Kategori
Uncategorized

TURUN KE DALAM KERAJAAN MAUT

Ditulis Oleh : Pdt. Erick Kristovel, S.Th.

.

.

Setiap minggu kita selalu mengucapkan kalimat “turun ke dalam kerajaan maut” dalam pengakuan iman rasuli. Seperti apa kerajaan maut itu? Kalimat ini memang mengandung banyak perbedaan paham. Tetapi kita tidak akan memahami sejauh itu. Kita hanya akan melihat makna yang bisa kita ambil dari kalimat tersebut.

.

.

Kemana Yesus saat mati? Luk. 23:43 Yesus berkata kepada salah satu penyamun yang di samping Yesus bahwa hari itu juga setelah meninggal bersama-sama di Firdaus. Frasa “sudah selesai” dalam Yohanes 19:30 menunjukkan bahwa semua karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus sudah selesai. Sehingga “turun kedalam kerajaan maut” bisa diartikan kematian biasa. Pengakuan Iman Westminster bab 8 bagian ke 4 yang berbunyi : … disalibkan, dan mati, dan dikuburkan dan tetap berada dibawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak/busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati…).

.

.

Ada dua kematian yang akan kita perhatikan dari kalimat tersebut

.

  1. Kematian Tubuh
    Walaupun Kristus sudah mati menggantikan kita namun keselamatan itu progresif. Kita sudah selamat tetapi penyempurnaannya saat kita sudah bersama Kristus di bumi yang baru. Itu sebabnya walaupun jiwa kita sudah dibaharui tapi tubuh kita akan dibaharui saat Yesus datang kedua kali. Kematian Kristus memberikan kita sukacita sebagai orang yang percaya bahwa kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan karena kita akan bersama Kristus di Firdaus saat meninggal. Kematian adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik.

    .

    .

  2. Kematian secara rohani
    John Calvin memandang kalimat ini sebagai penderitaan rohani Kristus yakni perpisahan antara Yesus dan Bapa dalam seruan Eli-Eli lamasabakhtani. Katekismus Heidelberg pada pertanyaan yang ke 44 (Minggu 16) menyatakan bahwa kita bisa mengambil makna “turun ke dalam kerajaan maut” sebagai hiburan kita saat kita menghadapi godaan yang paling sengitpun, kita tetap menyadari bahwa penderitaan yang paling berat sudah Yesus tanggung bagi kita di kayu salib yaitu neraka.
    Kematian secara rohani adalah keterpisahan dari Allah. Yesus sudah menggantikan posisi kita dengan terpisah dari Bapa-Nya sehingga dampaknya yaitu kematian kekal tidak kita alami. Karena kita sudah mati, itu sebabnya kita dilahirkan kembali. Kita tidak mungkin masuk surga jika tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Namun karena pengudusan kita bersifat progresif, kita akan terus mengalami banyak penderitaan. Tetapi penderitaan yang kita alami tidak akan melebihi penderitaan di neraka. Kita seharusnya mensyukuri penderitaan ini. Kita dibaharui terus menerus sampai kita mati. Tubuh kita yang terakhir dibaharui menjadi tubuh yang tidak dapat binasa.

    .

    .

Kristus sudah mengerjakan semua hal yang berkaitan dengan keselamatan kita. Penebusan, pembenaran, pengudusan dan lain-lain. Lalu, apa yang bisa kita kerjakan untuk Kristus? Seberapa banyak yang sudah kita perbuat untuk Tuhan? Seringkali dalam pelayanan, kita menghitung seberapa banyak yang sudah kita kerjakan dan menuntut bahwa Tuhan akan membalasnya bagi kita dan kecewa jika kita merasa tidak dibalas. Kita harus selalu ingat bahwa karya keselamatan kita yang merupakan berkat terbesar kita sudah dikerjakan Kristus tanpa melibatkan kita. Bagaimana kita bisa menghitung apa yang sudah kita lakukan?

.

.

Mari kita melayani Tuhan tanpa menghitung tetapi dengan rasa syukur karena kita sudah menerima yang jauh lebih besar daripada apa yang kita berikan. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email