATU”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MEKAR DI MASA SUKAR

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Habakuk 3:17-19

.

.

.

.

. . . . Masa sukar adalah masa yang tidak disukai oleh siapapun dibawah kolong langit ini. Termasuk orang Kristen, pastinya tidak menginginkan masa sukar terjadi dalam perjalanan kehidupannya. Masa sukar ini  terjadi bakan hanya pada masa kini namun pada zaman Alkitab masa sukar ini sudah ada, dan saat ini kita melihat dari perjalanan hidup Habakuk. Habakuk hidup pada zaman bangsa Israel mengalami penindasan oleh musuh-musuhnya. Dalam keadaan yang seperti itu tentu memiliki hidup yang tidak bebas, dan juga pastinya sangat sulit mempertahankan hidup saat hidup dipenuhi dengan penindasan. Nanum bagaimana Habakuk tetap mempertahankan kehidupannya dimasa sukar seperti demikian, yang dapat juga menjadi pelajaran bagi kita orang percaya pada masa kini untuk mekar dimasa sukar:

  1. . . .Tetap bertekun dalam doa (Habakuk 3:1-2)
    .
    . . .Dalam masa yang penuh dengan penindasan, Habakuk tetap membangun hubungan kepada Tuhan melalui Doa. Hal ini seharusnya menjadi cara kita sebagai orang percaya memiliki iman yang tetap mekar di masa sukar. Doa bukanlah cara alternatif yang harus kita ambil karena sudah tidak ada pilihan lain lagi. Doa harus menjadi gaya hidup kita sebagai orang percaya, sehinggga sekalipun dalam masa sukar iman orang percaya tetap mekar, dan tidak menjadi lemah, kehilangan motivasi hidup atau bahkan membbuat kita jauh dari sang pemilik hidup.
    .
    .
  2. . . .Fokus kepada Tuhan dan bukan pada masalah (Habakuk 3:17-18)
    .
    . . .Masa yang sukar sering menarik kita untuk menjauh dari Tuhan, seringkali kita lebih fokus pada masalah yang ada, dan dampaknya hidup kita menjadi kehilangan arah sehingga terasa dipenjarakan dalam masa sukar tersebut. Namun habakuk memiliki cara sendiri bagaimana mempertahankan hidup dalam masa sukar.  Ayt. 17-18 “sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon angggur tidak berbunga, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari  kurungan, dan tidak ada lembu  sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”. Habakuk sangat memahami kondisi yang ada pada saat itu, namun hal tersebut tidak membuat hatinya menjauh dari Tuhan tetapi Habakuk tetap bersorak-sorai dalam Tuhan. Untuk bisa mekar di masa sukar, kita juga  sebagai orang percaya pada masa kini harus lebih fokus lagi kepada Tuhan dibandingkan pada masalah-masalah yang kita hadapi pada saat ini. Dengan fokus kepada Tuhan kita mampu melihat titik terang dari setiap keadaan sekalipun dimasa sukar, iman kita tidak dipengarui oleh kondisi dan situasi, namun kita tetap kokoh dalam iman, dan mampun mekar meskipun di masa sukar.
    .
    .
  3. . . .Tetap mengandalkan Tuhan (Habakuk 3:19)
    .
    . . .Dalam setiap keadaan kita harus tetap mengandalkan Tuhan sekalipun di masa sukar, karena nabi Yeremia menuliskan “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan” Yer. 17:8. Ketika kita mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kita kepada-Nya maka kita menjadi pribadi-pribadi yang tetap kuat dan mampu menghadapi berbagai macam keadaan sekalipun itu adalah hal yang sukar, karena yang membentengi kita bukan lagi kekuatan biasa namun kekuatan Tuhan yang melampauhi segalanya. Pada saat kita mengandalkan Tuhan kita mampu mengatakan seperti yang ditulikan oleh Habakun dalam ayt. 19 “Allah Tuhanku itulah kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak dibukit-bukitku”.
    .
    .

. . . . Jangan mebiarkan masa sukar menghilangkan sukacita kita sebagai orang percaya didalam Tuhan, tetaplah kuat karena benteng kita adalah Tuhan yang mampu membuat kita tetap mekar di masa sukar. Tuhan Yesus memberkati, Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email