Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.
.
.
Pembacaan Alkitab : Mrk. 4:35-31
.
.
.
.
Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu:”Diam! Tenanglah!” lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali (Mrk. 4:39)
.
.
.
.
Berita tentang bencana alam, kecelakan kendaraan sangat ramai di media masa kini. Hal itu dapat memberi rasa takut yang berlebihan bagi orang-orang tertentu namun tidak sedikit dari kita yang juga menjadi takut saat berada dalam kendaraan seperti pesawat bahkan mobil. Tsunami, banjir, gunung meletus, bahkan penyakit membuat kita menjadi takut. Karena itu, bagaimana jika kita kita berada dalam kondisi takut?
.
.
Ayat yang menjadi perenungan kita saat ini merupakan jawaban atas rasa takut kita. Mari kita melihat latar belakang kisah ini. Suatu hari Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk menyebrangi danau Galilea. Saat itu, terjadi topan yang dahsyat. Berdasarkan Matius 8:24, perahu tersebut ditimbusi atau dikubur oleh gelombang. Artinya mereka benar-benar sedang dalam bahaya maut.
.
.
Jika kita mempelajari kondisi alam danau Galilea tersebut, kita akan menemukan bahwa danau ini terletak diantara dua bukit yang di tengahnya terbentuk suatu lekukan ke dalam. Kondisi ini tentu memberikan kesimpulan bahwa topan yang datang mengamuk ini adalah gejala alam. Namun, gejala alam kali ini berbeda. Kemungkinan ada campur tangan Iblis di dalamnya. Kita bisa melihat campur tangan Iblis atas gejala alam juga dalam Ayub 1:18-19. Setidaknya kita punya 3 mengapa Iblis terlibat dalam gejala alam ini. Kata “menghardik” berasal dari kata Yunani epitimao, biasanya digunakan untuk untuk mengatasi Iblis (1:25; 8:33). Namun hal ini bukanlah suatu kepastian.
.
.
Beberapa murid adalah nelayan yang terbiasa dengan danau tersebut tetapi rasa takut ini menunjukkan bahwa ini bukan topan biasa. Sehebat-hebatnya mereka sebagai nelayan, mereka tetap tidak mampu menolong diri sendiri dalam kondisi tersebut.
.
.
Dalam kondisi mencekam ini, Yesus sedang tertidur. Mungkin kelelahan karena seharian pelayanan. Kondisi ini membuat para murid sangat ketakutan karena sebentar lagi mereka akan tenggelam. Lalu mereka membangunkan Yesus dan Yesus menghardik topan dan danau menjadi teduh sekali.
.
.
Kita mungkin pernah dalam kondisi yang mirip walaupun tidak sedahsyat itu dan kita merasa ketakutan. Tetapi dari apa yang Yesus lakukan ini, kita belajar 5 hal yaitu:
.
.
- Berserah pada Allah dalam kondisi apapun. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hadapan kita. Kehebatan kita, harta kita, kecerdasan kita, belum tentu akan mampu untuk menolong kita dalam berbagai situasi.
.
.
- Yesus berdaulat atas alam. Jika Tuhan belum berkenan untuk memanggil kita, sekalipun bahaya maut yang besarpun, tidak akan bisa mengambil nyawa kita. Tuhan mampu meredakannya. Tuhan mampu mengendalikannya.
.
.
- Allah terkadang terlihat lambat tetapi pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktu-Nya.
.
.
- Tuhan mampu memelihara kita dalam keadaan apapun. Alkitab mengatakan dalam Mat. 10:29-31. Seekor burung pipit yang tidak berhargapun tidak akan jatuh ke bumi di luar perkenan Tuhan. Apalagi kita yang lebih berharga dari burung pipit.
.
.
- Takut yang berlebihan terkadang membuat iman kita terselimuti oleh rasa takut sehingga iman kita tidak menonjol.
.
.
Karena itu, saat kita menghadapi situasi yang sulit, datanglah pada Yesus. Jangan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Percayalah pada Allah bahwa Allah berdaulat atas alam dan terutama atas hidup kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita semuanya dalam rancangan Allah untuk membuat kita bertumbuh, semakin mengenal Allah, semakin mengasihi Allah dan semakin bergantung pada Allah. Tuhan memberkati kita. Amin.
.
.