Categories
Uncategorized

HIDUP KARENA DOA

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.

Seseorang yang memiliki kepastian keselamatan, yaitu keyakinan bahwa dia sudah menjadi anak Allah, pastilah rindu bertumbuh dalam kerohaniannya. Salah satu kuncinya adalah memupuk kehidupan berdoa yang disiplin. Berdoa artinya menciptakan komunikasi dua arah yang indah dengan Allah yang menjadi “Bapa” kita. Doa bukan sekedar meminta sesuatu atau mencari suatu jawaban, melainkan menciptakan suasana terbuka dimana Allah dapat hadir dan masuk dalam kehidupan kita. Dia ibarat sahabat kita yang hidup dan bergumul bersama dia. (Yoh. 15:14).

.

.

Kalau kita memiliki  disiplin doa, itu artinya kita sedang masuk  dan mengalami suasana yang “intim” dengan Allah. Itu juga berarti kita sedang memasuki pintu berkat dan anugerah Allah yang lebih besar dan berlimpah. Ada banyak Alasan mengapa kita harus memiliki disiplin doa. Seperti berikut ini :

.

.

  • Karena doa adalah kehendak Allah (1 Tes. 5:17-18)

.

Melalui doa Allah ingin mendidik kita untuk mengetahui kehendak-Nya, sekaligus berjalan dalam kehendak-Nya. Seringkali kita memohon sesuatu kepada Allah menurut kehendak atau kemauan atau keinginan “kedagingan” kita, padahal hal itu tidak sesuai dengan kehendak Allah atau Firman Allah. Tetapi melalui disiplin doa Allah akan menolong kita untuk mengerti kehendakNya, sehingga kita tidak lagi memaksakan kehendak kita kepada Allah.

.

.

  • Doa Adalah perintah Tuhan Yesus (Lukas 18:1)

.

Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan Yesus adalah menaati perintahNya (Yoh. 14:15). Dan salah satu perintahNya adalah berdoa dengan tekun. Melalui disiplin doa, Allah ingin mendidik kita menjadi anak-anakNya yang benar-benar mengasihi Allah dan sesama secara Nyata. (Lih. Matius 22:36-39)

.

.

  • Doa adalah senjata rohani untuk menaklukkan si jahat (Mat. 26:41; Luk. 10:17-18)

.

Melalui doa, Allah melatih kita untuk hidup berkemenangan. Setiap siasat dan pencobaan dari si Iblis, maupun setiap tantangan hidup dapat kita patahkan dengan senjata doa.

.

.

Melalui ketika hal tersebut diatas kita dapat belajar bahwa kita memiliki hak istimewa sebagai seorang anak Allah, kita diberikan kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung kepada Allah yang menjadi bapa kita. Komunikasi ini tidak terbatas dengan waktu, ruang, situasi dan kondisi.

.

.

Karena itu marilah kita setia dengan tekun hidup disiplin dalam doa, sebagai bukti pertumbuhan iman kita yang percaya kepada Allah yang sanggup menolong kita sesuai dengan kehendakNya. Sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang hidup karena doa kita kepada Allah. Amin.

Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kisah kasih ku dengan Dia

Ditulis Oleh : Sdri. Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Yesaya 43 : 4

.

.

.

.

Dengan langkah aku menyusuri derasnya hujan yang turun membasahi tanah. Hati ku tidak tahan untuk segera bertemu dengannya. Meskipun lupa membawa serta payung atau pun mantel sebagai pelindung tubuh, namun tekad ku untuk berjumpa di hari kasih sayang ini tidak pudar. Lampu-lampu jalan mengiringi setiap langkahku, bagaikan berada di sebuah pertunjukkan besar, ya pertunjukkan tentang perjuangan seorang wanita untuk menemui sang pemilik hati.

.

.

Sesampainya disebuah taman, ku letakkan tubuhku yang basah di suatu bangku. Menunggu dalam diam dan dinginnya hujan, akan kehadiran pemilik hati. Meski ditengah derasnya hujan yang turun, tubuh yang basah, serta dinginnya angin malam, namun secarik senyuman selalu mengiasi wajahku. Waktupun berlalu, menit berjalan ingga jam pun mulai beradu langkah. Dimanakah engkau? Tidakkah kau tahu diriku menunggumu saat ini? Apakah kau melupakan janjimu? Ataukah kau hanya mengulur waktu untuk memberikan yang terbaik sebagai hadiah? Apa kau pergi bersama yang lain?. Berbagai pertanyaan mulai menghiasi pikiranku. Rasa kecewa, marah, curiga, dan sedih bercampur menjadi satu.

.

.

Tepat pukul 23.00, aku memberanikan diriku untuk beranjak, beranjak dari dinginnya besi basah yang terbalut cat tempat ku meletakkan  tubuh ku. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, suatu pesan berbunyi di ponselku. Dengan gemetar, aku pun membuka pesan itu, sejenak tak bisa ku bayangkan apa yang terjadi. Namun yang pasti, semua kecurigaan itu hilang sepenuhnya, tergantikan dengan rasa kehilangan yang mendominasi ini. Ya, kekasihku telah pergi, pergi untuk selamanya, bukan karena melupakan janjinya untuk bertemu, bukan pula pergi untuk mencari yang lain. Tetapi, dia telah pergi, pergi untuk selamanya ketika hendak membawakan hadiah yang terbaik untukku, wanita yang sangat dihargainya, wanita yang sangat dicintainya. Pemilik hatiku, kini telah pergi bersama dengan semua kenangan indah dan telah menjadi hadiah terindah dalam hidupku.

.

.

Seringkali, kita sebagai orang Kristen berkata bahwa ‘Saya mengasihi Tuhan’, tetapi dalam praktik kehidupannya, kita justru mengecewakan Tuhan. Sekilas kisah diatas ingin menyampaikan pesan tentang bagaimana cerita kasih seorang wanita kepada seorang pria, dan pria tersebut juga sangat menghargai dan mencintai wanita itu, bahkan hingga maut yang memisahkan. Demikian pula dengan besarnya kasih Tuhan kepada kita semua.

.

.

Dalam Yesaya 43:4, ingin menyampaikan kepada kita semua tentang bagaimana bukti kasih Tuhan, penghargaan Tuhan atas setiap umat manusia. Bukti kasih ini bukan hanya sekedar ucapan, ataupun janji, melainkan perbuatan yang bahkan rela untuk menyerahkan nyawa-Nya bagi semua umat manusia. Keberdosaan manusia tidak membuat Tuhan lari atau meninggalkan kita, melainkan Dia justru memberikan nyawa-Nya sebagai ganti dan penebusan dosa kita, sehingga kita (umat berdosa) tidak lagi terperangkap dalam jeratan maut.

.

.

Lalu, bagaimana cara kita agar dapat mewujudkan kisah kasih kita dengan Tuhan dalam kehidupan kita?

.

.

  • Realized that you are precious and His favorite

.

Menyadari bahwa kita berharga dan merupakan kesayangan-Nya, itu adalah hal terpenting bagi kita untuk dapat melangkah maju kepada step selanjutnya tentang kisah kasih kita kepada Tuhan. Keberhargaan, kemuliaan, dan kasih yang Tuhan berikan atas kehidupan kita memampukan kita menerima kehidupan kekal itu. sehingga, ketika kita senantiasa menyadari betapa pentingnya kehidupan kita di mata Tuhan, maka kita pun akan menghargai diri kita sendiri sebagaimana Tuhan Yesus menghargai kita.

.

.

  • Change your life and mindset

.

Mengubah cara pandang kita merupakan suatu langkah yang sulit, namun dapat menjadi penentu bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari kita. Ketika kita sadar betapa berharganya kita di mata Tuhan, maka pikiran dan kehidupan kita juga akan berubah. Berubah bukan berarti semudah membalikkan telaak tangan, tetapi berubah menjadi seperti apa yang Tuhan inginkan. Hal terpenting ialah mau membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, sehingga kita dapat mengerti rencana-Nya dalam hidup kita.

.

.

  • Feel His Love and share it

.

Ketika sepasang kekasi merasakan suasana jatuh cinta setiap harinya, demikian juga hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita senantiasa membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, maka kasih itu akan terus membara dalam diri kita dan membuat kita ingin selalu berada dalam hadirat-Nya, serta berlanjut pada kerinduan kita agara semua orang juga dapat merasakan kasih itu. Inilah langkah yang tepat bagi kita untuk membagikannya kepada semua orang di sekeliling kita. Sehingga, bukan hanya kita saja yang dapat merasakannya, tetapi setiap umat manusia dan bangsa-bangsa juga turut merasakan besar dan hebatnya kisah kasih kita dengan Tuhan.

.

.

Melalui ketiga langkah ini, kita dapat membangun sebuah cerita indah tentang perjalanan kisah kasih kita dengan Tuhan, sampai kepada kekekalan nanti. Tuhan Yesus Menyertai.

.

.

“Share your love to each other, but don’t ever forget that you are loved by the Masterpiece of life, His name is Jesus Christ.”

Categories
Uncategorized

Melayani Tuhan atau Diri Sendiri?

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Roma 12:1-2

.

.

.

.

Pernahkah kita tahu makna dari Melayani Tuhan? Pelayanan adalah anugerah Allah. Dan melayani adalah kesempatan dan anugerah yang Tuhan berikan untuk kita. Karena siapakah kita sehingga kita layak melayani Allah? Karena itu pelayanan sekalipun melibatkan penyangkalan diri, tetapi itu adalah sebuah kehormatan dari Allah pada kita.

.

.

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, apa motivasi kita melayani Allah? Supaya Allah dimuliakan?  Atau Mungkin kita bisa berpikir begitu tetap faktanya kita seringkali tidak menyadari bahwa yang kita layani adalah diri kita sendiri bukan Tuhan. Bagaimana kita mengetahui hal itu? Jika kita melakukan tugas pelayanan dan tidak dihargai bagaimana perasaan kita? Jika kita memberikan sumbangan pada gereja dan tidak dihargai, bagaimana perasaan kita? Jika kita dikecewakan dalam pelayanan bahkan dicela dalam pelayanan kita, bagaimana perasaan kita? Saat kita marah dan kecewa, berarti kita masih melayani diri sendiri.

.

.

Kita bukanlah orang yang sudah sempurna. Siapapun kita terkadang masih melayani diri sendiri. Karena itu melalui renungan ini, kita harus memperbaiki motivasi kita yang kurang tepat dalam melayani Tuhan.

.

.

Ada dua hal yang perlu kita ketahui dalam memperbaiki motivasi kita dalam melayani Allah.

.

.

  1. Mengubah hidup kita (ay. 1)

    Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan pada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

    Pertama, tubuh kita milik Allah. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1 Kor. 6:20). Tubuh kita berbicara tentang kehidupan kita. Artinya seluruh aspek kehidupan kita adalah milik Allah. Kesadaran bahwa diri kita milik Allah seharusnya memberi kita pengertian dalam hidup kita bahwa pelayanan bukan untuk menyenangkan diri kita melainkan menyenangkan Allah. Kita menempatkan Allah diatas ego kita sebagai alasan sesungguhnya dalam melayani Allah.

    Karena itu Allah meminta tubuh kita yang hidup (bukan lagi yang mati seperti korban dalam PL). Tuhan ingin kita melayani Allah dengan tubuh kita yang hidup. Itu jauh lebih mulia daripada kita sekedar mengatakan bahwa kita mau mati bagi Tuhan yang kita tidak tahu itu benar-benar kita lakukan atau tidak. Jika kita melayani Allah saja tidak mau, bagaimana kita bisa berlogika kita mau mati bagi Tuhan?

    Dalam melayani Allah, Allah menginginkan kekudusan dan kehidupan yang berkenan padaNya. Artinya, untuk memperbaiki motivasi kita, mari kita mengubah hidup kita dahulu. Kita mengarahkan diri pada kekudusan dan perkenaan Allah yang artinya kita hidup sesuai dengan kehendak Allah yaitu firmanNya. Karena jika kita tidak mengubah hidup kita, kita tidak akan pernah memiliki motivasi yang benar dalam melayani Allah.
  2. Mengubah pola pikir (ay. 2)

    Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Dalam KJV: But be ye transformed by the renewing of your mind. Terjemahan hurufiahnya adalah tetapi jadilah kamu diubahkan oleh pembaruan pikiranmu. Kata ‘berubahlah’ dalam bahasa Yunani memang pasif. Sehingga dalam KJV diartikan ‘diubahkan’ dan dalam terjemahan BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) menerjemahkan kalimat di atas sebagai berikut : Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru supaya kalian berubah. Artinya di sini paradoks (Dua hal yang kelihatannya bertentangan tetapi dua-duanya benar). Kita harus berubah tetapi di sisi lain, Allah yang mengubah kita.

    Selain itu kata ‘berubahlah’ dalam bahasa Yunani berbentuk present menunjukkan bahwa perubahan itu dilakukan secara terus menerus. Artinya kita bukan orang sempurna dan tidak akan langsung sempurna dalam perubahan itu. Kita berposes dalam perubahan kita seumur hidup kita.

    Tujuan dari pembaharuan pikiran adalah agar kita bisa membedakan mana kehendak Allah dan mana yang bukan. Artinya mengubah pola pikir kita menjadi seperti Allah. Sehingga keinginan kita sama dengan keinginan Allah. Bagaimana kita mengubah pola pikir kita? Dengan firman Allah yang akan terus membersihkan kita baik hidup kita juga motivasi kita dalam melayani Allah (Yoh. 15:3). Kita mengetahui bahwa perubahan dimulai dari merubah pola pikir kita. Dalam tulisannya tentang “Wawasan Dunia Kristen”, Pdt. Yakub Tri Handoko menuliskan bahwa perubahan pikiran merupakan perubahan radikal dan mendasar yang mencapai tingkat perubahan wawasan dunia. Dr. Bob Utley, seorang professor bidang hermeneutika menuliskan dalam tafsirannya bahwa orang percaya melihat kenyataan dalam cara yang berbeda secara menyeluruh karena pikiran mereka telah dimotori oleh Roh, pikiran yang ditebus, dipimpin oleh Roh menghasilkan suatu gaya hidup yang baru.

    Sehingga, perubahan pola pikir kita akan mempengaruhi motivasi kita dalam pelayanan. Perubahan itu dikerjakan oleh Allah tetapi kita harus berusaha berubah dan kita harus terus-menerus mengubah motivasi kita sampai kita mati karena akan selalu ada ego dalam setiap pelayanan kita.

.

.

Mari kita melihat motivasi pelayanan kita. Kita sedang melayani Allah atau diri kita sendiri? Kita semua tentu masih memiliki ego dalam pelayanan karena itu mari kita ubah dengan cara mengubah hidup kita sesuai dengan kehendak Allah dan pola pikir kita sesuai dengan pemikiran Allah yang bisa kita peroleh dengan terus menerus belajar Alkitab. Kedua perubahan itu harus kita lakukan terus menerus. Saya mengutip pernyataan Pdt. Yakub Tri Handoko dalam Tulisannya mengenai “Wawasan Dunia Kristen” sebagai berikut: Pembaharuan akal budi akan berdampak positif pada wawasan dunia Kristen, misalnya tujuan hidup (Roma 12:1) dan standar kebenaran (Roma 12:2). Beliau melanjutkan bahwa pada gilirannya dua hal tersebut akan mempengaruhi cara kita melayani sesama saudara seiman (Roma 12:8).

.

.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kasih Kristus Kepada Orang Percaya

Ditulis Oleh: Dellis Zai

.

.

Nats Alkitab : 1 Yohanes 5:1-5

.

.

.

.

Kasih mungkin tidak asing lagi bagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut KBBI kasih adalah perasaan, cinta, suka. Namun, kasih sering kali kita temukan kepada orang lain baik kepada kelurga, teman, sahabat, dan pacar. Tetapi judul perenungan kita “KASIH KRISTUS KEPADA ORANG PERCAYA”. Pasti semua orang ingin memiliki Kasih Kristus didalam kehidupannya sehari-hari, tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita. sudahkah kita mengasihi Kristus didalam kehidupan kita ? atau sudahkah kita menyebar luaskan kasih kristus kepada orang lain?. jika kita melihat kasih Kristus didalam kehidupan kita, mungkin sangat luar biasa. Dimana, ia rela mati dikayu salib, dan menebus dosa-dosa kita. Itulah yang disebut Kasih Kristus.

.

.

Ada banyak hal yang menjadi tugas kita untuk mengasihi Kristus didalam kehiduan kita ialah:

.

.

1. Melakukan perintah-Nya ( Ayat 2 & 3)  

.

 Di point pertama ini merupakan tugas tanggung jawab kita sebagai orang yang percaya kepada  Tuhan, dimana kita harus melakukan perintahnya atau meneladani sifat Kristus bagi kehidupan kita sehari-hari. Memang bukan hanya sebatas kita percaya kepada Dia, namun ada banyak hal yang kita lakukan yaitu taat, setia, dan butuh komitmen untuk melakukan perintahnya. Kita harus benar-benar menjadi saksinya ditengah banyak orang dan menyebar luaskan kerajaan-Nya.

.

.

2. Kemenangan Kristus akan dunia ( Ayat 4)

.

Point ini menjelaskan bagi kita dimana Kristus telah menang untuk melawan dunia ini, dan sehingga kita sebagai orang yang percaya telah menang bersama dengan Kristus. Kemenangan disini menjelasakan kepada kita, dimana Tuhan telah memerdekakan kita dan telah membayar lunas dosa kita melalui darah-Nya sendiri. Tetapi, bukan dalam arti kita bebas untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, namun kita harus menang untuk melawan keinginan daging kita yaitu hawa nafsu, hidup dalam dosa, dll.

.

.

3. kepercayaan kita ( Ayat 5)

.

Kepercayaan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia untuk melakukan segala sesuatu. Tetapi, ada banyak orang sekarang dalam melakukan segala sesuatu masih bersungut-sungut tidak percaya untuk melakukannya. Dengan demikian, percaya bukan dalam arti kita beriman namun dengan kepercayaan kita harus mengawali dengan Do’a terlebih dahulu. Maka Tuhan  akan menolong, memperlengkapi kita dengan berbagai macam walaupun pekerjaan kita sangat berat, sulit mengerjakannya, sehingga terasa ringan ketika kita membangun relasi dengan Tuha.

.

.

Dalam melukan kasih jangan pernah bersungut-sungut, tetapi lakukan lah dengan setulus hati. Sama seperti Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

KESETIAAN MENGIKUT KRISTUS

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 16 : 10 – 18

.

.

.

.

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”  Lukas 16:10

.

.

.

.

Hal yang paling diharapkan oleh setiap pasangan dalam sebuah hubungan yang mereka jalani adalah wujud dari kesetiaan. Menurut KBBI, setia berarti berpegang teguh, patut, taat, terhadap suatu janji atau pendirian. Kesetiaan tidak dapat dilihat jika segala sesuatu berjalan dengan baik. Kesetiaan akan terlihat ketika kita mengalami suatu keadaan yang tidak baik-baik saja dalam kehidupan kita.

.

.

Mewujudkan kesetiaan kepada pasangan bukanlah suatu hal yang salah. Namun perlu untuk kita ketahui bahwa, kita sebagai orang percaya juga diharapkan bisa untuk mewujudkan kesetiaan kita dalam mengikut Kristus, (ayat nats). Mengikut Kristus memang bukanlah sesuatu hal yang mudah, sebab ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24).

.

.

Sekalipun mengikut Kristus bukanlah suatu hal yang mudah, namun ketika kita taat dan setia dalam mengikut Kristus, kita akan di mampukan dalam menghadapi situasi-situasi yang begitu sulit dalam kehidupan kita. “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimuhatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Ul 31:6).

.

.

Perenungan firman Tuhan hari ini mengajarkan kita bahwa, ada tiga poin penting yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, dalam mewujudkan kesetiaan kita mengikut Kristus. Antara lain:

.

.

  • Melayani Tuhan Dengan Kesungguhan Hati (Ayat 10-12)

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol 3:23). Kiranya ayat ini menjadi pegangan setiap kita orang percaya dalam melayani Tuhan. Janganlah kita memandang besar atau kecilnya suatu pelayanan, tetapi hendaklah kita fokus kepada Tuhan sebagai objek yang kita layani.

.

.

  • Tidak Mendua Hati (Ayat 13-15)

Yang dimaksud dengan mendua hati dalam hal ini ialah menerapkan praktik penyembahan berhala. Saat ini orang-orang Kristen tidaklah menerapkan kehidupan menyembah berhala, seperti menyembah patung, batu dan lain-lain. Namun, tanpa mereka sadari, banyak dari mereka menyembah berhala-berhala modern. Contohnya: uang, jabatan, kekuasaan, popularitas, prestasi/pencapaian, kesuksesan, status sosial, penampilan fisik, dan lain sebagainya.

“Segala yang baik bisa menjadi berhala, bila kita jadikan sebagai yang utama”. Untuk itu, prioritaskanlah Tuhan dalam kehidupan kita.

.

.

  • Kesetiaan Dalam Mengikut Kristus, Tidaklah Sia-Sia (Ayat 16-18)

Mengikut Kristus bukanlah hal yang mudah, tetapi itu semua akan terbayar jika kita benar-benar setia dalam mengikut-Nya. Mengikut Kristus ada pengharapan, yaitu jaminan keselamatan (hidup kekal).

.

.

“JANGAN TAKUT TERHADAP APA YANG HARUS ENGKAU DERITA! SESUNGGUHNYA IBLIS AKAN MELEMPARKAN ORANG DARI ANTARA KAMU KE DALAM PENJARA SUPAYA KAMU DICOBAI DAN KAMU AKAN BEROLEH KESUSAHAN SELAMA SEPULUH HARI. HENDAKLAH ENGKAU SETIA SAMPAI MATI, DAN AKU AKAN MENGARUNIAKAN KEPADAMU MAHKOTA KEHIDUPAN”

WAHYU 2:10
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

APAKAH TUHAN TUTUP MATA?

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 91:1-16

.

.

.

.

“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai Dia dalam kesesakan aku akan meluputkannya dan memuliakannya”.

.

Mazmur 91:15

.

.

.

.

Dalam perjalaan kekampus Jhon mengalami kecelakaan dalam berkendara dan dirawat dirumah sakit untuk beberapa waktu. Setelah melewati pengobatan akhirnya Jhon keluar dari rumah sakit, kecelakaan yang jhon alami membuat Jhon tidak dapat berjalan dan harus menggunakan kursi roda. Ayah Jhon berusaha membuat anaknya itu terus semangat menjalani hari-harinya mesipun hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah untuk di jalani. Setelah Jhon berada dirumah kehidupannya berjalan seperti kehidupan sebelumnya, bukan seperti dirumah sakit yang selalu di layani oleh perawat rumah sakit. Jhon harus melakukan semua kegiatannya mengandalkan tangannya untuk mendorong kursi roda yang dia gunakan, Jhon yang dari kamarnya berusaha bangun lalu duduk di kursi roda dan berusaha mendoronya sampai meja makan. Saat itu Jhon sangat kesal dengan keadaan yang dia alami, karena semua seakan berbeda seperti sebelumnya. Ayah Jhon melihat anaknya yang selalu berusaha melakukan semua kegiatan itu sendiri.

.

.

Setelah selesai makan Jhon kembali kekamar dan berusaha untuk naik ketempat tidur, ketika Jhon berusaha kembali ketempat tidurnya jhon mengalami kesulitan karena kedua tanggannya lelah, hal itu membuat Jhon sangat sedih dan marah dengan dirinya sendiri. Tetapi ayahnya datang membantu Jhon untuk naik dan akhirnya Jhon bisa kembali duduk d tempat tidurnya. Saat itu Jhon menangis dan berkata kepada ayahnya “Apakah Ayah tidak peduli dengan Jhon, kenapa ayah membiarkan Jhon turun dari tempat tidur, berusaha duduk dikursi roda, mendorongnya hingga kemeja makan dan kembali lagi ketempat tidur. Bukankah ayah melihat Jhon tapi kenapa ayah sama sekali tidak membantu Jhon?” Jhon berbicara penuh dengan kemarahan dan kekesalan kepada ayahnya. Dengan lembut ayah Jhon menjawab setiap pertanyaan Jhon “Benar, Ayah melihat Jhon melakukan semuanya sendirian, Ayah berusaha membuat Jhon untuk lebih kuat. Sekarang Jhon harus terbiasa dengan hidup seperti saat ini, Ayah sudah melakukan apa yang ayah bisa lakukan untuk membantu Jhon. Saat Jhon di Rumah Sakit ayah memindahkan meja makan lebih dekat dengan kamar Jhon, Ayah merapikah setiap ruangan dan memindahkan barang-barang yang menghalangi jalan untuk Jhon, dan Ayah berusaha dengan cepat membantu Jhon disaat Jhon benar-benar tidak mampu lagi seperti sekarang, Ayah tau Jhon sudah berusaha namun karena kelelahan Jhon tidak mampu lagi naik ketempat tidur saat itu ayah berusaha untuk membantu Jhon”. Mendengar penjelasan ayahnya Jhon kembali memeluk ayahnya dan merasa bersalah karena Beranggapan yang tidak sesuai kenyataannya. Bukan Ayahnya yang tidak peduli tetapi Jhon yang belum memahami cara Ayahnya untuk membantu dia.

.

.

Bukankah hal seperti ini sering kali kita alami sebagi anak-anak Tuhan. disaat kita mengalami masa-masa sulit, kita merasa Tuhan seakan-anak tutup mata dan tidak peduli dengan segala sesuatu yang kita alami. Tanpa kita sadari bahwa Tuhan memiliki caranya sendiri menolong setiap anak-anaknya. Disaat kita mengalami kesulitan ada beberapa hal yang Tuhan ajarkan:

.

.

  1. Tuhan ingin kita berusaha (Mazmur 91:3-5; 1 Kor. 10:13)

    Tuhan tidak menginginkan anak-anaknya menjadi anak-anak gampangan tetapi menjadi anak-anak yang tegar, kuat dan mampu menghadapi berbagai keadaan. Tuhan ingin melihat kita terus berusaha, dan Tuhan tidak memanjakan kita meskipun kita adalah anak-anak yang dikasihi-Nya. Tuhan mengetahui batas kemampuan setiap anak-anaknya, sehingga ketika anak-anakNya mengalami kesulitan Tuhan tetap ada dan setia bahkan menyediakan jalan keluar sehingga kesulitan tersebut dapat ditanggung. Di dalam kita berusaha melewati setiap keadaan yang ada tetap Tuhan yang menjadi tempat perlindungan kita.
  2. Tuhan ingin kita memahami cara-cara-Nya menolong kita (Mamur 91:6-13)

    Ayah Jhon memang tidak mendorong kursi roda anaknya, tidak menggendongnya menuju meja makan, akan tetapi dia melakukan hal-hal yang kelihatannya sederhana namun hal itu sangat membantu Jhon. Tuhanpun demikian Ia memiliki cara-Nya sendiri untuk menolong setiap anak-anaknya yang mengalami masa-masa sulit. Jika saat ini kita sedang ada dalam masa sulit itu, mari kita mencoba untuk memahami bahwa Tuhan selalu memiliki cara yang seakan tidak mampu untuk kita mengerti tapi yakinlah Tuhan selalu punya cara, yang memampukan kita melewati setiap masalah dan pergumulan yang ada. Dalam ayat 11 “Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga enkau disegala jalanmu”.
  3. Tuhan ingin kita bersyukur dalam setiap keadaan (Mazmur 91:14-16)

    Bersyukur dalam keadaan baik itu adalah hal yang mudah untuk kita lakukan namun bagaimana dengan kondisi sebaliknya, mampukah kita beryukur ketika kita dalam masa-masa yang sangat susah untuk kita jalani. Disaat Jhon mengalami kecelakaan, dan harus menggunakan kursi roda apakah dengan mudah Jhon menerima keadaan yang ada?, hal yang demikian pasti sangat sulit untuk di syukuri. Namun Tuhan ingin anak-anak-Nya tetap bersyukur dalam setiap keadaan, susah maupun senang, sulit maupun mudah. Tuhan ingin hati kita tetap melekat kepada-Nya, dan selalu berseru karena Tuhan yang akan menyertai setiap anak-anaknya dalam kesesakan.

.

.

Jadi Tuhan tidak pernah tutup mata, Tuhan selalu peduli dengan keadaan yang terjadi dalam setiap kehidupan anak-anak-Nya. Tuhan hanya ingin kita terus berusaha, memahami cara-caranya, dan selalu bersyukur dalam menghadipi setiap keadaan yang ada. Tuhan adalah Bapa yang setia, dan ketika kita mengandalkan Dia maka apapun yang kita alami pasti kita mampu menanggungnya. Hingga pada akhirnya kita melihat keselamatan dari pada-Nya

.

.

“Dengan panjang umur akan kukenyangkan dia, dan akan kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku”

Mazmur 91:16

.

.

Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Jaminan keselamatan

Ditulis Oleh: Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

.

.

Yohanes 14:6

“kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”.

.

.

.

.

Setiap manusia pasti ingin memiliki jaminan keselamatan dalam hidup, dan banyak orang berusaha keras dengan melakukan kebaikan dan amal untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi dalam Firman Tuhan mencatat Keselamatan adalah sebuah Anugerah dan pemberian Allah, bukan hasil usaha dan amal manusia. Agama adalah usaha manusia untuk mencapai Allah (melalui amal,dll) tapi anugerah adalah usaha Allah mencapai manusia (Yoh. 15:16). Anugerah keselamatan adalah pemberian Allah kepada orang yang tidak layak menerimanya. Perbuatan baik bukan syarat, tapi bukti keselamatan.

.

.

Yohanes 14:6 memiliki makna penting bagi kita semua sebagai umat Kristen, karena ayat ini menjelaskan kedudukan Tuhan Yesus sebagai jalan dan kebenaran. Jalan hidup dan kebenaran yang disediakan Kristus akan mengarahkan kita untuk memperoleh perkenanan Yesus Kristus dan memenuhi persyaratan untuk memasuki kerajaan surga. Kehadiran Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan kebenaran bagi umat manusia menjadi jaminan keselamatan yang diberikan oleh Allah untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Untuk itu, sebagai orang-orang yang sudah menadapat jaminan keselamatan, apakah kita tidak perlu melakukan sesuatu? Tentu tidak, ada hal yang perlu kita lakukan dalam kehidupan kita:

.

.

  1. Tetaplah kerjakan keselamatanmu (Filipi 2:12)

    Beberapa orang mengajarkan tentang keselamatan bisa hilang sering kali menggunakan ayat ini untuk mendapatkan dukungan dari pandangan mereka. Ayat ini dianggap seakan-akan Paulus mengajarkan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang pada akhirnya dapat  diperoleh lewat usaha sendiri atau dengan kata lain keselamatan adalah upah dari mengukit Yesus.

    Jika kita melihat frase nya, kata “kerjakanlah” yang dipakai Paulus adalah kata kerja Yunani “katergazomai”. Paulus menggunakan kata kerja “katergazomai” sebanyak 20 kali dalam surat nya dan tidak satu pun yang menggemukakan gagasan mendapatkan sesuatu berdasarkan kebaikan atau jasa dan perbuatan. Artinya mengerjakan keselamatan adalah tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan melakukan apa yang harusnya dilakukan layaknnya orang-orang yang di pilih dan diselamatkan.
  2. Tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah (Ibrani 10:25)

    Poin kedua untuk kita sebagai umat yang telah mendapatkan jaminan keselamatan adalah dengan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada. Ini penting karna iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan. Artinya selain membaca, kita juga perlu untuk mendengar firman Tuhan. Selain itu, pertemuan-pertemuan ibadah juga menunjukan ikatan kita dengan saudara seiman sebagai bagian dari orang-orang yang mendapatkan jaminan keselamatan dari Tuhan. Ada banyak makna dari sebuah peribadahan, selain tetap bersatu dan berkumpul dengan saudara seiman, disitu juga kita bisa saling menguatkan dan mengingatkan dan tetap terkoneksi dengan Tuhan yang memberikan jaminan keselamatan itu. Maka kita sebagai umat yang mendapatkan jaminan keselamatan dituntut untuk tetap ikut dalam pertemuan-pertemuan ibadah.

Dari dua poin diatas, kita melihat bahwa jaminan keselamatan yang Tuhan berikan akan menuntun kita pada tindakan-tindakan yang tetap terkoneksi dan memuliakan Tuhan. Karna tujuan akhir kita sebagai ciptaan Tuhan adalah untuk menjadi penyembah-penyembah Tuhan.

Amin, Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Yang Tidak Dipilih

Ditulis oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Kejadian 29 : 15-35

.

.

.

.

Dalam kehidupan bersama dengan orang lain, mungkin kita pernah merasakan “tidak terlihat”, “tidak dianggap”, ataupun bahkan jadi “pilihan terakhir”. Baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan, pergaulan, bahkan mungkin di gereja sekalipun. Perasaan menjadi yang “terasing” seperti ini biasanya disebabkan oleh dua hal, yaitu pikiran kita sendiri dan lingkungan yang memang memperlakukan seperti itu. Perasaan terasing seperti ini memang membuat kita terkadang tidak akan nyaman berlama-lama berada di lingkungan itu, bahkan perasaan semacam ini mungkin akan terus melekat di pikiran kita, meskipun kita sudah tidak berada di lingkungan tersebut.

.

.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita diingatkan kembali kepada kisah Yakub, Lea, dan Rahel. Dimana Yakub memilih Rahel, anak Laban, untuk menjadi istrinya sebagai upah dari kerja kerasnya di rumah Laban, tetapi di tipu oleh Laban dan Lea lah yang diberikan kepadanya untuk menjadi istrinya. Yakub tidak memilih Lea, namun iya harus menerima Lea menjadi istrinya dengan “terpaksa”, sampai akhirnya ia mendapatkan Rahel untuk menjadi istrinya juga. Lea tahu bahwa Yakub lebih mengasihi Rahel, ia bukanlah orang yang dipilih Yakub, ia hidup dalam kesedihan dan kesengsaraan batin karena kurangnya kasih Yakub kepadanya. Namun, Lea tidak hidup kekurangan pengharapan kepada Tuhan. Ia membawa kesedihan dan kesengsaraannya kepada Tuhan, dan ia mengucap syukur akan apa yang diperbuat Tuhan dalam hidupnya.

.

.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah hidup Lea, perempuan yang bukan merupakan pemeran utama, antara lain:

.

  1. Respon di tengah kesengsaraan

    Lea tampaknya memiliki kerinduan untuk mendapatkan perhatian yang sama seperti yang didapatkan Rahel dari Yakub, dan kurangnya kasih dari suaminya merupakan penderitaan baginya (ay. 32). Namun dalam keadaan seperti itu, Lea tidak mencela atau mengutuki Yakub, ia tetap berharap dan menantikan kasih yang penuh dari suaminya. Selain itu, nama-nama yang diberikan Lea untuk anak-anaknya menunjukkan kesadaran dan rasa syukurnya bahwa anak-anak yang ada padanya adalah berkat Tuhan dalam kesengsaraan Lea. Ketika ia memberi nama Ruben, ia mengungkapkan rasa syukurnya atas perhatian Tuhan kepada kesengsaraannya (ay.32). Kemudian ia menamai anak keduanya Simeon, karena Lea percaya bahwa anak ini adalah berkat yang diberikan Tuhan sebab Tuhan mendengar ia tidak dicintai oleh suaminya (ay.33). Anak ketiganya diberi nama Lewi, sebab Lea tidak kehilangan pengharapan akan hubungan yang lebih erat dengan suaminya (ay.34). Dan anak terakhir yang dilahirkannya diberi nama Yehuda, yang berarti “pujian”, sebagai pujian syukur yang ia naikkan kepada Allah akan belas kasihan dan rahmat-Nya (ay.35).

    Dari respon Lea kita dapat belajar untuk tidak mencela dan mengutuki orang-orang yang membuat kita berada dalam keadaan “terasing”, tetapi justru tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka. Dari respon Lea juga kita dapat belajar untuk menyerahkan pergumulan kita kepada Tuhan, dan tidak kehilangan pengharapan akan lawatan-Nya di tengah kesengsaraan, serta tidak lupa untuk mengucap syukur atas rancangan dan belas kasihan-Nya.
  2. Tidak dipilih manusia tetapi dipilih Tuhan

    Lea memang tidak dipilih Yakub, namun Lea tetap dipilih Tuhan. Sangatlah menarik bahwa Allah memilih wanita yang kurang dicintai untuk mendatangkan garis keturunan Mesias (band. Kej.29:35, Mat.1:2). Yehuda, anak ke keempatnya, menjadi nama satu suku, lalu bangsa, yang dari pada keturunannyalah Yesus Kristus Sang Juruselamat lahir kedalam dunia sebagai manusia. Hal ini menunjukkan kedaulatan Allah yang melampaui segala keadaan. Mungkin dengan keberadaan kita sebagai  “yang terasing” atau “yang terpaksa dipilih” dalam sebuah lingkungan justru dapat digunakan Tuhan untuk menjadi sarana pembawa berkat Tuhan bagi komunitas atau lingkungan tersebut secara luar biasa.

.

.

Dari kisah ini, kita dapat melihat dan belajar bahwa label yang diberikan manusia tidak pernah mengubah rancangan yang ditetapkan Tuhan dalam hidup kita. Kita dipilih Tuhan untuk menggenapi rancangan-Nya melalui tujuan yang diberikan-Nya kepada pribadi lepas pribadi. Tinggal bagaimana respon kita dalam mengikuti alur cerita-Nya Tuhan, hidup dalam pengharapan? Atau hidup kehilangan pengharapan? kita yang pilih.

.

.

Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Jangan Jemu Berbuat Baik

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

.

.

.

.

Mengapa kita harus berbuat baik? Mengapa kita harus menaati Allah? Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah? Mengapa kita harus mendoakan orang yang menganiaya kita? Mungkin dua pertanyaan awal masih cukup diterima dibanding dua pernyataan akhir walaupun semuanya ada di firman Tuhan. Berbuat baik bukan hanya sekedar menolong orang lain tetapi mampu mendoakan orang yang jahat pada kita. Kita bisa mendoakan orang jahat agar bertobat. Tetapi bagaimana jika itu adalah orang yang berbuat jahat pada kita padahal kita selalu berbuat baik padanya?

.

.

Konsep ‘perbuatan baik’ begitu melekat dalam kehidupan manusia. Dalam agama, konsep ‘perbuatan baik’ bertujuan untuk bisa mendapatkan sorga dan juga untuk mendapatkan karma yang baik. Sehingga ‘peruatan baik’ lahir dari manusia dan untuk kepentingan manusia. Bagaimana dengan ‘perbuatan baik’ dalam kekristenan?

  1. Perbuatan baik lahir dari Allah

    Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus

    Dalam bacaan kita, rasul Paulus menempatkan perbuatan baik sesudah membahas bahwa kita sudah diselamatkan (Ef. 2:8-10). Artinya posisi dari perbuatan baik terletak pada orang-orang yang sudah diselamatkan. Sehingga kita bisa mengatakan bahwa perbuatan baik dilakukan oleh orang-orang yang sudah diselamatkan. Regenerasi merupakan titik awal untuk kita diselamatkan (Yoh. 3:3-5). Perhatikan dalam Efesus 2:4-5 dimana kita yang tadinya mati secara rohani (ay. 1) dihidupkan kembali oleh Allah secara rohani. Inilah yang disebut dengan kelahiran kembali. Kita diciptakan kembali oleh Allah di dalam Kristus (ay. 10). Sehingga kita menjadi manusi baru. Itu sebabnya keselamtan itu murni hanya karena anugerah melalui iman karena pada dasarnya manusia itu mati secara rohani. Karena itu perbuatan baik dan kelahiran kembali adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Gula pasti manis. Garam pasti asin. Orang yang lahir kembali pasti berbuat baik.

    Karena itu perbuatan baik yang berkenan pada Allah harus lahir dari Allah sendiri bukan dari manusia. Perbuatan baik di luar Kristus tidak akan pernah berkenan pada Allah karena semuanya bercampur dengan dosa (Ibrani 11:6).
  2. Perbuatan baik itu untuk Allah.

    Yang dipersiapkan Allah sebelumnya

    Perbuatan baik memang eksis setelah kita lahir baru. Tetapi Allah sudah merencanakan sejak sebelumnya yaitu sebelum dunia dijadikan agar kita berbuat baik. Karena itu perbuatan baik adalah bagian dari rencana Allah yang besar. Keselamatan bukan tujuan akhir Allah bagi kita, sukacita sorga dan dunia bukan tujuan akhir Allah bagi kita tetapi kemuliaan-Nyalah yang menjadi tujuan akhir segala sesuatu termasuk keselamatan dan perbuatan baik kita (Roma. 11:36). Dalam pertanyaan pertema Katekismus Singkat Westminster dijelaskan bahwa Tujuan utama manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.

    Karena itu perbuatan baik sudah dirancang Allah sejak kekal untuk kemuliaan namaNya. Itulah tujuan kita berbuat baik. Ada upah tertentu dari setiap perbuatan baik kita. Tuhan memperhatikan itu. Tetapi tujuan utama kita berbuat baik adalah untuk kemuliaan Allah. Lakukan segala sesuatu seperti untuk Kristus (Kol. 3:23). Ini merupakan rencana Allah yang besar.

    Bagaimana denga kita? Apa motivasi kita dalam melakukan perbuatan baik. Apakah untuk kemuliaan Allah? Atau ada sesuatu yang kita harapkan dari perbuatan baik kita? Mendapatkan upah sorga? Kita sama dengan agama lain. Mendapatkan karma yang baik? Kita sama dengan agama lain. Kita berbuat baik bukan untuk mendapatkan surge atau mempertahankan keselamatan. Tujuan perbuatan baik jauh lebih mulia dari itu yaitu untuk kemuliaan Allah. Mari, kita merubah motivasi kita dalam perbuatan baik kita.

.

.

Karena itu konsep perbuatan baik dunia dan kekristenan itu berbeda jauh. Bagi dunia perbuatan baik itu berasal dari manusia dan untuk manusia sedangkan dalam kekristenan, itu berasal dari Allah dan untuk Allah. Mungkin kita memeriksa perbuatan baik kita sejauh ini yang belum semulia itu, kita sedang diproses oleh Tuhan. Saat berbuat baik, kita tidak dihargai. Saat berbuat baik, tidak dibalas. Saat kita berbuat baik kita malah dihina. Saat berbuat baik, kita malah megalami kerugian. Saat berbuat baik kita malah mengalami kekurangan, saat berbuat baik kita malah dipersalahkan oleh orang lain. Orang lain menyakiti kita, ayo ampuni. Mungkin itu berat bagi kita tetapi itulah kehidupan kita yang sudah lahir baru. Itu semua adalah proses pemurnian motivasi kita yang dikerjakan oleh Allah karena walaupun kita sudah lahir baru, kita belum sempurna termasuk motivasi kita yang belum murni. Jadi, jangan pernah jemu berbuat baik apapun yang terjadi. Jika hari ini motivasi kita belum benar-benar murni, kita doakan agar terus dimurnikan oleh Allah. Karena Allah bekerja melalui penderitaan kita untuk kebaikan kita suapya kita semakin serupa dengan Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

TEMPAT YANG UTAMA

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”

(Lukas 14:11)

.

.

Keagamaan dalam masyarakat Yahudi terbagi atas beberapa golongan seperti golongan kelompok orang Farisi, kelompok Ahli taurat, kelompok orang Zelot, kelompok Sanhendrin dll. Setiap golongan menganggap bahwa golongan-nyalah yang paling benar dibandingkan dengan golongan yang lain. Misalnya orang Farisi, menganggap bahwa mereka adalah kelompok yang benar-benar konservatif terhadap ajaran kitab taurat.

.

.

Kebudayaan  yang berkembang dalam kalangan Yahudi salah satunya, yaitu sifat menonjolkan diri di depan orang lain supaya di puji dan di sanjung. Mereka ingin menunjukkan kerohanian supaya dipuji, ingin berdiri paling depan di perkumpulan ibadah/acara tertentu supaya dihargai dan duduk berbondong-bondong di kursi paling depan supaya terpandang dan di hormati. Tidak dapat dipungkiri bahwa meraih posisi pertama, memperoleh penghargaan tertinggi, dan menjadi yang utama adalah impian kebanyakan orang dan tidak hanya dalam kebudayaan Yahudi tetapi dalam kehidupan kita di masa kini. Tanpa disadari itu adalah suatu hasrat yang membawa kita masuk ke dalam dosa kesombongan.

.

.

Perumpamaan Tuhan Yesus dalam Luk.14:7-11, merupakan suatu teguran yang tegas. Menyadarkan kita supaya mengubah prespektif  kita tentang tempat yang utama. Tempat utama dalam prespektif duniawi dan dalam pandangan Yesus jelas berbeda. Tuhan Yesus mengatakan bahwa barangsiapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. Ayat ini memiliki makna bahwa kita sebagai anak-anak Tuhan tidak perlu meninggikan diri atau menyombongkan diri dengan potensi yang kita miliki karena kesombongan itu hanya akan membuat kita tidak disukai, di rendahkan bahkan di cela. Tetapi ketika potensi yang kita miliki di aplikasikan seperti ilmu padi, maka tanpa harus menonjolkan diri di depan orang banyakpun, kita akan di hargai, di sukai bahkan akan memperoleh tempat yang utama itu.

.

.

Tempat yang utama (posisi terdepan/tempat terhormat) adalah suatu puncak pencapaian kebanyakan orang dalam usaha yang dilakukannya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa tempat yang utama bukanlah sekedar berada di tempat yang terhormat namun mereka yang rendah hati dan tidak sombong.

.

.

  1. Rendah Hati. Sifat rendah hati akan membuat kita mampu menahan amarah, mampu menghadapi situasi dihina dan direndahkan sekalipun. Ketika kita rendah hati maka celaan banyak orang dengan kesalahan yang tidak kita lakukan dapat kita hadapi dengan baik. Sikap ini akan membawa kita meraih tempat yang utama dalam kehidupan sehari-hari dan juga berkenan bagi Tuhan. Kita juga perlu memahami bahwa rendah hati tentu berbeda dengan rendah diri. Rendah hati adalah sikap yang menghasil tindakan yang baik, murah hati, lapang dada terhadap situasi apapun sedangkan rendah diri adalah suatu sikap insecure yang menghasilkan sikap buruk yang merugikan diri sendiri. Sebagai anak Tuhan marilah kita bersikap rendah hati.
  2. Tidak sombong. Ketika seseorang merasa bangga atas prestasi yang sudah di raih adalah hal yang wajar. Namun jangan sampai berlebihan karena itu akan membawa kita menjadi pribadi yang sombong. Orang yang sombong di benci Tuhan dan akan dipermalukan Tuhan. Kesombongan hanya akan membuat kita, kehilangan orang-orang yang mengasihi kita.

.

.

Saudara-saudari, marilah rendah hati dan tidak sombong supaya kita dapat mencapai tempat yang utama seperti yang di ajarkan oleh Tuhan Yesus. Kerendahan hati yang kita miliki, membuat kita dapat menjalani hari-hari kita lebih sukacita dan di sukai banyak orang.

.

.

“Hendaklah sikap rendah hati dan tidak sombong seperti yang diajarkan Tuhan Yesus memperbaharui kehidupan kita”

.

.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email