Kategori
Uncategorized

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Mat. 22:37)

.

.

.

.

Kasihilah Tuhan Allahmu adalah poin pertama dalam 2 hukum kasih dan paling utama dalam 10 hukum Allah yaitu hukum pertama sampai keempat.

.

.

Seperti apa mengasihi Allah? Orang Yahudi terjebak dalam aturan-aturan keagamaan yang membuat mereka fokus pada hukum Taurat tanpa melihat esensi dari setiap hukum yang Allah berikan. Mereka melakukan seluruh kegiatan-kegiatan keagamaan dengan luar biasa taatnya bahkan mereka juga terkadang membuat tambahan-tambahan aturan yang membuat mereka terbeban.

.

.

Yesus berkata dalam Matius 11:28 “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Ini merupakan panggilan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang terlalu terbeban dengan hukum dan aturan-aturan keagamaan. Bukan hanya orang Yahudi, seluruh agama terjebak dalam aturan-aturan keagamaan yang membuat mereka berpikir bahwa dengan berbuat baik dan mengikuti semua aturan keagamaan mereka akan menemukan kebahagiaan di masa yang akan datang.

.

.

Bagaimana dengan kekristenan? Kekristenan juga terjebak. Kekristenan selalu berbicara tentang kasih Allah yang besar. Allah yang yang begitu peduli dan mengasihi kita. Allah yang pasti memberkati kita dalam segala hal. Kita memang percaya akan kasih Allah yang luar biasa pada kita tetapi kita tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh. Kita terjebak dengan janji dan kita tidak mengenal dan bahkan tidak mengasihi sang Pembuat Janji. Orang Kristen terjebak dan cenderung lebih mencintai berkat Allah daripada mencintai Allah.

.

.

Tidak salah jika kita berpikir bahwa orang Kristen itu diberkati Allah. Kita itu sudah diberkati dan akan selalu diberkati oleh Allah. Konsep berkat yang ada dalam pikiran kita selalu yang berkaitan dengan kesehatan, keuangan, cinta, jabatan, dan lain-lain. Kita tidak berpikir ada berbagai berkat Tuhan yang lain yang lebih indah dari itu yang Tuhan siapkan bagi kita secara khusus dalam 2 Kor. 9:8-11 yaitu diberikan kelimpahan dalam pelbagai kebajikan, menumbuhkan dan melipatgandakan buah-buah kebenaran, bahkan kita akan diperkaya dalam kemurahan hati. Bukankah itu berkat yang terindah dalam hidup kita? Karena itu Paulus berkata asal ada makanan dan pakaian cukuplah (1 Tim. 6:8). Yesus mengajarkan doa “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Mat. 6:11)” dibagian lain Yesus mengatakan kumpulkan harta di surga (Mat. 6:20), dipertegas lagi dalam Matius 6:33 “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”. Paulus juga menulis dalam suratnya Kolose 3:2. Pikirkanlah perkara yang di atas bukan yang di bumi.

.

.

Bukan berarti kita tidak perlu memikirkan kebutuhan jasmani kita. Kebutuhan jasmani kita penting tetapi kita justru terjebak di sana. Kita mencari Tuhan untuk memberkati kita secara jasmani. Mungkin dengan kata lain kita memanfaatkan kebaikan dan kasih Tuhan untuk kepentingan pribadi kita. Sehingga ketika kita mendapat masalah dalam hidup kita dan melihat orang lain lebih sehat, bahagia, dan memiliki harta yang banyak, bahkan jabatannya selalu naik, kita lalu berpikir, “kan saya anak Raja, saya dekat dengan Tuhan. Mengapa hidupnya lebih baik dari saya?” Bahkan kita merasa bahwa hidup kita begitu sulit dibandingkan mereka. Kalau begitu apa yang salah? Perspektif kita yang salah dalam mengikut Tuhan. Sudahkah kita mengenal Allah kita? Jika kita iri dan kecewa karena orang yang tidak percaya hidupnya lebih baik dari kita, kita belum benar-benar mengenal Allah kita.

.

.

Kita kembali pada hukum Kasih tadi. Apakah kita mengasihi Allah? Atau justru kita sebenarnya lebih mengasihi berkatNya? Pelayanan, perbuatan baik, bekerja untuk Allah adalah salah satu bukti kita mengasihi Allah. Lalu apa yang kita pikirkan saat melakukan semua itu? Kita melakukannya supaya Allah mengasihi kita? Supaya Allah memberkati kita? Supaya Allah memenuhi semua kebutuhan kita? Saat itu yang menjadi fokus kita, itu berarti kita mengasihi berkat Allah bukan mengasihi Allah. Seorang pria tidak akan bahagia jika wanita yang datang kepadanya hanya karena hartanya. Apakah kita berpikir Allah bahagia dengan semua pelayanan dan perbuatan kita yang berfokus pada berkatNya?

.

.

Mari kita renungkan kembali dengan apa yang kita pikirkan dan lakukan. Apakah kita benar-benar melakukannya karena kita mengasihiNya? Kita menuntut kasih Tuhan, tetapi apakah kita mengasihi-Nya?

.

.

Karena itu, sebagai orang yang percaya, mari kita lakukan segala sesuatu karena kita mengasihi Tuhan bukan untuk mendapatkan kasih Tuhan karena Tuhan sudah mengasihi kita bahkan saat kita masih berdosa (Roma 5:8). Bukan pelayanan yang membuat Tuhan mengasihi kita, bukan juga perbuatan baik kita. Allah mengasihi kita karena Dia ingin mengasihi kita tanpa syarat.

.

.

Seorang ayah yang mengasihi anaknya, apakah mungkin dia tidak memikirkan kebutuhan anaknya? Apakah Allah kita tidak akan memikirkan kebutuhan jasmani kita?

.

.

Kita bukan orang yang terlalu sempurna sehingga kita sudah benar-benar mengasihi Allah. Kita semua pernah gagal dan mungkin hari ini kita masih gagal. Itu sebabnya, mari kita perbaiki semuanya. Kasih kita yang mungkin masih kurang pada Allah kita, kita tingkatkan lagi.

.

.

Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email