Kategori
Uncategorized

Jangan Pernah Jemu dalam Melayani Allah

Ditulis Oleh : Bapak Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Kor. 15:58).

.

.

.

.

. . . Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Kalimat ini mengajarkan kita bahwa pelayanan adalah “all your activities”. Itu sebabnya pelayanan tidak hanya di gereja tetapi di tempat kerja, di sekolah pun kita melayani Allah. Tentu bukan dengan cara memuji Tuhan di sana tetapi dengan menjadi terang dan teladan. Perbuatan baik kita pun adalah pelayanan pada Allah. Karena itu, seluruh aktifitas kita, harus dilakukan untuk Kristus. Jika kita melakukan semua kebaikan, bukan untuk Kristus, maka itu tidak akan pernah berkenan pada Allah. Marthin Luther memberikan suatu konsep yang indah mengenai pekerjaan. Ia menyebut bahwa pekerjaan (sekuler) merupakan suatu panggilan. Ia melanjutkan bahwa yang membedakan seseorang melakukan pekerjaan sakral atau tidak bukan terletak pada jenis pekerjaannya, tetap terletak pada imannya pada Kristus.

.

.

. . . Ayat yang menjadi perenungan kita saat ini adalah suatu panggilan kita untuk tetap melayani Allah. Kita mungkin pernah gagal dan kecewa ditahun yang lama. Pelayanan kita tidak dihargai, kebaikan kita dianggap sampah. Tetapi ketika kita melakukan palayanan dengan tujuan memuliakan Allah, itu sangat dihargai oleh Allah sekalipun itu terlihat kecil dan sederhana.

.

.

. . . Latar belakang panggilan melayani dalam ayat ini adalah karena ucapan syukur (ay. 27). Landasan ucapan syukur dalam perikop ini adalah karena kita semua akan mengalami kebangkitan tubuh. Dari tubuh fana menjadi tubuh kemuliaan. Setelah itu tidak akan ada lagi kematian. Kita akan mengalami sukacita yang besar bersama dengan Tuhan. Rasa syukur inilah yang membawa kita pada panggilan untuk tetap melayani Allah. Karena itu ada 3 hal yang menjadi perenungan kita pada saat ini dalam penggilan Allah.

.

.

  1. . . . Berdiri teguh. Frasa selanjutnya “Jangan goyah” merupakan penekanan dari berdiri teguh karena memang jemaat Korintus sedang goyah. Apa maksud dari berdiri teguh? Perhatikan bahwa dalam pasal 15 ini, rasul Paulus sudah mengeluarkan frasa “berdiri teguh” pada ayat 1-2. Di sana rasul Paulus menyampaikan agar jemaat di Korintus berdiri teguh dalam Injil yaitu berita tentang kematian dan kebangkitan Yesus (ay. 3-4). Kematian dan kebangkitan Kristus berbicara tentang keselamatan yang kita peroleh melalui iman. Kita beriman pada Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Karena itu frasa “Berdiri teguh” tentunya berarti tetap kuat di dalam iman. Bukan iman yang besar melainkan iman yang benar. Pdt.Yakub Tri Handoko berkata bahwa “iman yang benar lebih penting daripada iman yang besar”. Pdt. Bigman Sirait berkata bahwa “iman yang besar dapat memindahkan gunung, tetapi iman yang sejati tetap percaya walaupun gunung tidak pindah”. Iman ini kita dasarkan pada Injil. Karena itu dalam pelayanan kita, jadikanlah injil yang menjadi pusat pelayanan kita. Kita terus belajar kebenaran Injil agar terus bertumbuh. Mari belajar kebenaran Injil baik melalui perenungan setiap hari, juga dalam mendengarkan kebenaran firman Tuhan baik di gereja maupun dipersekutuan-persekutuan yang ada.
    .
    .
  2. . . . Melimpah dalam pekerjaan Tuhan. Terjemahan bahasa Indonesia dituliskan bahwa giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Kata “giatlah” dalam bahasa Yunani perisseuō diterjemahkan dalam bahasa Inggris abounding (KJV) berarti “berlimpah”. Karena itu perisseuō artinya bukan sekedar rajin dan bersemangat tetapi lebih kepada kesungguhan dan keseriusan dalam pelayanan berusaha untuk terus memberi lebih dan lebih baik lagi untuk Tuhan. Saat kita melakukan pelayanan dengan seadanya, kita tidak menghargai Tuhan yang memberikan pelayanan itu. Kata perisseuō juga sudah muncul dalam (14:12) yang menunjukkan kesungguhan dalam membangun jemaat. Artinya dalam sebuah pelayanan, yang menjadi fokus kita adalah membangun orang lain. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa nubuat lebih penting daripada bahasa Roh. Nubuat bukan sekedar berbicara tentang masa depan melainkan berbicara tentang membangun orang lain. Sedangkan bahasa Roh membangun diri sendiri. Karena itu, pelayanan bukan sekedar untuk memuaskan ambisi pribadi juga bukan untuk mendapatkan keuntungan tetapi kita memberikan yang baik dan lebih baik lagi untuk kemuliaan nama Tuhan dengan terus saling membangun satu sama lain baik melalui nasihat firman Tuhan maupun dengan bantuan baik dengan tenaga atau harta kita bagi orang yang membutuhkan.
    .
    .
  3. . . . Pelayanan di dalam Tuhan. Dalam terjemahan Indonesia yaitu “dalam persekutuan dengan Tuhan.” Dalam teks aslinya tidak menggunakan kata “persekutuan” sehingga akan lebih tepat diterjemahkan “sebab kamu tahu, bahwa di dalam Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.”

.

.

. . . Kata “di dalam Tuhan” menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan semua itu anugerah Allah. Pelayanan adalah anugerah. Karena itu, jerih payah bukanlah penekanan pada kalimat ini melainkan kata “di dalam Tuhan”. Artinya, keberhasilan dalam suatu pelayanan dimana kita berlimpah dalam pekerjaan Tuhan, itu bukan ditentukan jerih lelah kita melainkan anugerah Allah semata. Tentu kita tidak boleh menyimpulkan bahwa kita tidak perlu berjerih lelah tetapi ketika kita bisa berjerih lelah bagi Tuhan, itu adalah anugerah Tuhan bagi kita. Semangat dalam jerih lelah akan ditentukan dari kesadaran seberapa besar anugerah Allah dalam hidup kita. Jika kita merasa bahwa anugerah Allah biasa saja, maka pelayanan bukanlah sesuatu yang istimewa dalam hidup kita. Rasul Paulus adalah pribadi yang kita tahu sangat berdosa karena menganiaya jemaat. Tetapi kesadaran Paulus akan anugerah yang besar yang Tuhan berikan padanya membuatnya begitu berjerih lelah dalam pelayanan. Karena itu tumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa kita bahwa kita sudah mendapatkan anugerah yang besar. Sadari bahwa kita orang berdosa dan kebaikan-kebaikan kita bercampur dengan dosa. Sadari bahwa kita tidak berdaya dan sangat  membutuhkan Tuhan. Itu sebabnya, tidak ada yang sia-sia dalam Tuhan.

.

.

. . . .Karena itu, ditahun yang baru ini, mari kita tetap melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kegagalan-kegagalan di tahun yang lama biarlah itu menjadi pelajaran untuk kita bisa memberikan yang lebih baik lagi tahun ini. Kekecawaan karena marasa tidak dihargai dalam pelayanan kita buang jauh-jauh. Kita buka lembaran baru dengan tetap teguh dalam Injil, melimpah dalam pelayanan dan tetap percaya bahwa semua pelayanan kita adalah anugerah Allah. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email