Categories
Uncategorized

Kesetiaan Tuhan vs Kesetiaan Manusia

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Nats : Bilangan 23:19

.

.

.

.

. . . .Dalam kehidupan ini, pernahkan kita berpikir tentang makna dari kesetiaan? Pernahkan kita mencoba bertanya pada diri sendiri, apakah kita adalah pribadi yang setia?  Melalui pertanyaan tersebut, pasti akan sulit mendapatkan jawabannya. Karena, sesungguhnya Tuhanlah yang paling mengenal kita, bahkan Dia tau apakah kita setia atau tidak.

.

.

. . . . Kesetiaan merupakan sebuah kata yang sangat familiar dalam kehidupan manusia. Kata ini sering digunakan dalam sebuah hubungan – baik hubungan anggota keluarga, pasangan, pekerjaan, pertemanan, Tuhan dan umat-Nya, dan banyak lagi.  Kesetiaan juga sering berdampingan dengan kejujuran dalam beberapa kasus kehidupan manusia. Karena, melalui kejujuran kita bisa menilai apakah orang atau kelompok tersebut setian atau tidak.

.

.

. . . . Adalah sepasang kekasih yang baru menjalani hubungan selama 3 bulan. Setiap orang yang bertemu dengan mereka, sering beranggapan bahwa mereka adalah pasangan ideal. Dan benar saja, selama menjalani hubungan tersebut mereka sangat jarang mengalami pertengkaran. Berbeda dengan pasangan kekasih yang lain, pasangan yang kedua sudah menjalin hubungan selama 2 bulan. Namun, semua orang juga bisa melihat bagaimana kehidupan pasangan ini selalu penuh dengan argumentasi dan pertengkaran. Hingga banyak yang beranggapan bahwa mereka tak akan bertahan lama.

.

.

. . . . Suatu ketika kedua pasangan kekasih ini menghadiri sebuah acara pernikahan. Acaranya terletak di sebuah gedung yang mewah, dengan berbagai kalangan tamu yang hadir. Mulai dari kalangan pejabat, hingga orang-orang terkenal lainnya. Kedua pasangan inipun nampak terpukau dengan keindahan yang ada. mereka mulai menikmati suasana acara serta bercengkrama dengan tamu-tamu yang hadir saat itu.

.

.

. . . . Tiba-tiba sang mempelai wanita, yang juga adalah teman dari kedua pasang kekasih ini meminta mereka untuk datang ke ruang ganti. Sesampainya di ruang ganti, sang mempelai wanita mengawali kisah pertemanan mereka. Mempelai wanita bercerita bagaimana dulu ia pernah melihat salah satu pria dari kedua pasangan ini sedang mencuri sebuah kalung dari toko perhiasan milik calon mempelai prianya. Mendengar hal tersebut, suasana dalam ruang ganti tersebut mulai mencekam. Wanita dari pasangan yang kedua mulai bertanya pada kekasihnya, apakah ia melakukan hal tersebut. Namun, pria itu menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa ia tidak pernah melakukannya, meskipun ia tahu wanita yang adalah kekasihnya ini sangat menginginkan kalung tersebut.

.

.

. . . . Berpindah pada pasangan yang pertama, wanita yang mempercayai bahwa kekasihnya tidak pernah melakukan hal tersebut pun mulai tersenyum sinis dan menganggap bahwa pria dalam pasangan yang kedua berbohong akan hal tersebut. Pertengkaran dan adu argumentasipun mulai terjadi, hal tersebut terjadi karena wanita pasangan pertama mengganggap remeh akan penghasilan pria pasangan kedua, dan akibat dari hal tersebutpun pria itu melakukan pencurian. Hingga pada akhirnya, mempelai wanita mulai berbicara kembali untuk memberikan jawaban tentang siapa sesungguh pencuri kalung itu. Mempelai wanita menyadari bahwa pria ini melakukan tindak pencurian karna dia tidak ingin pasangannya menjadi kecewa, sehingga mereka bertengkar dan akan merusak hubungan mereka. Namun, mencuri tetaplah mencuri dan itu adalah hal yang harus dipertanggungjawabkan, hingga akhirnya mempelai wanita mengunkap bahwa pelaku pencurian kalung tersebut ialah pria di pasangan yang pertama.

.

.

  1. Kesetiaan tidak selalu berdampingan dengan kebahagiaan
    .
    . . . .Melalui kisah tersebut, kita dapat belajar bahwa kesetiaan tidak selalu berdampingan dengan semua hal yang mendatangkan kebahagiaan. Kesetiaan juga bukan berarti bahwa kita dapat melakukan segala cara untuk menyenangkan pasangan, keluarga, ataupun teman kita. Melainkan, kesetiaan seharusnya mengutamakan kejujuran. Sama seperti kisah Bileam yang dituntut Barak untuk mengutuki bangsa Israel, tetapi Tuhan justru mengubahnya menjadi berkat. Kesetiaan manusia seringkali berbeda dengan kesetiaan Tuhan. Manusia sering berpikir bahwa selagi bisa memberikan kesenangan, maka itulah yang dinamakan kesetiaan. Manusia juga menganggap bahwa tidak adanya pertengkaran akan menjadi bukti tentang bagaimana kesetiaan itu. Karena, pada dasarnya kesetiaan manusia terkadang justru membawa penyesalan dan juga kebohongan. Berbeda dengan kesetiaan yang Tuhan maksudkan.
    .
    .
  2. Kesetiaan Tuhan adalah penyertaan, teguran dan keadilan-Nya
    .
    . . . .Kesetiaan Tuhan dalam Alkitab di gambarkan melalui bagaimana penyertaan Tuhan, teguran Tuhan, keadilan Tuhan, serta sukacita yang Tuhan berikan. Teguran serta keadilan Tuhan dalam kehidupan kita bukan karena Tuhan membenci kita, melainkan Dia justru sangat mengasihi kita sebagai umat-Nya. Oleh karena, kesetiaan Tuhan tidak dapat diukur dari bagaimana Dia memberikan apa yang kita mau, ataupun apa yang membuat kita bahagia. Kesetiaan Tuhan tidak membawa penyesalan ataupun kebohongan. Tetapi, manusia sering memilih untuk menyesali akan hal itu. Melalui renungan kali ini, marilah kita sebagai orang percaya belajar untuk memahami akan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita. Sehingga, ketika kita dapat memahami hal tersebut, kita tidak akan menjadi kecewa ataupun menyesal tentang setiap proses yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Karena, kesetiaan seorang manusia dapat diukur dari kesenangan yang ia terima. Akan tetapi, kesetiaan Tuhan terbukti melalui semua kesakitan yang telah diterima-Nya, bagi keselamatan kita. Tuhan Yesus Menyertai
    .
    .

God’s created us to be feel His faithfulness –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email