Categories
Uncategorized

Hidup Ala Kadarnya

 

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab :1 Tesalonika 4:1-12

.

.

Ketika kita ditegur karena kekurangan kita atau kesalahan yang kita lakukan, kadang kita berdalih: “Ya, namanya juga manusia. Wajar kalau tidak sempurna.” Bukannya belajar menjadi lebih baik atau berintrospeksi, kita justru mencari “perlindungan” dari kelemahan kita. Tampak bahwa kita melakukan sesuatu hanya ala kadarnya.

.

.

Demikianlah yang terjadi dalam jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus memuji mereka dalam hal hidup berkenan kepada Allah dan kasih persaudaraan (1, 9). Namun, Paulus menambahkan supaya mereka lebih bersungguh-sungguh lagi (1, 10). Dia pun memberikan petunjuk mengenai cara hidup yang bersungguh-sungguh (2-8, 11-12).

.

.

Hidup ala kadarnya dapat ditemui dalam diri semua orang. Ketika orang berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tentu itu benar adanya. Namun, kalimat itu bisa menjadi dalih untuk tidak berusaha melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa dengan sungguh-sungguh. Orang yang sering berkata demikian akan hidup ala kadarnya. Ketika ia merasa bisa melakukan kehendak Tuhan, ya dilakukan. Ketika ia merasa berat, ya tidak dilakukan. Ketika ia berbuat dosa, dengan seketika ia memaklumi dirinya.

.

.

Kalau sudah demikian, nasihat Rasul Paulus sangat tepat, yaitu supaya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kalau kita mau berusaha dan menerima pertolongan Roh Kudus, tentu kita bisa menjalani hidup kudus, melawan godaan, mengendalikan diri, bertobat, dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.

.

.

Bayangkan kalau Tuhan melakukan karya-Nya ala kadarnya. Tak akan ada penderitaan dan kematian di kayu salib sebagai pengampunan dosa. Tak perlulah repot-repot memanggul salib, tak perlulah turun menjadi manusia. Ala kadarnya sajalah dalam mengasihi manusia. Tak perlu pula repot-repot menolong dan menuntun manusia. Tak perlu bersungguh-sungguh amat. Sungguh celaka, kita!

.

.

Mari kita hidup dengan sungguh-sungguh. Jangan hidup ala kadarnya karena Tuhan juga tidak ala kadarnya dalam mengasihi kita.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MEMPEROLEH KEBEBASAN KARENA IMAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Markus 7:24-30

.

.

 

Kebebasan adalah Hal yang mendasar dalam kehidupan manusia dan seharusnya mencirikan manusia yang bertanggungjawab dalam menentukan dirinya sendiri, tidak ditindas, tidak dibatasi ruang geraknya dan tidak terbelenggu oleh apapun. Semua orang punya impian untuk hidup bebas dalam segala hal. Maka dalam kehidupan ini juga memiliki banyak tawaran-tawaran kebebasan. Bebas dari masalah, bebas secara finansial dan hal lainnya lagi. Namun demikian bebebasan seperti apa yang ada dalam renungan ini ?.

.

.

 

Markus 7:24-37 berbicara tentang memperoleh kebebasan dari belenggu roh jahat, belenggu fisik Dan status sosial karena Iman. Hal ini terjadi dalam kehidupan seorang ibu dari bangsa Siro Fenesia. Cara memperoleh kebebasan karena Iman:

.

.

 

  1. Datang kepada Tuhan (Ayt. 24-25)
    Kedatangan Tuhan Yesus saat itu yang seakan dirahasiakan tidak dianggap sebagai tantangan oleh perempuan Siro Finensia itu untuk datang kepada Tuhan Yesus. Namun ketika ibu itu mendengar tentang Tuhan Yesus seketika itu juga dia datang Dan tersungkur didepan kaki Tuhan Yesus.
    Terkadang keadaan dan kondisi Kita jadikan sebuah alasan untuk tidak membangun hubungan dengan Tuhan. Melalui renungan ini mengajarkan Kita bahwa jangan pernah mundur untuk terus datang kepada Tuhan apapun keadaannya karena itu adalah Tindakan awal dari Iman percaya Kita.

    .

    .

     

  2. Tau diri dihadapan Tuhan (Ayt. 26-28)
    Perempuan tersebut memiliki keberanian untuk memohon belaskasihan Tuhan membebaskan anaknya dari belenggu roh jahat. Ketika perempuan itu memohon, Tuhan Yesus menyadarkan dia bahwa dia tidak termasuk orang yang layak menerima belaskasihan karena ia berasal dari bangsa bukan Yahudi. Namun meskipun demikian Iman perempuan tersebut tidak tergoyahkan malah sebaliknya dia menyadari keberadaannya untuk itu dia hanya berharap sisah atau remah-remah dari belaskasihan Tuhan Yesus.
    Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, Kita seharusnya sadar diri dihadapan Tuhan. Namun jangan ketidak layakan Kita menjadi alasan untuk tidak beriman kepada Tuhan.

    .

    .

     

  3. Kebebasan karena Iman terjadi kepada mereka yang tetap setia (Ayt. 29-30)
    Yang melemahkan, yang berusaha membuat Kita jauh dari Tuhan memang sangat banyak. Namun kesetiaan akan membawa Kita sebagai orang percaya memperoleh kebebasan karena Iman kepada Tuhan Yesus. Sama seperti perempuan Siro Fenesia tersebut yang pada akhir menerima pada yang diharapkan dai Tuhan Yesus karena Iman dan percaya yang di bungkus dengan kesetiaan.

    .

    .

     

Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email