Kategori
Uncategorized

PERSIAPKANLAH JALAN UNTUK TUHAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 3 : 2-3

.

.

.

.

. . . . Ada peribahasa kuna di Timur Tengah yang menyatakan bahwa, “ada tiga hal yang menyusahkan orang, yaitu penyakit, puasa, dan perjalanan”. Perjalanan menjadi salah satu hal yang menyusahkan orang karena pada zaman itu, jalanan yang ada di sana sangatlah buruk. Apa yang disebut dengan jalan tidak lebih dari hanya jalur-jalur alamiah di padang gersang. Tetapi di Yerusalem, raja Salomo melapisi semua jalan yang menuju ke Yerusalem, dengan batu-batu keras berwarna hitam.

.

.

. . . . Dalam konteks jalan yang sangat buruk tersebut nabi Yesaya menyerukan agar meluruskan jalan bagi Yahweh dan penulis Injil Matius menerapkannya pada penyambutan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Kata “persiapkanlah jalan” dimana jalan yang dimaksud adalah jalan raya yang akan dilalui oleh sang Raja. Di zaman itu, jika seorang pejabat diketahui akan datang, maka segala upaya dikerahkan untuk membuat jalan semulus mungkin karena orang penting harus bisa menempuh perjalanan dengan mudah dan cepat.

.

.

. . . . Demikianlah ketika Kristus datang. Dia adalah Tuhan dan Raja. Yesus adalah pribadi yang lebih penting dari sekedar penting. Sehingga jika raja atau pejabat harus disambut dengan jalan yang mulus, bagaimana dengan cara kita menyambut kedatangan Kristus? Jalan yang harus diluruskan itu tentu saja tidak diartikan secara hurufiah melainkan secara rohani bahwa kita harus mempersiapkan hati kita yang sudah diluruskan dan dimuluskan.

.

.

. . . . Yohanes Pembaptis, sebagai pribadi yang mempersiapkan jalan itu menyerukan agar kita bertobat. Pertobatan adalah cara kita meluruskan jalan itu. Apakah pertobatan itu? Di dalam tulisan Yunani secara umum, bertobat berarti mengubah pikiran seseorang (Roma 12:2). Pikiran mempengaruhi tindakan. Pertobatan berarti tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah di generasikan (lahir baru) untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru.

.

.

. . . . Pertobatan merupakan karya Allah (Kis. 11:18). Tetapi disisi lain kita diperintahkan untuk bertobat dan kembali pada Allah (Yes. 55:7; Yeh. 33:11; Mat. 4:17, dsb). Hal ini disebut dengan paradoks (dua hal yang kelihatannya bertentangan tetapi dua-duanya benar). Menurut Anthony Hoekema, pertobatan terdiri dari 3 aspek yang bersifat satu kesatuan tetapi dapat dibedakan yaitu:

.

  1. . . Suatu aspek intelektual yaitu pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah.
    .
    . . Kita harus menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa tetapi Allah kita yang agung dan kudus mau mengampuni kita.
    .
    .

  2. . . Suatu aspek emosional yaitu perasaan dukacita yang mendalam di dalam hati atas dosa itu sendiri bukan sekedar dukacita karena takut akibat dari dosa.
    .
    . . Kita bukan takut apa akibat dari mencuri tetapi kita takut melakukan pencurian itu. Kita bukan takut apa akibat membunuh tetapi kita takut melakukan dosa pembunuhan. Karena ketika kita mengasihi Allah, kita seharusnya takut untuk menyakiti Allah kita.
    .
    .

  3. . . Suatu aspek volisional yaitu perubahan dalam tujuan dan motivasi kita. Itu sebabnya Yesus berkata bahwa jika kita mengasihi keluarga kita ataupun hal yang lain melebihi Tuhan, kita tidak layak bagi Tuhan (Mat. 10:37-39). Dalam aspek ini juga ada penyangkalan diri dan memikul salib.
    .
    . . Seringkali kita datang pada Tuhan karena janji berkat-Nya. Kita dimotivasi dengan janji bahwa doa kita pasti dikabulkan semua oleh Tuhan. Tentu kita menyukai berkat Tuhan. Tentu kita menyukai kalau doa kita dikabulkan. Tetapi apa sebenarnya yang menjadi motivasi kita untuk datang pada Tuhan? Tetapi yang utama adalah Tuhan itu sendiri. Karena itu perintah yang pertama adalah kita harus mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita (Mat. 22:37). Jika kita adalah pria yang kaya. Kita tidak menyukai wanita yang mau menikah dengan kita karena kita kaya. Kita lebih menginginkan yang tulus. Dan kita pasti juga akan memberikan yang terbaik buat orang yang kita cintai dan mencintai kita dengan tulus bahkan tanpa diminta. Karena itu dalam pertobatan, lihatlah motivasi kita! Apakah kita benar-benar menjadikan Tuhan nomor satu di hidup kita? Dengan janji berkat Tuhan, kita justru menjadi orang yang tidak menyangkal diri dan tidak mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Kita menjadikan Tuhan hanya sebagai sarana untuk kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
    .
    .

. . . . Pertobatan juga merupakan suatu tindakan berkelanjutan seumur hidup. Sebelumnya kita harus bisa membedakan pertobatan awal dan pertobatan berkelanjutan. Pertobatan awal terjadi saat regenerasi (lahir baru). Pertobatan kita sekarang adalah pertobatan yang berkelanjutan. Dalam Roma 12:2 kata “Berubahlah” berbentuk present imperatif Tense. Present dalam bahasa Yunani lebih mengarah kepada Present Continuous dalam bahasa Inggris sehingga Present Imperatif berarti suatu perintah untuk berubah yang dilakukan sekarang dan seterusnya (berkelanjutan).

.

.

. . . . Yohanes pembaptis memberikan alasan bahwa kita harus bertobat karena kerajaan sorga sudah dekat. Perlu diketahui istilah kerajaan sorga ataupun kerajaan Allah memiliki makna yang sama. Baik Yohanes pembaptis maupun Yesus Kristus memulai pelayanan dengan mengingatkan agar bertobat sebab kerajaan sorga sudah dekat (Mat. 4:17). Saat itu memang sudah dekat tetapi saat ini kita sudah hidup sebagai warga kerajaan Allah.

.

.

. . . . Kerajaan Allah adalah kerajaan yang dipimpin oleh Allah sendiri. Kerajaan Allah yang dibahas di Alkitab pertama-tama bersifat present (Mat. 12:28) dan Future (Mat. 26:29). Artinya bahwa kerajaan Allah sudah ada sejak Yesus dan terus ada dan akan mencapai puncaknya pada kedatangan Kristus yang kedua. Sehingga, kita saat ini telah hidup sebagai warga kerajaan Allah. Itu sebabnya Kristus memerintahkan agar kita mengutamakan kerjaan Allah dan kebenarannya (Mat. 6:33).

.

.

. . . . Karena itu sebagai orang-orang yang sudah menjadi bagian dari kerajaan Allah, maka kita kita harus menunjukkan hidup yang sesuai dengan sifat kerajaan Allah itu sendiri. Kita hidup dalam pertobatan yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan.

.

.

. . . . Kita memang tidak mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang pertama lagi melainkan kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi dalam menyambut natal pun, saat ini kita harus tetap memiliki pertobatan itu. Sekaligus kita sedang menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali. Bertobatlah setiap hari yang diwujudkan dengan perbuatan kita! Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email