Kategori
Uncategorized

Kuatir

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatirakan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Matius 6:25

.

.

.

.

. . . . Persoalan terbesar dalam kehidupan ini adalah “kuatir”. Sehingga membuat kita tidak dapat menikmati hidup dengan baik, tidak dapat menjalani hidup dengan tenang, selalu pesimis bahkan dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif. Tidak jarang kekuatiran merusak segala rencana dalam pekerjaan, keluarga bahkan dalam Pelayanan pun sering terjadi. Ternyata kekuatiran bukan saja terjadi dikehidupan zaman sekarang, dikarenakan kekuatiran berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia, jadi tidak bergantung pada zaman dan tempat. Dimanapun dan kapanpun kekuatiran akan selalu menghantui setiap manusia.

.

.

. . . . Salah satu hal yang diajarkan Tuhan Yesus dalam kotbah di Bukit adalah tentang kekuatiran. Ini dikarenakan salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dan perkembangan iman pada zaman itu dikarenakan kekuatiran akan kebutuhan hidup.

.

.

. . . . Salah satu cara agar kita dapat menikmati hidup ini adalah dengan cara menekan kekuatiran dalam diri kita. Kenapa kita perlu menekan rasa kuatir dalam diri kita?

.

.

  1. . . .Kekuatiran sering digunakan iblis untuk menghancurkan hidup kita
    .
    . . .Jika kita kembali ke perjanjian lama, kita bisa melihat salah satu bukti bahwa kekuatiran sering menjadi alat iblis untuk menghancurkan seseorang. Dalam 1 Samuel 13:11, Saul dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran ketika rakyat berserakan meninggalkan Saul, sehingga membuat Saul mengambil langkah dan tindakan yang salah dimata Tuhan. Akibat dari semua itu, Saul ditolak oleh Allah menjadi raja atas bangsa Israel.
    .
    .
  2. . . .Kekuatiran menyusahkan diri sendiri
    .
    . . .Contoh lain akan kekuatiran adalah ketika Tuhan Yesus dan murid-murid berada dirumah Maria dan Marta. Tuhan Yesus menegur Marta karna kuatir tidak memberikan yang terbaik kepada Tuhan Yesus, sehingga menyusahkan dirinya sendiri. Padahal yang Tuhan Yesus inginkan adalah duduk dan mendengar firman Tuhan.
    .
    . . .Sering kali kekuatiran membuat kita sibuk, sehingga membuat kita lupa untuk belajar dan mendengarkan firman Tuhan dan bersekutu dengan Tuhan. Inilah kenapa penting sekali untuk kita menekan rasa kuatir dalam diri agar hal yang utama tidak terlupakan karena kekuatiran.
    .
    .

. . . . Dari dua poin diatas kita dapat belajar bahaya dari kekuatiran. Untuk itu Tuhan Yesus memberikan satu jaminan kepada kita untuk tidak kuatir akan setiap kebutuhan dan kehidupan kita.

.

.

 Matius 6:33

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MATA (Melangkah Atas Tuntunan Allah)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 37:3-8

.

.

.

.

. . . . Di tahun 2021 ini, kita banyak mengalami hal-hal yang tidak pernah kita bayangkan, mulai dari bencana alam; pandemi; bahkan hal-hal menakutkan dan menyakitkan lainnya. Namun, ketika kita kembali melihat dari sisi yang lain, ada hal-hal yang baik yang juga kita lalui di tahuun 20211 ini. Baik dan buruknya hal yang terjadi menurut pandangan mata manusiawi kita, hendak mengingatkan kita bahwa kita bisa ada sampai hari ini semua karena tuntunan Allah. Apapun yang terjadi, selalu ada hal baru yang menjadi pengalaman kita dalam melalui tahun 2021. Sehingga di akhir tahun, kita bisa kembali memotivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun yang baru.

.

.

. . . . Tahun 2022 adalah tahun dimana hal-hal yang baru, peristiwa yang baru, serta kehidupan yang baru akan segera menjadi pengalaman bagi kita sebagai manusia. Sesungguhnya kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi nanti, tetapi satu hal yang pasti adalah kepada siapa kita akan berharap di tahun 2022. Karena, kepada siapa kita berharap akan menjadi sebuah tolak ukur tentang bagaimana kelanjutan hidup kita serta tuntunan atas setiap perilaku kita. Sehingga, pribadi yang menjadi pengharapan bagi kita adalah pribadi yang juga akan menjadi penuntun kehidupan kita.

.

.

. . . . Sebuah kisah menggambarkan tentang bagaimana besarnya peran seorang pribadi dalam kehidupan manusia. Adalah seorang pemuda yang berjalan sendiri dalam suatu lorong yang kosong, dalam keterdiamannya ia berpikir untuk bagaimana menjalankan kehidupan kedepannya. Di penguhujung lorong tersebut ia bertemu dengan seorang pengusaha, dan pribadi ini melihat betapa putus asanya pemuda ini akan kehidupannya, sehingga ia pun memutuskan untuk menolongnya. Waktu yang terus berjalan semakin menambah keakraban serta kepercayaan antara kedua belah pihak, hingga sampailah titik dimana pemuda ini mendapatkan apa yang ia inginkan dalam kehidupannya. Namun, karena rasa sayangnya akan pribadi yang telah menolongnya ini, pemuda tersebut memutuskan untuk tetap bersama pribadi ini. Hingga suatu ketika, pemuda ini mengetahui fakta yang begitu mengejutkan tentang pribadi yang selama ini ia percayai. Semua hal yang telah pemuda ini dapatkan atas pengharapannya kepada pribadi tersebut adalah hasil dari tindakan kriminal yang dilakukan oleh pribadi tersebut.

.

.

. . . . Dalam kasus seperti yang terjadi di atas, menimbulkan sebuah kebimbangan dalam diri pemuda ini, yang juga sering kita alami dalam kehidupan. Di satu sisi, kita tau hal yang dilakukan adalah sebuah kesalahan. Namun di sisi yang lain, kita tidak dapat hanya berdiam diri saja dan tidak melakukan apapun. Inilah yang menjadikan kita cenderung lebih banyak menaruuh pengharapan kita kepada manusia dibandingkan kepada Tuhan. Dalam Mazmur pasal 37 ini, Daud menggambarkan tentang kebahagiaan orang fasik (orang yang tahu kebenaran namun tidak melakukannya) adalah suatu hal yang semu (tidak nyata). Bukan hanya itu saja, Daud juga menggambarkan bagaimana cara kita untuk dapat menerima kebahagiaan yang sejati jika kita berjalan menurut tuntunan Tuhan.

.

.

  1. . . .Percaya dan Bersukacitalah dalam segala situasi (ay. 3-4)
    .
    . . .Banyak orang bisa berkata dengan mudah bahwa ia percaya kepada Tuhan, namun dalam perilaku kehidupannya kita bisa melihat bagaimana ia merasa selalu khawatir dengan segala sesuatu. Dalam ayat 3-4 ini, Daud mengajarkan kepada kita tentang bagaimana kita harus percaya, yaitu ‘diam dan berlaku setia’. Diam bukan berarti kita tidak melakukan apapun, melainkan kita bertanya apa yang Tuhan ingin untuk kita lakukan. Sehingga, ketika kita tahu apa yang Tuhan inginkan, maka kita akan melakukannya dengan setia. Inilah yang akan membawa kita kepada sukacita dalam segala situasi, karena kita tahu Tuhan selalu ingin yang terbaik buat kita, apapun keadaannya secara manusia.
    .
    .
  2. . . .Biarkan Tuhan yang berkehendak atas hidup kita (ay. 5-6)
    .
    . . .Ada sebuah pepatah berkata “lakukanlah bagian mu, dan biarkan Tuhan melakukan kehendak-Nya”. Pepatah ini menggambarkan bagaimana seharusnya kita sebagai orang percaya bertindak. Banyak orang mencoba melakukan kebenaran sesuai apa yang mereka tahu, tetapi justru tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Sebaliknya, ada orang yang selalu mencela ketika kita melakukan sesuatu, tetapi tanpa disadari itu justru sesuai kebenaran firman Tuhan. Dalam ayat ini, Daud mengajarkan kita untuk ‘membiarkan’ orang melakukan apapun bahkan mencoba menjatuhkan kita, tetapi kita tahu Tuhan yang akan bertindak atas kehidupan kita, karena kebenaran pasti dinyatakan.
    .
    .
  3. . . .Bersekutu dalam Tuhan secara pribadi (ay. 7-8)
    .
    . . . Bersekutu dengan Tuhan secara pribadi akan memberikan kita rasa haus yang terus-menerus untuk berada dalam hadirat-Nya. Inilah yang menjadi sebuah dasar bagi kehidupan kita untuk dapat menguasai diri sesuai firman Tuhan. Dengan begitu, apapun yang terjadi dalam kehidupan kita yang berusaha untuk membuat kita marah akan mampu kita atasi bersama dengan Tuhan. Karena penguasaan diri berasal dari keintiman dengan Tuhan.

.

.

. . . . Dengan demikian, melangkah atas tuntunan Tuhan mampu membawa kita untuk mengerti akan kehendak-Nya dalam hidup ini, sehingga kehidupan kita mampu berjalan selaras dengan apa yang Tuhan mau. Tuhan Yesus Menyertai.

Walking with God, will help you to improve your best self –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

DOA BUKAN SEKEDAR PERMINTAAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 7:7-11

.

.

.

.

Marthin Luther berkata bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Saat kita memiliki perspektif bahwa doa adalah sebuah permintaan, kita akan cenderung berdoa saat merasa butuh. Namun kita akan melihat doa dari perspektif yang lain berdasarkan ajaran Yesus dalam Matius 7:7-11. Ada 3 hal yang perlu kita renungkan dari bacaan kita saat ini.

  1. . . Kata “Mintalah”, “Carilah”, “Ketoklah” memiliki bentuk kata Present Imperatif yang berarti suatu perintah yang dilakukan secara terus menerus. Kita diajarkan untuk berdoa bukan hanya saat butuh tetapi setiap saat.
    .
    . . Hal lain yang bisa kita pelajari dari perintah ini adalah Allah sangat menyukai saat kita berdoa padaNya. Seorang anak bisa saja membuat kesal ayahnya saat meminta sesuatu secara terus menerus. Tetapi Allah kita berbeda. Allah justru sangat menyukai saat kita terus berseru padaNya. Karena itu marilah kita terus berdoa karena :
    a. Itu artinya kita sangat bergantung pada Tuhan
    b. Tuhan sangat menyukai saat kita terus berseru padaNya..
    ..
    .
  2. . . Ayat 8 merupakan penegasan bahwa Tuhan memperhatikan setiap doa kita. Abineno menjelaskan bahwa ketiga Passivum dalam ayat ini yakni menerima, mendapatkan, dan dibukakan pintu adalah futurm passive yang menyatakan sesuatu yang pasti terjadi.
    Future berbicara tentang masa depan. Karena itu kita bisa menyimpulkan bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan setiap doa kita di masa yang akan datang. Allah tidak mempermainkan doa kita.
    .
    .
  3. Jawaban Tuhan.
    .
    . . Pertama-tama Yesus memberikan sebuah gambaran tentang sikap seorang ayah dalam menanggapi permintaan seorang anak. Kita akan masuk ke kehidupan orang Yahudi saat itu:
    1. Tidak mungkin memberikan batu jika anaknya meminta roti. Batu kapur yang ada dipantai banyak yang mirip roti (William Barclay). Batu yang bundar mirip roti bundar (Abineno).
    2. Tidak mungkin memberikan ular jika meminta ikan. Ular yang dimaksud lebih kepada belut karena memang belut dilarang untuk dimakan.
    3. Tidak mungkin memberikan kalajengking jika meminta telur (Luk. 11:12). Di Palestina, Kalajengking besar warnanya mirip telur.
    .
    .

    . . Terlepas dari 3 penjelasan berdasarkan konteks situasi saat itu di Israel, Yesus ingin menyampaikan bahwa bapa yang jahat pun tidak akan memberikan pemberian yang menyakiti anaknya.
    .
    .

    . . Kata “jahat” dalam ayat 11 tersebut berasal dari kata poneros yang berarti serakah, mengingat diri sendiri (egois). Jadi, seorang ayah yang serakah dan egois ini pun tahu bagaimana memberi yang baik pada anaknya apalagi Bapa kita. Yesus memberikan penjelasan bahwa jawaban Tuhan adalah “yang baik” bukan yang mereka minta. Kalau Injil Lukas menjelaskan bahwa Allah memberikan Roh Kudus (Luk. 11:13). Untuk bisa memahami kaitan antara Roh Kudus dalam Lukas 11:13 dan “Yang Baik” dalm Matius 7:11, kita melihat sebuah synonymous parallelism pada Yesaya 44:3b dimana di sana dijelaskan bahwa Roh Tuhan = Berkat Tuhan. Itu sebabnya kita juga bisa memahami dalam injil Matius dan Lukas Tersebut bahwa Roh Kudus = Yang Baik = Berkat Tuhan.
    .
    .

    . . Apa arti “yang baik” di ayat ini?
    .
    . . Injil Lukas menggabungkan khotbah Yesus ini dengan “Doa Bapa Kami” sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa frasa “yang baik” yang dimaksud oleh Yesus adalah segala sesuatu yang ada dalam “Doa Bapa Kami”. Mengingat Allah adalah satu-satunya pribadi yang baik (band. Matius 19:16-17), maka kita bisa memahami bahwa “yang baik” yang dimaksud adalah segala sesuatu yang baik menurut kehendak Allah, bukan menurut kehendak kita.
    .
    .

    Tentu ini menjadi sukacita besar bagi kita karena:
    1. Allah kita adalah Allah yang baik dan kita memanggilNya Bapa.
    2. Bapa kita lebih mengerti apa yang kita butuhkan dibandingkan diri kita sendiri.
    .
    .

    . . Maka kita bersyukur Tuhan menjawab doa kita berdasarkan kehendakNya bukan berdasarkan keinginan kita karena itu bisa menjerumuskan kita sendiri.
    .
    .

    . . Orang Yunani memiliki cerita dimana dewa mereka senang menjawab doa-doa para penyembahnya tetapi jawabannya selalu mengandung duri. Misalnya Aurora (dewi fajar) yang jatuh cinta pada manusia biasa bernama Tithonus meminta agar Tithonus diberi hidup kekal tetapi lupa meminta awet muda. Dewa Zeus mengabulkan untuk hidup kekal. Tetapi Tithonus tidak awet muda. Kekal tetapi tua. Itulah Dewa Zeus yang suka mempermainkan para pemohonnya sehingga jawaban doa malah jadi seperti beban dan kutukan.
    .
    .

    . . Allah kita tidak akan mempermainkan kita dengan doa kita. Dari cerita Yunani tersebut kita bisa melihat bahaya jika Tuhan mengikuti semua yang kita katakan. Karena kita sering tidak tahu apa yang kita butuhkan
    .
    .

Allah kita adalah Bapa yang sangat mengasihi kita. Dia ingin kita bergaul erat denganNya. Dia ingin kita selalu bergantung padaNya. Dia memperhatikan setiap doa-doa kita. Dia begitu bersukacita saat kita berseru padaNya. Dalam kasihNya Ia juga tidak ingin kita terjebak dalam keegoisan untuk mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Atau terjebak dalam keserakahan bahwa Tuhan harus memberikan semua permohonan kita. Atau kebinasaan kekal karena permohonan kita justru membuat kita semakin jauh dariNya. Karena itu Dia memberikan “yang baik” yaitu yang sesuai dengan kehendakNya bagi kita sehingga kita menikmati hubungan yang indah dalam pergaulan kita bersama dengan Tuhan.

Karena itu doa bukan sekedar permintaan tetapi hubungan yang indah dan yang sempurna berdasarkan kasih antara yang tidak sempurna dan yang sempurna antara pribadi yang terbatas dan yang tidak terbatas.

Teruslah berdoa dalam hidup kita secara pribadi, keluarga, dan persekutan saudara seiman. Tuhan memberkati kita. Amin.

Kategori
Uncategorized

MENJAGA SECARA TOTALITAS

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

AYAT BACAAN : Mazmur 121:1-8

.

.

.

.

.

.

. . . . Manusia cenderung mengharapkan rasa aman, karena pada kenyataannya manusia tidak bisa lepas dari rasa kekuatiran, ketakutan bahkan kegelisahan. Melihat keadaan saat ini banyak hal yang membuat rasa aman manusia terancam, untuk itu tidak sedikit orang menggunakan berbagai cara untuk melindungi diri dari berbagai ancaman bahaya, bahkan ada orang yang merelakan hartanya supaya memiliki rasa aman, contohnya menggunakan CCTV, maupun jasa keamanan dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan supaya tetap merasa aman dalam berbagai situasi yang dapat mengancam keamanannya, namun hal ini tidak secara utuh dapat memberikan rasa aman atau usaha manusia untuk mendapat rasa aman tidak mampun menjaga secara totalitas. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan rasa aman dan ketenangan ketika situasi dan keadaan mengancam kehidupan kita sebagai manusia yang memerlukan perlindungan?.

.

.

. . . . Kita akan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam Mazmur 121. Dalam Mazmur ini diawali juga dengan sebuh pertanyaan, ayt. 1 “Aku melayangkan mataku kegunung-gunung darimanakah akan datang pertolonganku?”. Pemazmur menuliskan hal tersebut pastinya karena mengalami situasi sulit dan mengharapkan pertolongan. Dalam ayt. 2 Pemazmur menemukan asal pertolongan yang dapat menjaganya secara totalitas, “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi”. Pemazmur sangat yakin bahwa Tuhanlah satu-satunya yang dapat menolong manusia karena Tuhan yang menciptakan segalanya (Langit dan bumi). Dalam pernyataan pemazmur ini juga mengingatkan kita pada orang-orang percaya pada saat ini bahwa yang mampu menolong, dan menjaga kita secara totalitas adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.

.

.

. . . . Tuhan adalah penolong dan penjaga hebat. Tuhan bukanlah CCTV yang hanya menangkap gambar ketika kita dalam bahaya namun tidak dapat menolong kita dari bahaya, Tuhan juga tidak seperti para tenaga keamanan yang pastinya memiliki keterbatasan dalam memberi perlindungan, pertolongan maupun penjagaan, Tuhan tidak seperti alarm yang hanya dapat memberikan peringatan bahaya namun tidak dapat menolong. Tuhan adalah pribadi yang mampu menolong sekaligus memberikan jaminan keselamatan. Apa yang dapat dilakukan oleh Tuhan sebagai penjaga secara totalitas?

.

.

  1. Tuhan Tidak membiarkan orang percaya goyah (ayt. 3a).
    .
    .
  2. Tuhan tidak pernah lalai, tertidur dan terlelap (aty. 3b-4).
    .
    .
  3. Tuhan tidak hanya menjaga tubuh namun juga menjaga nyawa (5-7).
    .
    .
  4. Tuhan tidak menjaga hanya sampai hari ini, besok atau lusa namun Tuhan menjaga sampai selama-lamanya (ayt. 8).

.

.

. . . . Diawal tahun yang baru ini mari kita terus bersandar dan berharap kepada Tuhan karena keadaan pastinya tidak akan selalu baik-baik saja, semakin hari keadaan pasti semakin banyak masalah dan bahaya akan semakin bertambah. Dalam Efesus 5:16 “Dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat”, keadaan boleh semakin membburuk namun orang percaya akan terus aman karena ada pribadi yang mampu menjaga secara totalitas. Ketika kita terus berlindung dalam naungan Tuhan maka kita mampu menyaksikan pertolongan-Nya setiap  saat dan kita mampu berkata seperti yang dikatakan oleh rasa Salomo dalam Amsal 14:26 “Dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya”.

.

.

. . . . Jika ditahun lalu kita telah melihat bagaimana penjagaan Tuhan dalam hidup kita maka ditahun yang akan kita lalui ini juga Tuhan pasti akan terus menjaga dan menolong kita secara totalitas sampai selama-lamanya.  Kiranya renungan singkat ini dapat meneguhkan dan memberkati kita semua, Tuhan Yesus memberkati. Amin

Kategori
Uncategorized

Jangan Pernah Jemu dalam Melayani Allah

Ditulis Oleh : Bapak Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Kor. 15:58).

.

.

.

.

. . . Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Kalimat ini mengajarkan kita bahwa pelayanan adalah “all your activities”. Itu sebabnya pelayanan tidak hanya di gereja tetapi di tempat kerja, di sekolah pun kita melayani Allah. Tentu bukan dengan cara memuji Tuhan di sana tetapi dengan menjadi terang dan teladan. Perbuatan baik kita pun adalah pelayanan pada Allah. Karena itu, seluruh aktifitas kita, harus dilakukan untuk Kristus. Jika kita melakukan semua kebaikan, bukan untuk Kristus, maka itu tidak akan pernah berkenan pada Allah. Marthin Luther memberikan suatu konsep yang indah mengenai pekerjaan. Ia menyebut bahwa pekerjaan (sekuler) merupakan suatu panggilan. Ia melanjutkan bahwa yang membedakan seseorang melakukan pekerjaan sakral atau tidak bukan terletak pada jenis pekerjaannya, tetap terletak pada imannya pada Kristus.

.

.

. . . Ayat yang menjadi perenungan kita saat ini adalah suatu panggilan kita untuk tetap melayani Allah. Kita mungkin pernah gagal dan kecewa ditahun yang lama. Pelayanan kita tidak dihargai, kebaikan kita dianggap sampah. Tetapi ketika kita melakukan palayanan dengan tujuan memuliakan Allah, itu sangat dihargai oleh Allah sekalipun itu terlihat kecil dan sederhana.

.

.

. . . Latar belakang panggilan melayani dalam ayat ini adalah karena ucapan syukur (ay. 27). Landasan ucapan syukur dalam perikop ini adalah karena kita semua akan mengalami kebangkitan tubuh. Dari tubuh fana menjadi tubuh kemuliaan. Setelah itu tidak akan ada lagi kematian. Kita akan mengalami sukacita yang besar bersama dengan Tuhan. Rasa syukur inilah yang membawa kita pada panggilan untuk tetap melayani Allah. Karena itu ada 3 hal yang menjadi perenungan kita pada saat ini dalam penggilan Allah.

.

.

  1. . . . Berdiri teguh. Frasa selanjutnya “Jangan goyah” merupakan penekanan dari berdiri teguh karena memang jemaat Korintus sedang goyah. Apa maksud dari berdiri teguh? Perhatikan bahwa dalam pasal 15 ini, rasul Paulus sudah mengeluarkan frasa “berdiri teguh” pada ayat 1-2. Di sana rasul Paulus menyampaikan agar jemaat di Korintus berdiri teguh dalam Injil yaitu berita tentang kematian dan kebangkitan Yesus (ay. 3-4). Kematian dan kebangkitan Kristus berbicara tentang keselamatan yang kita peroleh melalui iman. Kita beriman pada Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Karena itu frasa “Berdiri teguh” tentunya berarti tetap kuat di dalam iman. Bukan iman yang besar melainkan iman yang benar. Pdt.Yakub Tri Handoko berkata bahwa “iman yang benar lebih penting daripada iman yang besar”. Pdt. Bigman Sirait berkata bahwa “iman yang besar dapat memindahkan gunung, tetapi iman yang sejati tetap percaya walaupun gunung tidak pindah”. Iman ini kita dasarkan pada Injil. Karena itu dalam pelayanan kita, jadikanlah injil yang menjadi pusat pelayanan kita. Kita terus belajar kebenaran Injil agar terus bertumbuh. Mari belajar kebenaran Injil baik melalui perenungan setiap hari, juga dalam mendengarkan kebenaran firman Tuhan baik di gereja maupun dipersekutuan-persekutuan yang ada.
    .
    .
  2. . . . Melimpah dalam pekerjaan Tuhan. Terjemahan bahasa Indonesia dituliskan bahwa giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Kata “giatlah” dalam bahasa Yunani perisseuō diterjemahkan dalam bahasa Inggris abounding (KJV) berarti “berlimpah”. Karena itu perisseuō artinya bukan sekedar rajin dan bersemangat tetapi lebih kepada kesungguhan dan keseriusan dalam pelayanan berusaha untuk terus memberi lebih dan lebih baik lagi untuk Tuhan. Saat kita melakukan pelayanan dengan seadanya, kita tidak menghargai Tuhan yang memberikan pelayanan itu. Kata perisseuō juga sudah muncul dalam (14:12) yang menunjukkan kesungguhan dalam membangun jemaat. Artinya dalam sebuah pelayanan, yang menjadi fokus kita adalah membangun orang lain. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa nubuat lebih penting daripada bahasa Roh. Nubuat bukan sekedar berbicara tentang masa depan melainkan berbicara tentang membangun orang lain. Sedangkan bahasa Roh membangun diri sendiri. Karena itu, pelayanan bukan sekedar untuk memuaskan ambisi pribadi juga bukan untuk mendapatkan keuntungan tetapi kita memberikan yang baik dan lebih baik lagi untuk kemuliaan nama Tuhan dengan terus saling membangun satu sama lain baik melalui nasihat firman Tuhan maupun dengan bantuan baik dengan tenaga atau harta kita bagi orang yang membutuhkan.
    .
    .
  3. . . . Pelayanan di dalam Tuhan. Dalam terjemahan Indonesia yaitu “dalam persekutuan dengan Tuhan.” Dalam teks aslinya tidak menggunakan kata “persekutuan” sehingga akan lebih tepat diterjemahkan “sebab kamu tahu, bahwa di dalam Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.”

.

.

. . . Kata “di dalam Tuhan” menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan semua itu anugerah Allah. Pelayanan adalah anugerah. Karena itu, jerih payah bukanlah penekanan pada kalimat ini melainkan kata “di dalam Tuhan”. Artinya, keberhasilan dalam suatu pelayanan dimana kita berlimpah dalam pekerjaan Tuhan, itu bukan ditentukan jerih lelah kita melainkan anugerah Allah semata. Tentu kita tidak boleh menyimpulkan bahwa kita tidak perlu berjerih lelah tetapi ketika kita bisa berjerih lelah bagi Tuhan, itu adalah anugerah Tuhan bagi kita. Semangat dalam jerih lelah akan ditentukan dari kesadaran seberapa besar anugerah Allah dalam hidup kita. Jika kita merasa bahwa anugerah Allah biasa saja, maka pelayanan bukanlah sesuatu yang istimewa dalam hidup kita. Rasul Paulus adalah pribadi yang kita tahu sangat berdosa karena menganiaya jemaat. Tetapi kesadaran Paulus akan anugerah yang besar yang Tuhan berikan padanya membuatnya begitu berjerih lelah dalam pelayanan. Karena itu tumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa kita bahwa kita sudah mendapatkan anugerah yang besar. Sadari bahwa kita orang berdosa dan kebaikan-kebaikan kita bercampur dengan dosa. Sadari bahwa kita tidak berdaya dan sangat  membutuhkan Tuhan. Itu sebabnya, tidak ada yang sia-sia dalam Tuhan.

.

.

. . . .Karena itu, ditahun yang baru ini, mari kita tetap melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kegagalan-kegagalan di tahun yang lama biarlah itu menjadi pelajaran untuk kita bisa memberikan yang lebih baik lagi tahun ini. Kekecawaan karena marasa tidak dihargai dalam pelayanan kita buang jauh-jauh. Kita buka lembaran baru dengan tetap teguh dalam Injil, melimpah dalam pelayanan dan tetap percaya bahwa semua pelayanan kita adalah anugerah Allah. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

JATI DIRI

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

Nats Alkitab : Matius 5 : 16

.

.

.

.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

.

.

.

.

. . . . Jati diri adalah suatu bentuk khusus atau gambaran spesifik tentang pribadi seseorang yang dapat mengungkapkan identitas diri yang orisinil. Setiap orang memiliki dorongan yang sangat kuat untuk berusaha menemukan jati dirinya. Menemukan jati diri tidak mudah, beberapa hal dapat dilakukan seperti pengenalan diri sendiri, perdamaian dengan diri sendiri dan menguji diri sendiri. Pengetahuan tentang jati diri/identitas diri dapat mendorong seseorang menemukan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya sehingga dapat mempermudah untuk menemukan satu titik pencapaian di masa depan.

.

.

. . . . Seorang anak Tuhan tidak perlu diragukan, karena mereka sudah memiliki jati diri/identitas diri tersebut. Matius 5:13-16 menyebutkan bahwa “kamu adalah garam dunia” dan “kamu adalah terang dunia”. Kata adalah yang terkandung dalam kedua kalimat tersebut merupakan satu penekanan penting yang memberi satu pernyataan jelas tentang jati diri/identitas diri anak Tuhan yakni Garam dan terang. Sebagaimana garam memiliki banyak fungsi yang sangat penting untuk suatu makanan maka anak Tuhan juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi orang lain disekitarnya bahkan orang yang tidak mengenal Kristus. Dan terang, sangat dibutuhkan oleh manusia demikian kehadiran anak Tuhan begitu diharapkan sebagai teladan yang dapat menerangi orang lain melalui setiap tindakan dan perbuatannya.

.

.

3 hal yang menunjukkan jati diri anak Tuhan:

.

  1. Percaya diri. “Demikian hendaknya terangmu bercahaya di depan orang …,”. Sebagai terang dunia sudah pasti peranannya adalah menerangi yang gelap dan membawa sukacita karena terangnya meniadakan gelap. Terang dunia menggambarkan tentang suatu kepribadian yang percaya diri, berani, menyatakan apa yang benar dan tidak takut pada kegelapan. Anak Tuhan mestinya mampu percaya diri namun bukan mempercayakan diri pada diri sendiri. Percaya diri artinya memiliki suatu keberanian untuk menunjukan terang Kristus melalui kehidupannya. Percaya diri yang dapat membawa terang supaya dapat dilihat semua orang sehingga dapat menghasilkan suatu perubahan hidup bagi orang lain.
    .
    .
  2. Berdampak. Kehadiran terang sudah pasti menerangi yang gelap. Nyala lampu sudah pasti dapat menerangi ruangan. Demikian kita anak-anak Tuhan yang adalah garam dan terang dunia semestinya dapat berarti bagi orang lain. Kehadiran kita harus dapat memberi makna di lingkungan kita berada, baik dari setiap tutur kata, cara bersikap menanggapi sesuatu hal, terlebih untuk teladan peribadahan kita kepada Tuhan harus dapat dirasakan orang lain sehingga menghasilkan banyak jiwa yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus yang memiliki kepastian hidup yang kekal.
    .
    .
  3. Memuliakan Tuhan. Menjadi garam dan Terang merupakan jati diri kita sebagai anak Tuhan. Gaya hidup kita, yang selalu menjadi terang dimana kita berada dan berarti bagi orang lain sudah pasti menjadi kemuliaan Tuhan. Memuliakan Tuhan adalah kewajiban kita sebagai makhluk ciptaan yang sempurna. Tidak ada pilihan untuk menyakali hal itu. Sepeti lampu yang fungsinya memberi penerangan; bagaimanapun juga tidak akan beralih fungsi menjadi penggelap ruangan. Untuk memuliakan nama-Nya tidak ada tuntutan besar yang menyiksa diri melainkan semua yang baik yaitu perbuatan baik/ketaatan pada firman-Nya dan hati yang selalu memandang kepada Tuhan.
    .
    .

. . . . Bagaimana dengan saudara, sudahkah menemukan jati diri yang sesungguhnya? Sudahkah saudara berdampak dan memuliakan Tuhan?

.

.

. . . . Marilah terang kita dapat berarti bagi orang lain dan dapat memenangkan jiwa-jiwa melalui gaya hidup kita sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Amin!

.

.

KEMULIAAN HANYA BAGI NAMA TUHAN

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

INTEGRITAS DIRI

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : Yakobus 1:19-27

.

.

.

.

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” Yakobus 1:22

.

.

.

. . . . Orang yang hanya mendengar firman Tuhan dan tidak melakukannya, sama halnya seperti orang yang sedang mengama-ngamati mukanya di depan cermin, dimana ketika dia pergi dari depan cermin, ia akan segera lupa bagaimana rupanya sendiri, (Ayat 23,24).

.

.

. . . . Menurut KBBI, integritas berarti mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Sedangkan yang dimaksud dengan integritas diri adalah apa yang saya percaya benar, saya bicarakan, lalu saya lakukan, (ayat nats).

.

.

. . . . Sebagai orang percaya, tentunya kita bersyukur bisa mengenal kebenaran yaitu Injil (Alkitab). Namun, apakah hanya sebatas mengenal saja? Tentunya tidak. Pada dasarnya, seberapa dalamnya kita mempercayai sebuah kebenaran (Injil), tidak akan berarti jika kita tidak mengucapkannya, dan terlebih lagi tidak berarti  jikalau kita tidak melakukan kebenaran tersebut. Dengan kata lain, integritas adalah hasil dari apa yang kita percaya benar, lalu kita ucapkan, kemudian kita lakukan.

.

.

. . . . Sebagai orang percaya, tidak hanya cukup menyembah dan melayani Tuhan. Tanpa integritas diri, maka sia-sia kita menyembah dan melayani Tuhan. Ada 3 poin penting yang harus kita terapkan dalam mewujudkan integritas diri kita sebagai orang percaya, antara lain sebagai berikut:

.

.

  • Menjauhi Kejahatan (Ayat 21)
    .

. . . . Sebagai orang percaya, kita diharapkan untuk bisa menjadi teladan bagi lingkungan sekitar. Salah satu keteladanan yang harus orang percaya lakukan  adalah dengan menjauhi kejahatan dalam hidupnya.

.

.

  • Bertekun Serta Melakukan Firman Tuhan (Ayat 25)
    .

. . . . Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa orang percaya tidak hanya cukup mendengar firman Tuhan saja, melainkan harus bertekun menggali kebenaran tersebut serta diharapkan mampu melakukannya dalam segala aspek kehidupannya sehari-hari.

.

.

  • Mengasihi Orang Yang Kesusahan (Ayat 27)
    .

. . . . Mengasihi dengan menolong orang dalam kesusahannya, tentunya merupakan salah satu wujud kasih yang Tuhan harapkan dalam kehidupan orang percaya. Dengan mengasihi dan menolong orang-orang dalam kesusahan mereka, yakni suatu ibadah yang murni dihadapan Tuhan.

“INTEGRITAS DIRI ORANG PERCAYA DAPAT DI UKUR DARI TINGKAH LAKUNYA, APAKAH SESUAI DENGAN IMAN PERCAYANYA ATAU TIDAK, BUKAN DENGAN PROFESINYA”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email