Categories
Uncategorized

IMAN YANG MEMULIHKAN

Pembacaan Alkitab : Matius 9:1-8

.

.

Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Dia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Mat. 9:2)

.

.

Iman bukan lagi menjadi istilah yang asing bagi kekristenan. Bahkan segala mujizat dalam Alkitab seringkali dikaitkan dengan iman. Dalam bacaan kita saat ini kita akan membicarakan seorang lumpuh yang mendapatkan mujizat kesembuhan. Kita seringkali akan menyoroti mujizat yang terjadi dalam kisah ini. Kita akan memikirkan bagaimana cara agar kita pun bisa mengalami mujizat yang sama. Yesus tidak pernah berubah. Itu yang ada dipikiran kita. Kita melupakan esensi dari kisah ini dan apa pesan Tuhan buat kita. Karena itu kita akan mencoba memahami sedikit tentang mujizat. Menurut Richard L. Purtill, mujizat adalah sebuah peristiwa dimana di dalamnya Allah secara temporer membuat perkecualian terhadap aturan-aturan atau hal-hal yang bersifat natural untuk menunjukkan bahwa Allah sedang bekerja. Sederhanyanya adalah Tuhan membuat perkecualian terhadap hukum-hukum alam. Maka kita harus bisa membedakan antara mujizat dan pemeliharaan Tuhan.

.

.

Jika kita membaca keseluruhan Alkitab maka kita akan menemukan banyak sekali mujizat sejak zaman Perjanjian Lama. Tetapi jika kita meneliti lebih dalam lagi, hanya ada 3 titik terjadi mujizat yang sangat banyak.

.

.

  1. Musa dan Yosua (Taurat)
  2. Elia dan Elisa (Nabi)
  3. Yesus Kristus dan para rasul (Injil)

Selain tiga titik ini, Allah tidak melakukan banyak mujizat bahkan Yohanes pembaptis tidak melakukan satupun mujizat (Yoh. 10:41). John Stott menyatakan bahwa tujuan utama dari mujizat-mujizat adalah membuktikan atau mengesahkan setiap tahap baru dari wahyu atau penyataan. Karena wahyu atau penyataan sudah dikanonkan maka mujizat yang sangat banyak sudah tidak diperlukan lagi. Kita mempercayai bahwa disepanjang zaman, Tuhan selalu membuat mujizat tetapi tidak akan melebihi 3 titik tersebut. Maka, kita perlu menguji kembali mujizat yang sangat banyak yang terjadi di zaman ini.

.

.

Teks kita memberitahukan ada 4 orang (Mrk. 2:3) yang berjuang untuk mendapatkan Yesus membawa seorang lumpuh pada-Nya bahkan sampai naik ke atap rumah dan menurunkan orang lumpuh tepat di hadapan Yesus. Mat. 9:2 menjelaskan bahwa Yesus melihat iman mereka. Iman mereka dibuktikan dengan berjuang untuk menjumpai Yesus sekalipun itu sangat sulit. Karena mereka sadar hanya Yesus yang bisa menyembuhkan sahabat mereka ini.

.

.

Apa yang Yesus lakukan saat melihat iman mereka? Yesus mengampuni dosa orang lumpuh tersebut. Kita tidak tahu pasti mengapa orang ini lumpun tetapi dengan Yesus mengampuninya dahulu maka itu bisa merupakan indikasi bahwa dia lumpuh karena dosa. Lalu ayat 6 Yesus menyembuhkan orang lumpuh tersebut untuk membuktikan bahwa Dia sebagai Anak Manusia adalah Allah. Maka kita menemukan esensi dari kisah ini yaitu Yesus yang adalah Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa. Hal itu dibuktikan dengan pemulihan orang lumpuh dari sakit karena dosanya.

.

.

Karena itu mujizat yang Yesus lakukan untuk membuktikan siapa Dia. Yoh. 20:30-31 menjelaskan bahwa tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inji Yohanes selalu mencatat mujizat dengan pesan dari mujizat tersebut. Saat Yesus memberi makan 5000 orang Yesus berkata bahwa Dia adalah Roti Hidup. Saat Yesus membangkitkan Lazarus, Dia berkata bahwa Dialah Kebangkitan dan Hidup.

.

.

Maka inti dari mujizat Yesus adalah Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Pertanyaan buat kita: Apakah kita membutuhkan mujizat untuk percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup?

Maka dari sini kita belajar bahwa dalam keimanan kita, Yesuslah yang menjadi arah dan tujuan iman kita bukan mujizat. Jika kita percaya Yesus hanya karena mujizat, hati-hati! Jangan sampai kita ditolak-Nya (Yoh. 2:23-25).

.

.

Dari teks yang kita pelajari bahwa orang lumpuh dipulihkan secara rohani dan jasmani maka iman kita kepada Kristus akan memulihkan kita juga. Memulihkan kita secara rohani. Dengan iman maka dosa kita diampuni; dengan iman maka kita dipulihkan dari segala bentuk kuasa didunia ini;  dengan iman kita dikuatkan di tengah-tengah kesukaran kita. Kita bisa mengalami mujizat tetapi bisa juga tidak. Itu tidak menggoyahkan iman kita. Kita bisa sembuh dari sakit tetapi bisa juga tidak sembuh. Itupun tidak menggoyahkan iman kita. Karena yang Tuhan pulihkan adalah jiwa kita, memurnikan kita dan menyempurnakan kita.

.

.

Maukah kita datang pada Yesus saat kita jatuh ke dalam dosa memohon pengampunan-Nya? Maukah kita datang menjumpai Yesus saat kita sibuk dengan pekerjaan? Maukah kita datang pada Yesus saat banyak hal menghalangi kita untuk menjumpai Kristus? Iman kita akan teruji disana. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Harta atau Kebenaran?

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Amsal 11:1-15

.

.

.

.

Ada lagu Sekolah Minggu yang liriknya: “Apa yang dicari orang? Uang. Apa yang dicari orang siang malam pagi petang? Uang. Uang, bukan kes’lamatan, bukan Yesus.” Lagu itu mengingatkan kita bahwa banyak orang lebih memprioritaskan harta benda daripada nyawa, kebahagiaan sejati, atau bahkan keselamatan.

.

.

Dalam Amsal tertulis, “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut” (4). Kebenaran itu jauh lebih penting daripada harta. Banyak orang berpikir bahwa sumber kebahagiaan adalah harta, padahal harta hanyalah salah satu sarana. Demi harta, orang bisa menghalalkan segala cara, berlaku tidak jujur sehingga merusak kehidupan dan persaudaraan. Mereka kurang menyadari bahwa kejujuran bisa menolong mereka karena ada kebenaran di dalamnya (6).

.

.

Ada banyak pasangan dan anak yang kesepian dan tidak bahagia karena suami, istri, atau orang tuanya sibuk bekerja mengejar harta. Bahkan, ada anak-anak yang terjerat narkoba dan pergaulan tidak baik karena merasa diabaikan oleh orang tua mereka. Sementara itu, orang tua tidak menyadari bahwa mereka telah salah memilih prioritas hidup. Mereka terjebak dalam rutinitas yang kadang tidak disadari telah merusak keluarga, bahkan dirinya sendiri.

.

.

Saat ini kita diingatkan untuk menyadari semua itu dan menentukan pilihan kita: harta atau kebenaran? Orang bisa bahagia bukan karena harta, tetapi karena kebenaran. Ada pun kebenaran diperoleh dari iman kepada Tuhan Yesus dan dari firman-Nya. Dari iman, kita percaya kepada Tuhan Yesus Sang Jalan dan Kebenaran dan Hidup (lih. Yoh 14:6). Dalam iman ada tuntunan Roh Kudus yang menolong kita memilih dan menetapkan pilihan-pilihan yang benar, yaitu pilihan yang diperkenan Tuhan. Dalam pengetahuan akan firman Tuhan, jalan-jalan hidup kita akan menjadi terang.

.

.

Mari kita bersyukur karena memiliki dan dimiliki Tuhan Yesus, apa pun kondisi hidup kita kini, miskin ataupun kaya. Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya. Teruslah memprioritaskan dan melakukan kebenaran! [TYM]

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email