Categories
Uncategorized

KASA (Karena Allah Sayang)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Roma 8 : 37-39

.

.

Kain kasa merupakan sebuah kain yang sangat diperlukan dalam sebuah rumah sakit, puskesmas, ataupun UKS, mengapa? Karena, kain kasa merupakan sebuah kain yang digunakan untuk membalut luka atau bahkan menutupi luka yang terbuka. Tanpa kehadiran kain kasa dalam dunia medis, mungkin saja luka-luka yang terbuka tidak akan pernah tertutup, dan bahkan sangat mudah terkena iritasi dari debu ataupun kotoran. Akan tetapi, dalam perenungan kali ini, saya tidak akan membahas lebih rinci tentang kain kasa, melainkan tentang kata ‘KASA’ yang berarti ‘Karena Allah Sayang’.

.

.

Dalam Yohanes 3:16 mengatakan tentang bagaimana besarnya kasih Allah kepada ‘Dunia’ ini. Dunia bukan hanya menggambarkan tentang manusia saja, melainkan tentang tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya. Hal ini mengartikan bahwa Tuhan Allah mengasihi semua ciptaan-Nya, bukan terbatas pada spesies tertentu. Namun sejatinya, adan sedikit perbedaan tentang kasih Allah kepada tumbuhan dan hewan, dibandingkan dengan kasih Allah kepada Manusia. Itulah arti dari sebuah perayaan besar yang sering dilakukan oleh orang percaya, yaitu Paskah.

.

.

Paskah bercerita tentang bagaimana proses yang sangat jelas tentang penggambaran besarnya kasih Allah kepada manusia. Semua bermula dari kejatuhan manusia ke dalam dosa, kelahiran Tuhan Yesus sebagai Manusia, jalan keidupan Tuhan Yesus dalam memberitakan Injil, kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya pada hari ketiga, hingga kenaikkan-Nya ke sorga. Namun Paskah merupakan suatu peristiwa tentang bagaimana orang percaya ‘dilewati atau dilalui’ dari dosa, hal ini dikarenakan darah Tuhan Yesus Kristus yang memetarikan kita (orang percaya), sehingga maut tidak dapat menyentu kehidupan kita sebagai orang percaya.

.

.

Oleh sebab itu, sesungguhnya apa yang menjadi bukti dari kasih atau sayangnya Allah kepada umat manusia?

.

.

  • Karena Allah sayang, maka kita dimenangkan (ay. 37)

Kasih sayang Allah dibuktikan melalui kematian-Nya di kayu salib, untuk menebus dosa semua umat manusia. Karena sejatinya, sehebat dan sekeras apapun kita sebagai manusia mencoba melepaskan diri dari keterikatan dosa, tidak akan mampu kita lakukan seorang diri. Karena itu, Allah yang kudus dan tidak bercela merelakan diri-Nya untuk menanggung semua dosa. Melalui hal tersebut, maka manusia dapat terlepas dari belenggu dosa yang mengikatnya selama ini, hingga merasakan tentang kemenangan yang sesungguhnya. Kemenangan itulah yang memampukan kita untuk dapat hadir dan membangun hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kemenangan itulah yang memampukan kita untuk dipulihkan dari semua sakit hati, kekecewaan, dan akar pahit yang ada. Dan kemenangan itulah yang memampukan kita juga untuk menerima kehidupan kekal daripada Allah.

.

.

  • Karena Allah sayang, maka maut tidak dapat memisahkan kita (ay. 38-39)

Selayaknya kain kasa yang dipakai untuk membungkus luka secara fisik, demikian halnya kasi sayang Allah dalam kehidupan manusia. Kasih sayang Alla terhadap manusia membuat setiap luka yang ada dalam diri manusia, ‘diobati dan dibungkus’ dengan rapih, sehingga menjadi sembuh kembali. Dan karena kasih sayang Allah yang teramat besar bagi manusia, maka maut tidak lagi dapat memisahkan manusia dari Allah. Itulah sebabnya, sejauh apapun kita berlari dari kasih Allah, namun akan selalu ada jalan pulang kepada kasih Allah itu.

.

.

Melalui renungan hari ini, kita dapat belajar bahwa banyak hal-hal yang baik yang menjadi akibat dari Allah sayang kepada manusia. Mulai hari ini, kita bisa senantiasa merasakan akibat dari Allah sayang itu, apabila kita membangun hubungan yang baik dengan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

When God loves us, He will do anything for us. So, it’s time for us to do anything for Him, and let Him know how we loves Him. –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MISTERI KEMATIAN YESUS

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.
.
..
.

Sesudah Yesus minum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah Selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
(Yoh. 19:30).
.
.
.

Tuhan Yesus mati bagi kita. Ungkapan ini memberikan pertanyaan besar bagi banyak kalangan dengan mempertanyakan. Apakah Tuhan bisa mati? Secara spontan kita akan menjawab Tuhan tidak mungkin mati. Tetapi kita selalu mengucapkan bahwa Allah telah mati bagi kita. Bagaimana kita melihat misteri dibalik kematian Yesus ini? Selain itu mengapa Kristus harus mati? Bukankah Allah bisa mengampuni kita karena Allah mahakasih? Karena itu ada 3 hal yang perlu kita perhatikan di bawah ini..
.

  1.  Apakah Allah mati? Kita semua tahu bahwa Kristus memiliki 2 natur dalam 1 pribadi logos yaitu natur Ilahi dan manusia. Dalam pengakuan iman Khalsedon (Chalcedon) yang disusun pada Konsili Khalsedon tahun 451 M yaitu: “Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam dua hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan.” Jika kita mengarah kepada kematian Kristus maka kita akan berkata bahwa hakikat manusianyalah yang mati. Itu benar namun mari kita melihat lebih jauh. Dalam pengakuan iman di atas jelas dikatakan bahwa dua natur ini tidak terpisahkan bahkan dalam kematian Kristus. Karena yang menanggung manusia adalah pribadi Logos. Natur manusia saja tidak cukup untuk menebus banyak orang. Namun disisi lain natur Ilahi Yesus tidak mungkin mati. Karena itu tidak mungkin natur Ilahi Yesus tidak mendapatkan dampak. Artinya, Natur manusia Yesus mati dan natur Ilahi turut menanggung dampak dari kematian tersebut. Ini ilustrasi kecil tetapi tidak sempurna. Saat kita mungkin merasakan sakit, maka otak kita memberikan efek ke seluruh bagian tubuh yang lain sehingga tangan akan berusaha menyentuh yang sakit untuk mengurangi rasa sakitnya ataupun kalau sakit sekali bisa mengeluarkan air mata. Artinya begini, saat Kristus mati maka seluruh bagian dalam pribadi logos baik natur manusia maupun natur ilahi Kristus akan menanggungnya bersama. Karena itu dalam pengakuan iman gereja belanda dikatakan bahwa natur ilahi Yesus terus bersama Kristus sampai kekuburan bahkan sampai kebangkitan Kristus. Sesuai dengan pengakuan iman Khalsedon bahwa kedua natur ini sekalipun tidak bercampur tetapi tidak pernah terpisahkan..
    .
  2. Mengapa Kristus harus mati? Bukankah Allah bisa mengampuni tanpa harus melalui pengorbanan Yesus? Bukankah Allah adalah Allah yang maha kasih. Pernyataan ini adalah sebuah pernyataan yang tidak memahami hakikat dosa. Dosa seperti racun yang mematikan dan sangat menjijikan bagi Allah kita.  Saat di taman Eden, perintah Allah jelas dan melanggar berarti kematian kekal (Bnd. Kej. 2:17). Roma 6:23 juga menyatakan bahwa upah dosa adalah maut. Jika manusia tidak dihukum kekal:
    a. Allah tidak konsisten dengan firman-Nya sendiri
    b. Dosa adalah sesuatu yang biasa dan tidak mematikan
    c. Allah mengorbankan keadilan demi sifatNya yang mahakasih.

    Karena itu saat manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menyiapkan solusi terbaik yaitu melalui keturunan perempuan yang meremukkan kepala ular (Kej. 3:15) yakni Kristus. Kematian kita harus dibayar dengan kematian. Maka dengan tepat penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa tanpa darah tidak ada pengampunan dosa (Ibr. 9:22). Darah adalah simbol dari nyawa (Im. 17:14). Kematian Kristus di kayu salib memuaskan keadilan Allah dan sekaligus kasih Allah. Allah adil terhadap hukuman dosa dan mengasihi kita dengan mengorbankan diri-Nya menggantikan kita. Kamatian Kristus memberikan kehidupan kepada kita. Kita dilahirkan kembali dan menjadi manusia baru melalui kematian Kristus..
    .
  3. Kematian adalah kemenangan. Kalau kita menonton TV ataupun buku yang mengisahkan tentang kisah heroik maka kita akan selalu menemukan bahwa tokoh utama akan menang dengan cara mengalahkan musuh dengan membunuh mereka. Dan itu adalah kemenangan bagi tokoh utama. Akan janggal jika yang terjadi malah sebaliknya. Tetapi jika kita membaca kemenangan Kristus, maka kematianlah justru kemenangannya. Dimana Kristus disalibkan dan dibunuh. Bagaimana kita bisa melihat kemenangan dibalik kematian itu? Karena kematian itu membawa kita kemenangan terhadap dosa dan hidup yang kekal. Dosa terbayar lunas melalui kematian Yesus. Paskah (Kebangkitan Kristus) membuktikan kemenangan itu.

    Kematian Kristus juga mengalahkan kuasa Iblis dan seluruh kutuk hukum Taurat. Masih banyak lagi yang terjadi karena kematian Kristus. Kita dibenarkan, dikuduskan, diangkat menjadi anak-anak Allah, menjadi ahli waris dan lain-lain. Kematian yang menurut dunia adalah sebuah kekalahan tetapi kematian Kristus justru sebaliknya yaitu kemenangan kita..
    .

Melihat 3 hal di atas, misteri kematian Kristus yang begitu luar biasa baik bagaiamana mungkin Allah mati, mengapa Kristus harus mati dan kematian yang merupakan kemenangan menjadi perenungan buat kita. Apa saja yang menjadi perenungan kita?

  1. Betapa menjijikkannya dosa kita sehingga Kristus harus menanggung kutuk itu di kayu Salib
  2. Betapa besarnya kasih Allah pada kita karena mau menggantikan kita. Rela mengambil natur manusia dan mati di kayu salib
  3. Kita sudah menang. Jangan lagi terikat dengan dosa dan percaya pada kuasa gelap lagi. Hiduplah dalam kemerdakaan yang Kristus sudah berikan bagi kita dengan menjalani kehidupan beriman dengan penuh sukacita bersama Kristus..
    .

Allah mengasihi kita, menebus kita karena dan untuk kemuliaanNya. Mari kita terus memuliakan Allah dalam hidup kita baik melalui persekutuan dengan dia maupun dengan kehidupan yang benar sesuai kehendak-Nya. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

KASIH YANG BERDAMPAK

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Titus 2:11-15

.

.

“Beritakanlah semuanya itu, nasehatilah Dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang mengangap engkau rendah”. Titus 2:15

.

.

Sebagai orang percaya pasti merasakan dan meyakini bahwa Allah sangat mengasihi Kita sebagai anak-anak-Nya. Dampak kasih yang Tuhan Yesus berikan kepada setiap orang percaya diantaranya adalah:

.

.

  • Memampukan orang percaya meninggalkan dosa (Ayt.11-12a)

Kita dimampukan oleh Allah melalui Roh Kudus untuk meninggalkan dosa dan kejahatan. Dalam Titus 2:12a Rasul Paulus menuliskan “Ia mendidik Kita supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi.

.

.

  • Memampukan orang percaya memiliki cara hidup yang baru (12b-13)

Dalam Titus 2:12b “Supaya Kita hidup bijaksana, adil, Dan beribadah didalam dunia sekarang ini”. Kata bijaksana dapat diartikan dengan menahan diri. Jadi kehidupan yang baru yang kita miliki setelah percaya kepada Tuhan Yesus akan mendidik Kita untuk mampu menahan diri untuk tidak melakukan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Bukan karena Kita tidak mampu melakukannya tetapi Roh Kudus menuntun Kita supaya memiliki cara hidup sesuai dengan keinginan Dan kehendak Tuhan.

.

.

  • Memampukan orang percaya memiliki pengharapan akan Masa depan (14-15)

Pengharapan orang percaya bukanlah pengharapan yang sia-sia. Memang Kita harus akui bahwa banyak orang yang kehilangan harapan dalam hidupnya karena berbagai masalah yang terjadi. Namun pengharapan orang percaya adalah pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua Kali.

.

.

Pengharapan orang percaya akan Hal tersebut tidak akan sia-sia jika dalam penantiannya, terus berjuang menjaga kekudusan hidup dalam takut akan Tuhan.

.

.

Oleh karena itu, jika Kita sungguh telah menikmati anugerah Allah di dalam Kristus yang menyelamatkan kita, mari kita memiliki tekad yang kuat, untuk meninggalkan cara hidup yang lama dan Kita hidup menjadi saksi bagi banyak orang tentang kasih karunia Yesus Kristus.

.

.

“Beritakanlah semuanya itu, nasehatilah Dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang mengangap engkau rendah. (Ayt. 15)

.

.

Tuhan Yesus memberkati, Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

 Penyesalan yang benar

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 22:54-62 bnd Matius 27:3-5

.

.

Kesalahan adalah yang paling sering kita lakukan sebagai manusia normal, tidak ada seorang pun yang tidak pernah berbuat salah. Bahkan dalam Alkitab mengatakan “tidak ada yang benar, seorang pun tidak” ( Roma 3:10). Hal ini menggambarkan bahwa selagi kita didalam dunia ini, maka potensi untuk berbuat salah akan tetap ada, tidak peduli kita siapa dan sehebat apa kita.

Ada 12 murid Tuhan Yesus dan semuanya pernah berbuat salah. Tetapi yang paling popular dan sering menjadi sorotan kita adalah kesalahan Petrus saat menyangkal Tuhan Yesus dan kesalahan Yudas Iskariot. Kedua murid ini adalah murid yang memiliki peran yang cukup penting dalam pelayanan Tuhan Yesus, Petrus sebagai yang paling dekat dengan Tuhan Yesus dan Yudas adalah seorang bendahara dalam pelayanan Tuhan Yesus. Tetapi justru peran mereka itulah yang membuat mereka jatuh kedalam kesalahan.

.

.

Kesalahan sejatinya bisa menjadi pelajaran yang paling berharga untuk kita tidak melakukan kesalahan yang sama, setidaknya bisa mengurangi perbuatan yang tidak baik dalam kehidupan kita. Jika kita berpikir bisa hidup tanpa kesalahan, maka kita sudah mulai melakukan kesalahan pertama kita dengan pikirian kita sendiri. Untuk itu diperlukan respon yang bijak dalam menyelesaikan atau menyikapi masalah.

.

.

Dalam renungan ini kita melihat bahwa ada dua cara yang diperlihatkan oleh murid Tuhan Yesus dalam menyelasikan atau menyikapi kesalahan mereka sendiri. Pertama, menyesali kesalahan dengan berbalik dari kesalahan adalah tindakan yang diambil oleh Petrus ketika dia menyangkal Tuhan Yesus. Dengan mengaku dosa dan kesalahan dihadapan Tuhan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan adalah cara yang diambil Petrus. Berbeda dengan Yudas, dia memang menyesali perbuatannya, tetapi tidak mengambil tindakan yang dapat membuat dirinya menjadi lebih baik, dia memilih untuk menggantung dirinya dan mengakhiri hidupnya. Dari dua sikap menyesali kesalahan ini kita dapat belajar bahwa:

.

.

  • Kehidupan dekat dengan Tuhan membuat kita dapat berpikir jernih

Kesalahan seringkali menimbulkan masalah, masalah emmbuat kita tidak bisa berpikir dengan baik sehingga membuat salah dalam mengambil keputusan dan tindakan, seperti yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Salah satu cara agar kita dapat berpikir dengan jernih adalah dengan hidup dekat dengan Tuhan dan meeminta Tuhan yang memimpin pikiran, hati dan hidup kita. Kesalahan jangan membuat kita jauh dengan Tuhan, justru harusnya dengan kesalahan yang kita buat kita mendekatkan hidup kita kepada Tuhan. Petrus berhasil berbalik dari semua kesalahannya karena dia mendekatkan diri kepada Tuhan.

.

.

  • Fokus dalam mendengarkan Firman

Fenomena ini sering terjadi di zaman modern saat ini. Banyak orang yang melayani tetapi lupa mendengarkan Firman Tuhan, terlalu sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk pelayanan tetapi ketika saat Firman Tuhan dibagikan malah tidak ikut mendengarkan. Memang baik untuk bekerja mempersiapkan pelayanan bagi Tuhan, tetapi ingat bahwa ada hal yang paling prioritas dari itu. Dalam Lukas 10:38-42 Tuhan Yesus mengingatkan Marta tentang hal prioritas ketika bersama Tuhan Yesus. Sama halnya dengan Yudas Iskariot, mungkin dia memang punya tugas penting dalam pelayanan Tuhan Yesus (bendahara), tetapi ternyata tidak menjamin hidupnya berpadanan dengan firman Tuhan (dalam hal ini mengenai langkah gantung diri yang dilakukannya). Untuk itu penting sekali kita memprioritaskan untuk mendengar firman Tuhan.

.

.

  • Keputusan yang tepat membawa kita kepada hidup yang lebih baik

Salah satu bukti penyertaan Tuhan dalam hidup kita adalah dengan memberikan hikmat kepada kita. Hikmat akan menuntun kita pada keputusan-keputusan yang membuat kita menjadi lebih baik. Untuk itu, apa yang akan terjadi pada kita di masa yang akan datang tergantung pada keputusan-keputusan yang kita ambil, jika kita mengambil keputusan yang salah, maka akan berakibat salah juga untuk hidup kita dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita mengambil keputusan-keputusan dengan hikmat dari Tuhan. Dari kedua tokoh diatas, kita dapat melihat dua keputusan yang diambil berdasarkan hikmat dan keputusan yang berdasarkan emosi.

Menyesali perbuatan salah memang baik, tetapi belum tentu membawa kita kepada tindakan yang benar. Karena penyesalan yang benar adalah dengan menyesali kesalahan dan belajar dari kesalahan itu untuk tidak melakukan kesalahan lagi, setidanya kesalahan yang sama. Orang bijak bukan karena pikirannya tetapi karena tindakannya.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Mengenal Yang Dilayani

Ditulis oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 10 : 38-42

.

.

.

.

“… Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

– Lukas 10:42

.

.

.

.

Nama Maria dan Marta mungkin tidak asing kita temukan dalam Alkitab. Beberapa kisah Alkitab terkait kedua tokoh ini tertulis dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, salah satunya adalah kisah Maria dan Marta yang disoroti oleh Lukas. Dalam Lukas 10: 38-42 dikisahkan bahwa Yesus bersama murid-murid-Nya datang ke Betania, kampung tempat tinggal Maria dan Marta. Kemudian Marta menjamu Yesus dan murid-Nya sebagai tamu di rumahnya. Ayat 39-40 menyatakan bahwa Maria saudara Marta duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan-Nya, sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Ketika Marta meminta Yesus untuk menegur Maria yang tidak membantunya melayani tamu-tamu, Yesus justru berbalik memperingatkan Marta bahwa ia terlalu kuatir dan menyusahkan diri padahal yang dilakukan Maria lah yang lebih penting.

.

.

Banyak orang berpandangan mengenai kisah Maria dan Marta ini, menanyakan apakah pelayanan seperti yang dilakukan Marta tidak penting? Apakah yang dilakukan Marta salah? Apakah lebih baik mendengarkan firman saja daripada terlibat pelayanan? Bahkan mungkin ada yang menggunakan kisah ini sebagai alasan untuk tidak mau melayani, sebab beranggapan mendengarkan firman saja cukup dan tidak perlu melayani. Namun ada hal yang perlu kita pahami dan renungkan lebih dalam sebelum beranggapan seperti itu.

.

.

  1. Tuhan menghendaki kita untuk melayani

    .


    Apakah Yesus tidak menghendaki dan menghargai pelayanan Marta? tentu saja Yesus menghendaki kita untuk melayani-Nya. Dalam Kolose 3:23 tertulis “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Ayat tersebut bahkan mengingatkan kita untuk melakukan apapun juga seperti untuk Tuhan, dan apapun yang kita lakukan untuk Tuhan merupakan bentuk pelayanan kita kepada Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa yang disebut “melayani” bukan hanya apa yang kita lakukan di gereja: menjadi pemimpin pujian, singers, pengkhotbah, tim multimedia dan lain-lain, tetapi segala aspek di kehidupan kita yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan. Setiap talenta yang Tuhan berikan kepada kita, dapat kita gunakan untuk melayani-Nya, baik talenta memasak, bermain musik, menari, mengajar, dan masih banyak lagi talenta yang Tuhan percayakan kepada setiap orang yang dapat digunakan untuk melayani Tuhan dan memberkati sesama manusia. Marta melayani Yesus dengan apa yang ada padanya, kemungkinan Marta melayani dengan menyiapkan hidangan untuk tamu-tamunya saat itu. Sehingga dapat kita cermati bahwa teguran Tuhan Yesus kepada Marta bukanlah karena Tuhan tidak menghargai pelayanannya, tetapi ada hal lain yang mengganggu pikiran Marta ketika ia melayani, dan Yesus mengetahui hal tersebut

    .

    .

  2. Pengenalan yang benar sebagai dasar pelayanan yang benar

    .


    Lalu mengapa Tuhan Yesus tidak menegur Maria dan justru berbalik menegur Marta? Dalam ayat 41 Tuhan menjawab Marta: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”, dari pernyataan Yesus kita dapat cermati bahwa Yesus mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Marta ketika ia melayani. Marta “kuatir”, ia kuatir dengan reputasi pelayanannya jika tamu yang datang kerumahnya tidak dijamu dengan baik, sehingga ia meminta Yesus untuk menegur Maria untuk membantunya melayani. Marta kuatir jamuannya kepada Yesus dan murid-muridnya “tidak cukup” baik. Tetapi jawaban Yesus kepada Marta justru menunjukkan sesuatu bahwa hal yang terbaik yang dilakukan untuk menjamu Yesus dan murid-murid-Nya adalah mendengarkan perkataan-Nya. Maria memilih bagian yang terbaik (ay.42), yaitu duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya. Maria tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia menggunakan waktu dengan baik untuk mendengarkan ketika Yesus berbicara. Yesus tidak sedang menunjukkan bahwa Ia lebih mengasihi Maria daripada Marta. Teguran Yesus kepada Marta hendaknya kita lihat sebagai undangan Yesus kepada Marta untuk mendengarkan perkataan Yesus seperti yang dilakukan para murid dan Maria. Dari kisah ini kita dapat melihat bahwa Tuhan menghendaki kita untuk melayani, tetapi terlebih dari itu Ia ingin kita juga mengenal siapa yang kita layani. Dengan mendengarkan perkataan Yesus dan memiliki waktu bersama Yesus kita akan mengenal Dia dan apa yang dikehendaki-Nya, sehingga dari pengenalan yang benar akan Yesus akan terbentuk sikap hati dan motivasi yang benar untuk melayani.

    .

    .

Dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan dalam gereja, banyak hal dan kesibukan yang menuntut kerja keras dan dedikasi yang serius, misalnya dalam kegiatan gereja ada tugas-tugas yang diberikan untuk mempersiapkan ibadah raya ataupun suatu perayaan tertentu. Sebagai pelayan yang dipercayakan tentu kita mau memberikan yang terbaik, dan tidak ada yang salah dari hal tersebut. Tetapi ada hal yang Tuhan mau kita perhatikan lebih lagi, yaitu pengenalan yang benar akan Dia yang kita layani. Jangan sampai karena kelelahan mempersiapkan segala sesuatu untuk ibadah perayaan, kita justru memanfaatkan waktu untuk tertidur saat firman Tuhan diberitakan, ataupun contoh lainnya yang mengganggu fokus kita ketika mendengarkan firman Tuhan. Tuhan ingin kita sungguh-sungguh mengenal siapa yang kita layani, sehingga motivasi pelayanan kita benar hanya untuk Tuhan, dan bukan karena mencari pujian, karena tugas, bahkan karena terpaksa. Pengenalan akan Tuhan adalah dasar hubungan yang intim dengan Tuhan, dan hal ini dapat dibina melalui mendengarkan pemberitaan firman, membaca dan mempelajari Alkitab, serta berdoa. Dengan pengenalan akan Tuhan, kita akan dimampukan untuk melakukan segala sesuatu sebagai bentuk pelayanan kepada-Nya. Sekecil atau sesederhana apapun pelayanan yang dilakukan dengan sikap hati yang benar akan diperhitungkan oleh Tuhan dan kita yang akan menuai berkat yang dijanjikan-Nya. Dan semua ini dimulai dengan memberikan waktu kita untuk duduk di hadirat Tuhan. Apakah pelayanan kita didasarkan pada kerinduan untuk mengenal Yang kita layani? Kita sendiri yang bisa menjawabnya. Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Pengorbanan yang Tidak Ternilai bagi yang Tidak Bernilai

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Ef. 1:7)

.

.

.

.

“Harga gak pernah bohong”. Istilah ini mungkin sering kita dengar. Ada harga maka ada barang. Kita akan merasa ditipu jika kita memberikan harga yang besar untuk barang yang kurang bernilai dalam hidup kita. Kita rela mengeluarkan uang yang banyak untuk mendapatkan kualitas yang bagus dari sebuah barang yang menurut kita sangat berharga. Karena itu harga seharusnya berbanding lurus dengan barang yang dibeli.

.

.

Kita juga sering mendengar bahwa kita adalah pribadi yang berharga di mata Allah. Ya, kita memang pribadi yang berharga. Namun bagaimana kita bisa menjadi berharga? Karena kita diciptakan lebih mulia dari ciptaan lain? Ya. Namun yang harus kita sadari, kita menjadi najis dan tidak berharga di mata Allah sejak kita jatuh ke dalam dosa.

.

.

Alkitab menjelaskan bahwa Dia datang ke dunia karena kasih-Nya pada kita (Yoh. 3:16); dan berdasarkan kekayaan kasih karunia-Nya maka kita mendapat penebusan dan pengampunan dosa. Bahkan rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus mati bagi kita disaat kita masih berdosa (Rm. 5:8). Artinya Allah mengasihi kita bukan karena kita berharga sehingga kita pantas untuk dikasihi. Yesus mati bagi kita bukan karena nilai kita begitu besar untuk dibayar dengan harga yang tidak ternilai. Bagaimana kita bisa berpikir bahwa kasih karunia Allah begitu kaya jika kita adalah orang yang berharga? Bagaimana kita bisa berpikir bahwa Allah begitu baik dan pengorbananNya begitu besar jika kita merasa layak dan perbuatan baik kita pantas diperhitungkan Tuhan?

.

.

Derek Diedricksen seorang ahli pembuat rumah mini, membuat rumah mini dari barang bekas yang tidak terpakai dan dibuang oleh orang dan menghasilkan uang kurang lebih USD 200. Kita adalah pribadi yang tidak bernilai yang Tuhan buat menjadi sangat bernilai dengan darahNya yang tidak ternilai. Kita adalah pribadi yang sangat hina yang Tuhan angkat menjadi mulia.

Saat Kristur menebus kita maka kita menjadi milikNya. Karena itu kita menjadi pribadi yang berharga. Bukan karena kita tetapi karena pemilik kita yaitu Yesus Kristus. Bong Chandra membeli jersey Cristiano Ronaldo yakni saat Ronaldo masih bermain di Real Madrid yang dilelang oleh anak angkatnya seharga 180 juta rupiah. Harga yang sangat mahal untuk sebuah baju yang tentu saja mahal bukan karena bahan pakaiannya tetapi karena pemiliknya.

.

.

Bukan kita yang mahal tapi Kristus yang membuat kita mahal dan berharga. Pribadi yang tidak bernilai menjadi sangat bernilai karena darah yang tidak ternilai. Kareni itu kita jangan berpikir karena kita bernilai maka Allah menebus kita. Perbuatan baik kita, keterampilan kita, kecerdasan kita bukanlah syarat Allah menebus kita. Allah menebus kita karena kekayaan Kasih-Nya dan itu semua dilakukan Allah bukan sekedar menolong kita tetapi untuk kemuliaan nama-Nya sendiri. Kristus sudah mengangkat kita menjadi pribadi yang berharga, maka janganlah kita menghina diri kita sendiri dengan tetap hidup dalam dosa. Hiduplah sesuai dengan nilai kita yang berharga yaitu hidup untuk kemuliaan nama Tuhan dengan melakukan firmanNya. Tuhan memberkati kita. Soli Deo Gloria.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Berpegang Teguh dalam ajaran Kristus

Ditulis Oleh : Sdr. Dellis Zai

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : 2 Yohanes 1 : 4-11

.

.

.

.

Nats  : 2 Yoh 1:9

Setiap orang yang tidak tinggal dalam ajaran kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barang siapa tinggal dalam ajaran itu, ia memiliki bapak maupun anak.

.

.

.

.

Orang Kristen  harus  memiliki  pahlawan Kristus, dan  harus siap berhadapan dengan pengajar palsu.  Tetapi  harus siap untuk melengkapi diri dengan senjata Iman kita yaitu kebenaran firman Tuhan yang diamalkan dengan benar! Jangan terpengaruh dengan pengajar yang kelihatan ramai pengikut atau ramai kometn dari kiriman mereka di media sosial, tetapi kita sendiri malas untuk mengkaji kebenaran-kebenaran dari firman Tuhan yang mereka kongsikan. Firman Tuhan adalah kebenaran yang diungkapkan kesuciannya oleh Roh yang suci. Pengajar lain sentiasa ada tujuan peribadi untuk menyatakan pengajaran mereka. Dalam Thema kita “ Berpegang teguh dalam ajaran kristus” artinya harus memilih untuk menjalani hidup sesuai dengan firman Tuhan.

.

.

Ada tiga point penting yang harus kita terapkan dalam menghadapi ajaran sesat yaitu:

.

.

  • Hidup dalam kasih (ayat 4-6)

Kasih merupakan wujud Iman, yang dirasakan oleh manusia dan mengajarkan untuk berbuat baik. Dalam (ayat 6) ditengah kondisi kehidupan manusia yang seakan-akan tanpa arah, Rasul Yohanes menasehati agar setiap orang percaya tetap hidup dalam kasih sehingga bisa menjadi panutan bagi arah dunia yang suram ini. Jika orang percaya kehilangan ciri khas kasih, maka Kekristenan tidak lagi memiliki fondasi bagi keberadaannya ditengah dunia sebagai garam dan terang.

.

.

  • Waspada terhadap ajaran penyesat (ayat 7-8)

Para penyesat memang seperti virs yang mematikan dan menyakiti hati jemaat. Mereka bisa tampak sangat giat dan misioner, namun sesungguhnya mereka suka memecah-belah. Mereka sangat pintar dalam mengajarkan Firman Tuhan, tetapi hidup mereka penuih dengan kebusukan dan suka mencari keuntungan sendiri. Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan cara bertekun untuk mendalami Firman Tuhan sebagai penuntun sejati hidup beriman,sambil memohon hikmat dan tuntunan Roh kudus untuk hidup dalam ketaatan dan kekudusan. Dengan kewaspadaan rohani ini kita akan mampu membedakan manakah ajaran yang asli dan yang palsu. Bahkan kita mampu menghadapi para pengajar sesat yang berupaya menggotangkan iman kita kepada Tuhan.

.

.

  • Tinggal dalam ajaran kristus. (9-11)

Setiap orang yang percaya kepada Kristus harus tinggal dalam kebenaran firman Tuhan, artinya harus mendengarkan dan melakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh  dalam kehidupan kita. Pada saat kita mencintai kebenaran, maka kita tinggal di dalam Bapa dan ada benteng perlingungan di sekitar kita yang memagari kehidupan kita dari panah-panah sjahat  sehingga kita tidak akan tergoyahkan dalam ajara-arajan si penyesat.

.

.

Janganlah sampai Firman Tuhan  itu terlepas dari kehidupan kita. Namun, firmannya harus menguasai hidup kita. Amin

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email