Kategori
Uncategorized

Yang Tidak Dipilih

Ditulis oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Kejadian 29 : 15-35

.

.

.

.

Dalam kehidupan bersama dengan orang lain, mungkin kita pernah merasakan “tidak terlihat”, “tidak dianggap”, ataupun bahkan jadi “pilihan terakhir”. Baik dalam dunia pendidikan, pekerjaan, pergaulan, bahkan mungkin di gereja sekalipun. Perasaan menjadi yang “terasing” seperti ini biasanya disebabkan oleh dua hal, yaitu pikiran kita sendiri dan lingkungan yang memang memperlakukan seperti itu. Perasaan terasing seperti ini memang membuat kita terkadang tidak akan nyaman berlama-lama berada di lingkungan itu, bahkan perasaan semacam ini mungkin akan terus melekat di pikiran kita, meskipun kita sudah tidak berada di lingkungan tersebut.

.

.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita diingatkan kembali kepada kisah Yakub, Lea, dan Rahel. Dimana Yakub memilih Rahel, anak Laban, untuk menjadi istrinya sebagai upah dari kerja kerasnya di rumah Laban, tetapi di tipu oleh Laban dan Lea lah yang diberikan kepadanya untuk menjadi istrinya. Yakub tidak memilih Lea, namun iya harus menerima Lea menjadi istrinya dengan “terpaksa”, sampai akhirnya ia mendapatkan Rahel untuk menjadi istrinya juga. Lea tahu bahwa Yakub lebih mengasihi Rahel, ia bukanlah orang yang dipilih Yakub, ia hidup dalam kesedihan dan kesengsaraan batin karena kurangnya kasih Yakub kepadanya. Namun, Lea tidak hidup kekurangan pengharapan kepada Tuhan. Ia membawa kesedihan dan kesengsaraannya kepada Tuhan, dan ia mengucap syukur akan apa yang diperbuat Tuhan dalam hidupnya.

.

.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah hidup Lea, perempuan yang bukan merupakan pemeran utama, antara lain:

.

  1. Respon di tengah kesengsaraan

    Lea tampaknya memiliki kerinduan untuk mendapatkan perhatian yang sama seperti yang didapatkan Rahel dari Yakub, dan kurangnya kasih dari suaminya merupakan penderitaan baginya (ay. 32). Namun dalam keadaan seperti itu, Lea tidak mencela atau mengutuki Yakub, ia tetap berharap dan menantikan kasih yang penuh dari suaminya. Selain itu, nama-nama yang diberikan Lea untuk anak-anaknya menunjukkan kesadaran dan rasa syukurnya bahwa anak-anak yang ada padanya adalah berkat Tuhan dalam kesengsaraan Lea. Ketika ia memberi nama Ruben, ia mengungkapkan rasa syukurnya atas perhatian Tuhan kepada kesengsaraannya (ay.32). Kemudian ia menamai anak keduanya Simeon, karena Lea percaya bahwa anak ini adalah berkat yang diberikan Tuhan sebab Tuhan mendengar ia tidak dicintai oleh suaminya (ay.33). Anak ketiganya diberi nama Lewi, sebab Lea tidak kehilangan pengharapan akan hubungan yang lebih erat dengan suaminya (ay.34). Dan anak terakhir yang dilahirkannya diberi nama Yehuda, yang berarti “pujian”, sebagai pujian syukur yang ia naikkan kepada Allah akan belas kasihan dan rahmat-Nya (ay.35).

    Dari respon Lea kita dapat belajar untuk tidak mencela dan mengutuki orang-orang yang membuat kita berada dalam keadaan “terasing”, tetapi justru tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka. Dari respon Lea juga kita dapat belajar untuk menyerahkan pergumulan kita kepada Tuhan, dan tidak kehilangan pengharapan akan lawatan-Nya di tengah kesengsaraan, serta tidak lupa untuk mengucap syukur atas rancangan dan belas kasihan-Nya.
  2. Tidak dipilih manusia tetapi dipilih Tuhan

    Lea memang tidak dipilih Yakub, namun Lea tetap dipilih Tuhan. Sangatlah menarik bahwa Allah memilih wanita yang kurang dicintai untuk mendatangkan garis keturunan Mesias (band. Kej.29:35, Mat.1:2). Yehuda, anak ke keempatnya, menjadi nama satu suku, lalu bangsa, yang dari pada keturunannyalah Yesus Kristus Sang Juruselamat lahir kedalam dunia sebagai manusia. Hal ini menunjukkan kedaulatan Allah yang melampaui segala keadaan. Mungkin dengan keberadaan kita sebagai  “yang terasing” atau “yang terpaksa dipilih” dalam sebuah lingkungan justru dapat digunakan Tuhan untuk menjadi sarana pembawa berkat Tuhan bagi komunitas atau lingkungan tersebut secara luar biasa.

.

.

Dari kisah ini, kita dapat melihat dan belajar bahwa label yang diberikan manusia tidak pernah mengubah rancangan yang ditetapkan Tuhan dalam hidup kita. Kita dipilih Tuhan untuk menggenapi rancangan-Nya melalui tujuan yang diberikan-Nya kepada pribadi lepas pribadi. Tinggal bagaimana respon kita dalam mengikuti alur cerita-Nya Tuhan, hidup dalam pengharapan? Atau hidup kehilangan pengharapan? kita yang pilih.

.

.

Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email