Categories
Uncategorized

Iman Ditengah-Tengah Badai

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 3:1-9

.

.

.

.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan … (Roma 8:28). Frasa ‘segala sesuatu’ berbicara tentang apapun yang Allah kerjakan bagi kita. Jika kita melihat konteks ayat 17, 18, dan ayat 26, maka kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang hidup oleh Roh Allah mengalami penderitaan. Sehingga frasa ‘segala sesuatu’ mengarah kepada penderitaan yang sedang di alami oleh orang-orang percaya yang berada di Roma. Walaupun beberapa penafsir sering memutlakkan arti dari frasa ‘segala sesuatu’ namun tetap sependapat bahwa penderitaan adalah bagian dari ‘segala sesuatu’ tersebut. Karena itu penderitaan adalah badai yang kita alami tetapi itu diijinkan Allah untuk kebaikan kita. memberikan kita badai dengan tujuan membentuk kita, memulihkan kita untuk menjadi serupa dengan gambaran anakNya. Bagaimana kita mampu melihat kebaikan di tengah-tengah badai yang harus kita hadapi? Iman akan memampukan kita melihat semua kebaikan dari badai yang kita hadapi. Iman inilah yang membuat raja Daud mampu berdiri teguh di tengah-tengah badai yang harus dihadapi secara khusus dalam pemberontakan Absalom anaknya sendiri (2 Sam. 15). Kesuliatan yang dihadapi Daud adalah …

.

.

  1. Pergumulan emosional. Daud adalah seorang seniman. Seorang seniman memiliki kesulitan yang paling berat yaitu pergumulan emosioanal. Keuangan, kesengsaraan atau penderitaan fisik, pekerjaan berat adalah pergumulan yang masih lebih baik jika dibandingkan dengan pergumulan emosional. Daud harus menghadapi pergumulan dari dalam yakni anaknya sendiri.

    .

  2. Pergumulan menghadapi kelompok orang (ay. 2). Kesulitan lain yang harus dihadapi adalah adanya kelompok orang-orang yang memberontak. Absalom tidak sendiri. Absalom mengumpulkan semua pengikut-pengikutnya untuk memberontak. Penasihat Daud yakni Ahitofel yang justru memihak Absalom. Simei seorang yang berasal dari keluarga Saul terus menerus mengutuki Daud dengan menyebutnya sebagai penumpah darah atau orang dursila.

    .

  3. Takut jika hidup tanpa Allah (ay. 3). Seorang yang saleh adalah orang yang paling takut berpisah dari Allah. Yesus Kristus mengalami ini saat Dia berseru Allah-Ku-Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Daud tidak takut kehilangan takhtanya. Daud malah pergi meninggalkan takhtanya. Daud tidak takut kehilangan nama dan jabatan. Tetapi Daud takut berpisah dari Allah (Bnd. Mzm. 22:2-3).

.

.

Bagaimana dengan kita? Badai apa yang kita hadapi? Karena itu mari kita belajar bagaimana iman Daud dalam menghadapi badai. Iman yang membuat Daud semakin mengenal Tuhan.

.

.

  1. Daud memandang Allah sebagai pelindung (ay. 4). Tentu Tuhan melindungi Daud dari Absalom. Bagamana dengan kita? Kita dilindungi Tuhan dari panah si jahat. Musuh kita bukanlah daging dan darah melainkan roh-roh di udara. Allah kehidupan kerohanian kita dan tidak membiarkan Iblis menguasai hidup kita. Perlindungan seperti ini yang kita butuhkan walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa secara jasmani Allah tetap melindungi kita tetapi itu bukan yang utama.

    .

  2. Allah adalah kemuliaan Daud (ay. 4). Iman yang memberikan Daud sikap kerendahan hati yang tidak menempatkan kemuliaannya pada takhtanya atau pada orang-orangnya melainkan pada Allah. Daud dicaci maki dan dihina bahkan meninggalkan takhtanya. Tetapi bukan itulah kemuliaan Daud melainkan Allah. Apakah kita menempatkan kemuliaan kita pada Allah sehingga kemuliaan Allah yang menguasai hidup kita? Kita takut dihina dan dicaci maki. Kita tidak takut direndahkan orang lain. Kita menempatkan kemuliaan kita pada Allah. Dan kemuliaan Allah menjadi tujuan hidup kita.

    .

  3. Allah yang mengangkat kepala Daud. Kepala yang tertunduk berkaitan dengan kekalahan dan rasa bersalah. Maka ketika Tuhan mengangkat kepala raja Daud berarti pemulihan dan keselamatan yang diperoleh raja Daud adalah sebuah keyakinan dan kepastian dari Allah (Band. Ay. 5). Karena itu alangkah indahnya jika dalam kesulitan kita, kita tidak hanya mengenal kesulitan kita tetapi kita juga mengenal Allah kita.

.

.

Iman raja Daud dalam pernyataannya pada ayat 4-5 dibuktikan dengan sikap Daud pada ayat 6-7. Daud bisa tidur dengan tenang saat menghadapi kesulitan hidup dan dengan iman tetap percaya bahwa besok pagi akan bangun dengan kaki yang kuat karena ditopang oleh Tuhan walaupun daud dikepung beribu-ribu musuh.

.

.

Ayat 8 merupakan suatu doa yang lahir dari iman dalam pengalaman bersama dengan Tuhan di masa lampau. Bukan permohonan agar Allah memahami posisi kita karena Dia pasti tahu posisi kita melainkan kita berdoa agar kita bisa memahami Allah. Kita mengenal sifat dan cara kerja Allah dalam hidup kita. Sehingga kita mampu bertahan dalam badai yang kita hadapi.

.

.

Dari perenungan kita kita melihat bahwa kesulitan pasti kita hadapi tetapi Tuhan memampukan kita dan melindungi kita sehingga kita tidak jatuh dalam belenggu kuasa gelap. Kita tetap berdiri kokoh dalam iman dan badai tidak akan pernah mampu memisahkan kita dari kasih Kristus. Sehingga pada ayat 9 kita melihat sebuah kesimpulan dari isi Mazmur 3 ini bahwa tidak ada yang mudah, tidak ada yang instan. Ada harga yang harus kita bayar dalam penyempurnaan kita supaya menjadi seperti Kristus. Iman kita dibentuk dan didewasakan oleh Tuhan melalui pergumulan hidup kita. Dan raja Daud mampu melihat bahwa berkat Tuhan bukan hanya kita rasakan sendiri melainkan semua umat Allah.

.

.

Saya memberikan kutipan yang menarik bagi kita:

Kekuatan Kristen yang sejati lebih terdapat dalam keamanan dan ketenangan pikiran yang berasal dari Tuhan, dalam menahan dan menanti dengan sabar, daripada dalam keberanian nekat yang mengandalkan pedang di tangan.

Matthew Henry

 

Tuhan bukan tidak sanggup untuk mengubah realitas namun seringkali Dia membiarkan realitas yang tidak menyenangkan kita itu tidak berubah, karena Dia lebih tertarik untuk mengubah dan membentuk kita daripada realitas.

Billy Kristanto.

 

Kiranya melalui renungan ini, kita akan terus berdiri dengan iman di tenga-tengah badai dan iman kita terus mengalami pertumbuhan melalu penderitaan kita. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

ANAK-ANAK TERANG

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Efesus 5 : 1-21

.

.

.

.

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang” Efesus 5:8

.

.

.

.

Kejatuhan manusia di dalam dosa, mengakibatkan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya rusak. Manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah pada mulanya, tidaklah bertahanlah lama, sebab manusia atas kehendak bebasnya lebih memilih melanggar apa yang Tuhan telah perintahkan kepada mereka. Akibatnya, manusia hidup dalam kegelapan (dosa).

.

.

Dalam surat Efesus, rasul Paulus berusaha menguatkan iman dan dasar rohani jemaat-jemaat yang ada di Efesus. Rasul Paulus menekankan bahwa penebusan dalam Kristus adalah penebusan yang dilakukan untuk gereja dan juga setiap orang. Paulus menentang kehidupan jemaat-jemaat Efesus yang masih hidup dalam kegelapan (ayat 3,4), dan menekankan kepada mereka bahwa mereka adalah terang dalam Tuhan dan seharusnya hidupnya sebagaimana anak-anak terang (ayat nats).

.

.

Sebagai orang percaya, kita juga sering mengalami seperti yang di alami oleh jemaat-jemaat di Efesus. Sadar tidak sadar, kita masih hidup dalam kegelapan (dosa). Seharusnya, ketika kita mengetahui bahwa kita adalah anak-anak terang, hendaklah juga hidup kita mencerminkan hal tersebut (menjadi surat terbuka bagi semua orang). Tuhan tidak menghendaki kita hidup di dalam kegelapan (dosa), tetapi Tuhan ingin kita mau bersekutu dengan-Nya.

.

.

Ada tiga poin penting yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, untuk menunjukkan bahwasanya kita adalah anak-anak terang, menurut pembacaan firman Tuhan hari ini.

.

.

  • Hidup Dalam Kasih (Ayat 2)

Puncak pengajaran agama Kristen ialah kasih. Artinya, orang percaya diharapkan bisa hidup dalam kasih, sebagaimana Yesus mengasihi manusia. Kasih tidak akan bermakna jika hanya teori saja, tetapi kasih sangat bermakna jika kita mampu menerapkannya dalam kehidupan kita sebagai orang percaya.

.

 

  • Meninggalkan Perbuatan Kegelapan (Ayat 11)

Sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus, tentunya tidak hidup lagi dalam perbuatan-perbuatan kegelapan, sebab penebusan yang dilakukan dalam Kristus telah membebaskannya dari hal tersebut. Orang percaya adalah milik Tuhan (telah di tebus), untuk itu biarlah hidup kita sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan. “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran” 1 Yoh 1:6

.

.

  • Mau Melayani Tuhan (Ayat 19)

Melayani Tuhan adalah sudah menjadi kewajiban setiap orang percaya, sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan, yang telah menebus kita dari belenggu dosa (maut). Jangan mengaku sebagai anak terang, jika saudara tidak mau ikut mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan untuk melayani Tuhan. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” Roma 12:11

“DENGAN HIDUP DALAM KASIH DAN MENINGGAL SEGALA PERBUATAN-PERBUATAN KEGELAPAN, SERTA MEMBERI DIRI UNTUK MAU MELAYANI TUHAN, MERUPAKAN BUKTI BAHWA KITA ADALAH ANAK-ANAK TERANG”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

HADAPILAH MASALAH DENGAN TANGGUNG JAWAB

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yakobus 1: 2-8

.

.

.

.

Selama kita masih hidup di dunia ini, persoalan akan tetap ada. Bahkan masalah sepertinya datang silih berganti, yang seringkali membuat kita merasa tidak mampu menghadapi semuanya. Jadi apabila saat ini kalau kita berpikir bahwa kita bisa menjalani hidup ini tanpa masalah, itu berarti kita sendiri ada di dalam masalah, karena telah memiliki pola pikir yang salah. Tidak mungkin manusia hidup didunia ini tanpa masalah. Sebab saat manusia pertama kali jatuh kedalam dosa, ini merupakan sumber masalah yang terbawa sampai saat ini. Dengan pemahaman ini kita akan semakin mengerti bahwa setiap masalah yang datang kita harus tetap menghadapinya, dan bukan berusaha lari dari masalah yang kita hadapi.

.

.

Masalah yang datang harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab, dan berjuang dalam menghadapinya dengan tekun, karena sesulit apapun masalah yang kita hadapi, didalam Tuhan kita Yesus Kristus, pasti ada jalan keluarnya.

.

.

  1. Firman Tuhan mengajarkan kita supaya menganggap sebuah masalah sebagai suatu kebahagiaan. (Ayt.2)

    .

    Mungkin kita berkata bagaimana mungkin kita bisa menganggap setiap masalah sebagai suatu kebahagiaan ? Sebenarnya karena selama ini kita telah memiliki pola pikir yang salah, dimana yang kita inginkan hanyalah hidup tanpa masalah.Padahal dibalik sebuah masalah sesungguhnya kita sedang di didik, kita sedang di ajar oleh Tuhan, supaya kita lulus didalam ujian terhadap iman percaya kita kepada Tuhan. Karena dengan ujian itu maka kita akan semakin bertekun.

    .

    .

  2. Mengucap Syukur dalam setiap keadaan. (Ayt.2-3)

    .

    Kita harus sadar mulai saat ini. Tuhan menginginkan kita menjadi sempurna sama seperti Kristus.Jadi apapun yang sedang terjadi dalam hidup kita saat ini, kita akan tetap berkata kepada Tuhan “ Terima kasih Tuhan untuk segala pesoalan hidup yang harus saya hadapi saat ini”. Memiliki sikap hidup seperti ini, kita akan menjadi pribadi yang dikehendaki oleh Tuhan yaitu; orang yang tahu mengucap syukur didalam segala hal. Tuhan tidak membiarkan kita sendiri. Oleh sebab itu saat kita menghadapi masalah mintalah hikmat Tuhan yang akan menuntun kita untuk menyelesaikan segala persoalan yang kita hadapi.

    .

    .

  3. Meminta hikmat dalam menghadapi masalah bukan meminta Tuhan menjauhkan masalah (5-6)

    .

    Jadi jangan dengan mudahnya kita selalu meminta pertolongan Tuhan untuk mengangkat masalah yang kita hadapi. Tetapi mintalah hikmat Tuhan supaya kita mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi dengan tanggung jawab. Tuhan telah memberikan potensi yang dikaruniakan kepada setiap orang percaya, supaya mampu untuk menghadapi apapun keadaan hidup saat ini. Hal ini juga bukan berarti kita tidak perlu mengharapkan pertolongan Tuhan, tetapi kita harus kerjakan apa yang menjadi bagian kita yang harus kita kerjakan, sebagai manusia yang bertanggung jawab. Sebab sebagai anak-anak-Nya tanpa kita meminta pertolonganpun, Tuhan pasti menolong, asal saja kita setia didalam Dia. Karena Dia Bapa yang baik. Kita harus belajar menjadi dewasa dalam iman percaya kita kepada Tuhan. Karena apabila kita tidak menjadi dewasa dalam iman percaya kita kepada Tuhan, maka jangan pernah berharap Tuhan akan dengan mudahnya mengubah hidup kita

.

.

Dengan menjadi dewasa dalam iman percaya kepada Tuhan, kita akan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Sehingga bila ada masalah yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, kita akan tetap melihatnya bukan lagi menjadi masalah, karena kita tahu didalam Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara (Ayt. 7,8). Persoalan boleh datang, masalah yang kita hadapi boleh silih berganti, tetapi kita tidak akan menjadi takut lagi. Saat ini kita diajar untuk mengerti bahwa, masalah-pun kita telah mnganggapnya sebagai suatu kebahagiaan.

.

.

Jadi sebuah kebahagian hidup bukan hanya sesuatu yang enak untuk dinikmati, yang membuat kita bisa tinggal didalam rasa nyaman, tetapi masalah-pun bagi kita saat ini bisa menjadi sebuah kebahagiaan hidup, karena kita tahu didalam Tuhan kita Yesus Kristus dan oleh hikmat yang Tuhan karuniakan bagi kita, maka kita akan tetap melihat pasti ada jalan keluarnya. Lalu kita bisa berkata kepada Tuhan “Engkaulah kota benteng perlindunganku, disepanjang umur hidupku”.   Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Menyembah Dalam Roh dan Kebenaran

Diulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yohanes 4:23-24

.

.

.

.

 

Sejak dari semula manusia dicipta dan dirancang Tuhan untuk menyembah Dia, karena itu secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah sesuatu.  Sayang, tidak semua manusia menyembah Tuhan, malah menyembah obyek yang salah:  menyembah dewa-dewa, patung, binatang, pohon, gunung, batu, kuburan, matahari dan sebagainya.  Padahal tiada lain yang layak disembah selain daripada Tuhan.  Adapun arti dari penyembahan  (proskuneo)  adalah sikap tubuh yang menyembah sampai ke tanah yang menunjukkan suatu penghormatan, pengaguman dan kasih kepada Tuhan.

.

.

Penyembahan itu tidak berbicara tentang bakat atau talenta seseorang dalam hal bernyanyi.  Mungkin ada orang Kristen yang berkata,  “Suaraku tidak bagus, karena itu aku tidak bisa menyembah Tuhan;  karena aku seorang penyanyi yang sudah menghasilkan album rohani maka aku harus banyak menyembah Tuhan;  karena dipercaya melayani sebagai worship leader dan singer digereja, maka aku harus meluangkan banyak waktu untuk menyembah Tuhan.”  Jika kita memandang penyembahan itu hanyalah sebuah bakat atau talenta semata maka penyembahan kita tidak akan bertahan lama.  Perlu digarisbawahi di sini bahwa penyembahan itu adalah sepenuhnya tentang Tuhan.  Jika kita menyadari akan hal ini maka kita akan menjadikan penyembahan itu sebagai gaya hidup, di mana kita akan menyembah Tuhan di segala keadaan:  baik itu susah dan senang, saat baik atau buruk, kondisi sehat maupun sakit, berhasil atau gagal, keberkatan atau krisis, atau saat ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi sekalipun.

.

.

Penyembahan yang benar kepada Tuhan tidak terbatas pada ruang dan waktu, atau saat menghadiri ibadah di gereja atau persekutuan saja, tapi di mana pun kita berada dan kapan pun itu, karena kita tahu bahwa penyembahan adalah sepenuhnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia;  Dialah yang menjadi alasan utama kita untuk tetap menyembah.

.

.

Inilah yang sedang Tuhan cari:  hati manusia yang dengan kerinduan dan kesadaran penuh datang menyembah Dia, bukan karena tradisi atau liturgi belaka.  Tetapi kerinduan untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Sebagaimana tertulis dalam Yohanes 4:23-24   Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

.

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

Amin. Tuhan memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

The Untold Feelings (Perasaan Yang Tak Terungkap)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 11 : 28

.

.

.

.

Begitu sulit rasanya, ketika kita harus menahan dan menanggung semua perasaan akan setiap hal yang terjadi di dalam kehidupan ini. Ketika berlari tidak lagi membuat kita lelah, berjalan tidak lagi membuat kita melupakan semua hal yang terjadi dalam hidup ini, dan ketika beristirahat tidak lagi mampu menjadi waktu yang tepat untuk menghilangkan penat dalam pikiran maupun hati. Perasaan ini sangat mudah disakiti, perasaan ini juga sangat mudah untuk menyakiti. Namun, perasaan ini tidak mudah untuk mengampuni, bahkan untuk sekedar mengucapkan kata ‘maaf’ kepada orang lain. Keegoisan diri mampu menjadi sebuah tembok yang kuat untuk tetap mempertahankan perasaan ini berpihak pada logika.

.

.

Kehadiran pribadi yang tepat akan memampukan kita untuk dapat memahami perasaan kacau yang terjadi di dalam diri kita. Kehadiran pribadi yang tepat juga mampu menunjukkan kepada kita tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk dapat mengampuni. Kehadiran pribadi yang tepat pula akan menolong kita untuk berjalan maju dan melupakan semua masa lalu yang menyakitkan.

.

.

Karena itulah, kehadiran pribadi ini sejatinya sangat dinantikan oleh semua umat manusia. Dimana kita dapat dengan bebas untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan dan juga mendapatkan jawaban tentang bagaimana kita harus bersikap.

.

.

Tuhan Yesus sebagai Pribadi yang sanggup menghapuskan semuanya, menolong kita keluar dari keterpurukan dan kekacauan perasaan, bahkan dapat membuat kita sanggup mengampuni orang lain. Sesungguhnya, inilah yang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia. Ya, kehadiran seorang Pribadi yang mampu menjadi tempat kita berkeluh kesah, marah, sedih, ataupun senang. Karena Tuhan Yesus telah mengatakannya sendiri, bahwa “Marila kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat.11:28).

.

.

Dalam hal ini, ada dua hal yang ingin Tuhan Yesus sampaikan kepada kita, setiap orang yang percaya kepada-Nya, bahwa:

.

.

  1. Tuhan Yesus adalah tempat kita berkeluh kesah

    .

    Disaat kita merasa lelah dengan semua hal dalam kehidupan ini, datanglah kepada-Nya dan ceritakanlah semuanya. Kita mungkin merasa bahwa Tuhan Yesus sangat jauh dan sulit untuk dijangkau, namun satu hal yang perlu kita  percayai bahwa Tuhan Yesus sejatinya selalu berada di samping kita dan mendengarkan apa yang terjadi pada kita, bahkan sekalipun kita belum menceritakannya kepada Tuhan Yesus. Karena itu, sadarilah dengan benar bahwa ada satu Pribadi yang tidak pernah melepaskan genggaman-Nya dari tangan kita. Dan ada satu Pribadi yang ikut merasakan apa yang kita rasakan.

    .

    .

  2. Tuhan Yesus sendiri yang akan memberikan kelegaan kepada kita

    .

    Hukum alam dalam kehidupan manusia ialah, ketika kita bercerita atau mengeluarkan apa yang ada dalam hati kita maka dengan sendirinya kita pasti akan merasa lega. Namun, sadarkah kita bahwa ketika kita mengungkapkan semuanya yang ada di dalam hati, di saat itu jugalah Tuhan Yesus sedang menggantinya dengan damai yang sejati. Damai yang sejati tidak hanya bertahan dalam beberapa waktu saja, tetapi damai yang sejati adalah sebuah ketenangan hati yang memampukan kita untuk dapat menguasai diri kita. Sehingga, apapun yang terjadi, sesakit apapun itu, kita akan tetap mampu berkata bahwa ‘Tuhan itu teramat baik’

.

.


Inilah yang menjadi renungan singkat bagi kita, bahwasanya perasaan yang sulit untuk diungkapkan sesungguhnya adalah perasaan yang sudah terlebih dahulu Tuhan Yesus ketahui, bahkan sebelum kita membicarakannya. Akan tetapi, ketika kita ingin lepas dari jerat ketidaknyamanan hati kita, maka bagian kita adalah bercerita pada-Nya dan biarkan Dia menggantinya dengan damai sejati. Tuhan Yesus Menyertai.

God given us the ability to tell everything what we feel. So, He can change it to be the eternity peace from Him –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email