Categories
Uncategorized

Domba atau Kambing?

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Petrus 5:5-9

.

.

.

.

Saya mengajak kita untuk flashback kepada kehidupan rohani kita dalam beberapa tahun belakangan ini. Ditengah dunia yang semakin berkembang namun manusia makin kehilangan karakter manusianya. Sudah semakin sulit membedakan mana orang percaya dan tidak percaya, orang beriman dan tidak beriman, orang yang baik dan orang yang jahat, orang rohani dan orang dunia, orang yang cinta Tuhan dengan orang yang tidak cinta Tuhan, mana lalang dan mana gandum, mana domba dan mana kambing, semua terasa sangat sulit dibedakan. Apakah itu diluar gereja ataupun dalam gereja, kepentingan menjadi yang utama keTuhanan hanya menjadi alasan semata, gereja hanya menjadi selimut isinya bukan domba tapi kambing, gereja semakin sulit melihat kehendak Tuhan, sulit bekerjasama, kehilangan karakter untuk saling membangun, dimanakah karakter gereja sebagai domba yang sesungguhnya?

.

.

Mari kita tunjukkan karakter iman percaya kita dengan sikap berikut ini:

.

.

  • Tunduk

Domba adalah binatang yang penurut kepada gembalanya. Berbeda dengan kambing. Orang percaya adalah ‘kawanan domba Allah’. Maka seharusnya orang percaya tunduk kepada Allah melalui gembala yang diutus-Nya, juga kepada orang yang tua. (“tunduklah kepada orang-orang yang tua”). Tunduk bukan berarti menjadi budak, tetapi sebagai bukti ketaatan dari iman.

Tunduk artinya juga taat melakukan perintah dan kebijakan yang diberikan oleh Allah melalui seorang gembala yang diutusnya. Domba milik kepunyaan Allah yang adalah jemaat, bagaimana jemaat dapat tunduk kepada Allah melalui cara hidup yang dilakukan sehari-hari. Maka sebagai jemaat, apa yang diupayakan oleh seorang gembala ditengah jemaat hendaknya dapat dilakukan untuk pembangunan iman dan kerohanian jemaat, dengan tujuan yang Allah inginkan agar jemaat semakin dekat dengan Allah, kedekatan hubungan dengan Allah dengan setia berdoa, membaca firman Allah, dan memahaminya dengan baik serta melakukannya. Bukan hanya sekedar kata-kata atau sebagai pengetahuan semata. Melakukan firman Allah dengan setia itulah yang dikehendaki Allah.

.

.

  • Merendahkan Diri

Ketaatan kepada gembala harus diaplikasikan dengan rendah diri, agar tidak saling mengucilkan, ‘menanduk’ satu dengan lainnya. Tidak menganggap diri paling hebat, melainkan saling merangkul dan membangun. (“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan”). Janganlah hidup dalam kekacauan dan memberontak, sebab Allah adalah hakim yang siap menghakimi kita (Yeh. 34:17-22). Kambing dapat dengan mudah menanduk saat diarahkan, bahkan harus ditarik-tarik agar dapat ikut arahan.

Sikap kerendahan hati sangat sulit ditemui dalam waktu-waktu ini, dalam kehidupan sosial masyarakat yang semakin hari bukannya semakin baik, malah semakin menuju kehancuran. Bagaimana dengan masa depan anak-anak cucu kita nanti, jika hal demikian terus berkembang, seringkali yang disalahkan adalah perkembangan dunia sekuler, tapi justru tanpa disadari ditengah kehidupan berjemaatpun sulit untuk menemukan sikap kerendahan hati. Semua orang ingin menunjukkan diri sebagai yang terbaik, tanpa disertai dengan sikap yang tunduk kepada Allah, iman yang lemah, kerohanian yang buruk, jauh dari kekudusan hidup, mengupayakan hal yang sia-sia. Pemimpin memikirkan tujuannya, jemaat tidak lagi menjadi domba yang taat yang membuatnya semakin sulit diatur, tidak lagi haus akan hal-hal rohani, mudah emosi, sulit berubah sibuk dengan perkara-perkara duniawi. Anak-anak tidak terpelajar terhadap pengenalan akan Tuhan, karena keluarga tidak memberikan teladan untuk dekat dengan Tuhan.

Hidup yang seperti apa yang kita inginkan, apakah hidup yang demikian yang kita sebut hidup dalam iman kepada Kristus? Kapan kita akan berubah dan hidup lebih dekat dengan Tuhan dan menikmati kasihNya hari-lepas hari?

.

.

  • Berserah Kepada Tuhan dan Melawan Iblis dengan Iman

Seorang percaya sadar bahwa dia tidak mampu berjalan sendiri tanpa Tuhan di dalam hidupnya. Hidup di luar Tuhan akan penuh segala kekuatiran, dan itu adalah manusiawi. Tetapi hidup seorang percaya adalah berserah dan taat kepada Tuhan, walaupun dalam kekuatiran yang ada. Maka dari itu, orang percaya menyerahkan segala kekuatirannya kepada Tuhan, seperti yang diperintahkan Rasul Petrus (ayat 7).

Iblis selalu menggoda manusia setiap saat (tidak kenal tanggal merah), khususnya mencobai semua orang percaya. Maka hendaklah kita senantiasa berjaga-jaga! Allah telah menganugerahkan iman kepada semua orang percaya, untuk mengalahkan Iblis dengan kuasa-Nya. Dengan iman yang teguh (ayat 9) hendaklah kita melawan Iblis (ayat 8), dan jangan berkompromi (memberi toleransi) kepadanya, supaya kita tidak jatuh.

Jemaat sebagai domba, harusnya memiliki iman yang penuh penyerahan diri kepada Allah. Penyerahan hidup sepenuhnya, waktu, tenaga, harta bahkan seluruh hidup kita adalah milik Allah. Layaknya seorang peternak domba, seluruh hidup domba itu adalah milik sang peternak. Kitapun milik Allah sepenuhnya, mari kita berikan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, dengan tidak menjadi kambing melainkan menjadi domba yang tunduk, taat, dan setia melakukan apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita.

Dengan demikian kita dapat bekerjasama dan bersinergi dalam pelayanan dan dalam kehidupan rohani ditengah-tengah gereja untuk menjadi saksi Kristus yang hidup.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email