Kategori
Uncategorized

 Penyesalan yang benar

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 22:54-62 bnd Matius 27:3-5

.

.

Kesalahan adalah yang paling sering kita lakukan sebagai manusia normal, tidak ada seorang pun yang tidak pernah berbuat salah. Bahkan dalam Alkitab mengatakan “tidak ada yang benar, seorang pun tidak” ( Roma 3:10). Hal ini menggambarkan bahwa selagi kita didalam dunia ini, maka potensi untuk berbuat salah akan tetap ada, tidak peduli kita siapa dan sehebat apa kita.

Ada 12 murid Tuhan Yesus dan semuanya pernah berbuat salah. Tetapi yang paling popular dan sering menjadi sorotan kita adalah kesalahan Petrus saat menyangkal Tuhan Yesus dan kesalahan Yudas Iskariot. Kedua murid ini adalah murid yang memiliki peran yang cukup penting dalam pelayanan Tuhan Yesus, Petrus sebagai yang paling dekat dengan Tuhan Yesus dan Yudas adalah seorang bendahara dalam pelayanan Tuhan Yesus. Tetapi justru peran mereka itulah yang membuat mereka jatuh kedalam kesalahan.

.

.

Kesalahan sejatinya bisa menjadi pelajaran yang paling berharga untuk kita tidak melakukan kesalahan yang sama, setidaknya bisa mengurangi perbuatan yang tidak baik dalam kehidupan kita. Jika kita berpikir bisa hidup tanpa kesalahan, maka kita sudah mulai melakukan kesalahan pertama kita dengan pikirian kita sendiri. Untuk itu diperlukan respon yang bijak dalam menyelesaikan atau menyikapi masalah.

.

.

Dalam renungan ini kita melihat bahwa ada dua cara yang diperlihatkan oleh murid Tuhan Yesus dalam menyelasikan atau menyikapi kesalahan mereka sendiri. Pertama, menyesali kesalahan dengan berbalik dari kesalahan adalah tindakan yang diambil oleh Petrus ketika dia menyangkal Tuhan Yesus. Dengan mengaku dosa dan kesalahan dihadapan Tuhan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan adalah cara yang diambil Petrus. Berbeda dengan Yudas, dia memang menyesali perbuatannya, tetapi tidak mengambil tindakan yang dapat membuat dirinya menjadi lebih baik, dia memilih untuk menggantung dirinya dan mengakhiri hidupnya. Dari dua sikap menyesali kesalahan ini kita dapat belajar bahwa:

.

.

  • Kehidupan dekat dengan Tuhan membuat kita dapat berpikir jernih

Kesalahan seringkali menimbulkan masalah, masalah emmbuat kita tidak bisa berpikir dengan baik sehingga membuat salah dalam mengambil keputusan dan tindakan, seperti yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Salah satu cara agar kita dapat berpikir dengan jernih adalah dengan hidup dekat dengan Tuhan dan meeminta Tuhan yang memimpin pikiran, hati dan hidup kita. Kesalahan jangan membuat kita jauh dengan Tuhan, justru harusnya dengan kesalahan yang kita buat kita mendekatkan hidup kita kepada Tuhan. Petrus berhasil berbalik dari semua kesalahannya karena dia mendekatkan diri kepada Tuhan.

.

.

  • Fokus dalam mendengarkan Firman

Fenomena ini sering terjadi di zaman modern saat ini. Banyak orang yang melayani tetapi lupa mendengarkan Firman Tuhan, terlalu sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk pelayanan tetapi ketika saat Firman Tuhan dibagikan malah tidak ikut mendengarkan. Memang baik untuk bekerja mempersiapkan pelayanan bagi Tuhan, tetapi ingat bahwa ada hal yang paling prioritas dari itu. Dalam Lukas 10:38-42 Tuhan Yesus mengingatkan Marta tentang hal prioritas ketika bersama Tuhan Yesus. Sama halnya dengan Yudas Iskariot, mungkin dia memang punya tugas penting dalam pelayanan Tuhan Yesus (bendahara), tetapi ternyata tidak menjamin hidupnya berpadanan dengan firman Tuhan (dalam hal ini mengenai langkah gantung diri yang dilakukannya). Untuk itu penting sekali kita memprioritaskan untuk mendengar firman Tuhan.

.

.

  • Keputusan yang tepat membawa kita kepada hidup yang lebih baik

Salah satu bukti penyertaan Tuhan dalam hidup kita adalah dengan memberikan hikmat kepada kita. Hikmat akan menuntun kita pada keputusan-keputusan yang membuat kita menjadi lebih baik. Untuk itu, apa yang akan terjadi pada kita di masa yang akan datang tergantung pada keputusan-keputusan yang kita ambil, jika kita mengambil keputusan yang salah, maka akan berakibat salah juga untuk hidup kita dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita mengambil keputusan-keputusan dengan hikmat dari Tuhan. Dari kedua tokoh diatas, kita dapat melihat dua keputusan yang diambil berdasarkan hikmat dan keputusan yang berdasarkan emosi.

Menyesali perbuatan salah memang baik, tetapi belum tentu membawa kita kepada tindakan yang benar. Karena penyesalan yang benar adalah dengan menyesali kesalahan dan belajar dari kesalahan itu untuk tidak melakukan kesalahan lagi, setidanya kesalahan yang sama. Orang bijak bukan karena pikirannya tetapi karena tindakannya.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email