Categories
Uncategorized

Toxic Friend

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Amsal 1:8-19

.

.

Hikmat dapat datang dari yang mengasihi Tuhan (8-9). Sekalipun orang tua kita tidaklah sempurna, tetapi Tuhan dapat memakai mereka untuk mengingatkan kita agar hidup di jalan yang benar. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk tidak mengabaikan nasihat orang tua termasuk nasihat dalam memilih teman. Sebab, kita perlu menyadari realitas bahwa tidak setiap pertemanan membawa kebaikan bagi diri kita.

.

.

Pertemanan yang salah dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa. Memang dosa yang mereka tawarkan akan selalu terlihat menarik, karena dosa itu sendiri menawarkan cara yang cepat untuk mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Dosa juga selalu memanipulasi kita agar tidak merasa bersalah pada saat kita melihat banyak orang melakukan perbuatan dosa. Dengan demikian, ketika kita berusaha melawan arus dan hidup benar, kita akan terlihat aneh, bodoh, tidak populer, bahkan dikucilkan.

.

.

Sadarilah bahwa dosa tidak pernah membawa kebaikan bagi kita. Sebaliknya, dosa membawa penderitaan dan kematian. Oleh sebab itu, kita harus belajar membuat pilihan bukan berdasarkan kenikmatan yang sementara atau dorongan nafsu kita, melainkan berdasarkan pertimbangan jangka panjang. Hal itu juga berarti bahwa kita harus berani menolak untuk berteman dengan orang-orang yang menarik kita kepada aktivitas yang salah dan yang sengaja menunjukkan perbuatan dosanya kepada kita untuk kita ikuti (10). Sebab, jika kita terus berteman dengan mereka dan menoleransi perbuatan dosa mereka, bukan tidak mungkin suatu saat kita pun akan terpengaruh dan berbuat dosa yang sama dengan mereka.

.

.

Berhati-hatilah dalam setiap pertemanan yang kita miliki (lih. 1Kor 15:33). Mari kita hidup selalu dalam terang kebenaran firman Tuhan. Mari kita minta kepekaan dan hikmat kepada Tuhan supaya kita dapat membedakan yang mana teman sejati dan yang mana bukan teman sejati. Ketika kita bersedia dituntun oleh-Nya, Ia pasti akan mempertemukan kita dengan sahabat-sahabat yang tidak hanya baik, tetapi juga benar.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Allah Sumber Kehidupan

Ditulis oleh: Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab: Kejadian 1:11-26

.

.

Kisah penciptaan dalam kitab Kejadian merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan direnungkan. Kayanya kisah penciptaan akan makna dan pelajaran membuat kita selalu akan mendapat hal baru ketika merenungkannya. Jika kita kembali membaca pasal pertama kitab Kejadian, maka kita akan melihat bagaimana dahsyat dan ajaib bumi dan segala sesuatunya diciptakan oleh Tuhan. Perbuatan Allah melalui penciptaan yang luar biasa ini diuraikan dalam kitab Kejadian dengan sangat sederhana, akan tetapi semakin kita menyelidiki alam dan struktur kehidupan biologisnya, semakin kita melihat kerumitan dan kesempurnaannya.

.

.

Ada analogi menarik ketika kita mengamati bagaimana Allah menciptakan makhluk hidup, yang dapat mengantarkan kita kepada pengertian akan ketergantungan manusia kepada Allah. Yaitu:

.

.

  • Ketika Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan di bumi, Allah berfirman kepada tanah, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda …” (Kejadian1:11-12).
  • Ketika Allah menciptakan ikan dan binatang-binatang air, Allah berfirman kepada air, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup…” (Kejadian 1:20).
  • Tetapi ketika Allah menciptakan manusia, Allah berpaling kepada Diri-Nya. Allah berfirman: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” (Kejadian 1:26).

    .

    .

Dari hal ini dapat kita cermati bahwa:

.

.

  • Tanah menjadi tempat dimana tumbuh-tumbuhan hidup dan bertumbuh. Dan jika kita mencabut atau mengeluarkan tumbuhan dari tanah, maka tumbuhan tersebut akan mati.
  • Air menjadi tempat dimana ikan-ikan hidup. Dan jika kita mengeluarkan ikan dari air, maka ikan juga akan mati.
  • Begitu pula dengan manusia, jika manusia terpisah atau tidak terhubung dengan Allah, maka manusia akan mati. Karena kita berasal dari Allah dan harus tinggal di dalam hadirat Allah untuk dapat hidup.

    .

    .

Dari sepenggal analogi melalui kisah penciptaan ini, kita dapat kembali merenungkan bagaimana pentingnya manusia hidup dan terhubung dengan Allah. Karena di luar Allah, manusia akan mati. Hidup yang dimaksudkan di sini adalah kerohanian yang hidup. Seringkali seseorang hidup secara jasmaniah tetapi mati kerohanian nya. Dari analogi ini, kita dapat diingatkan kembali bagaimana pentingnya untuk selalu menjalin relasi dengan Allah. Relasi dengan Allah harus terus dipelihara dengan berdoa dan merenungkan kebenaran firman Tuhan, serta menjalankan firman-Nya. Dengan demikian, hidup kita yang di dalam Tuhan akan terus tumbuh dan menghasilkan buah yang berkenan kepada-Nya.

.

.

Marilah kita hidup setia di dalam Tuhan, yang adalah sumber kehidupan kita, karena di luar Dia kita mati. Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Love Youself

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 119 : 9-11

.

.

Dalam keadaan zaman yang semakin hari semakin keras ini, kita banyak melihat – khususnya generasi anak muda saat ini – melakukan berbagai hal untuk menarik perhatian publik, sehingga dapat memberikan ketenaran yang sangat dinantikannya. Kita pun banyak juga melihat bahwa semakin hari, penimpangan terhadap gaya berpakaian, cara bicara, serta berperilaku dalam hubungan sosial banyak menyimpang dari norma kehidupan – terlebih lagi kebenaran firman Tuhan. Namun, pada dasarnya hal ini merupakan suatu bentuk penolakan/pemberontakkan terhadap jati diri pribadi setiap orang. Oleh sebab itu, banyak pihak berusaha untuk menjadi orang lain – bukan diri sendiri.

.

.

Sebagai orang percaya, kita harus lebih teliti lagi dalam menentukan pergaulan atau komunitas tempat kita bertumbuh. Dan yang terumata ialah – sebagai anak muda saat ini – kita juga harus mampu berdiri di atas prinsip kebenaran itu sendiri, yaitu kebenaran firman Tuhan. Akan tetapi, bagaimana dan apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya? Sehingga kita mampu membedakan manakah yang menyimpang dan mana yang tidak menyimpang dari kebenaran itu sendiri?

.

.

  1. Membangun hubungan pribadi senantiasa dengan Tuhan (ay.9)
    Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan seringkalai menjadi suatu hal yang klise bagi sebagian kalangan – khususnya generasi muda saat ini yang lebih mementingkan kemajuan teknologi. Akan tetapi, membangun hubungan pribadi berarti bahwa kita mampu menerima setiap proses yang kita alami sebagai suatu pembelajaran serta proses yang Tuhan berikan dalam membentuk karakter Kristus di dalam diri kita. Oleh sebab itu, ketika kita mampu mempertahakan hubungan pribadi dengan Tuhan secara terus-menerus, maka percayalah kita akan berjalan ketika Tuhan memerintahkan kita berjalan (kepekaan terhadap suara dan tuntunan Tuhan dalam hidup kita).

    .

    .

  2. Mencari Tuhan setiap waktu (ay.10)
    Ketika kita sudah mengenal akan diri kita, siapa kita di hadapan Tuhan, serta proses pengorbanan Tuhan maka percayalah kehidupan kita akan menjadi kehidupan yang ‘mencari’. Mencari bukan berarti suatu kegiatan yang seakan tidak berujung, namun mencari disini berarti bahwa kita senantiasa rindu untuk terus berkomunikasi dengan Tuhan dalam segala keadaan – sama seperti seorang wanita yang jatuh cinta dengan seorang pria. Hal inilah yang akan terus menolong kita untuk dapat menentukan mana yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan mana yang tidak. Sehingga, kita tidak akan menyimpang dari rencana-Nya. 

    .

    .

  3. Menyimpan janji Tuhan senantiasa (ay.11)
    Sebagai seorang manusia, kita sering berjanji kepada sesama, demikian juga kepada Tuhan. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan buat pribadi kita, apakah kita sudah menepatinya? Inilah yang menjadi permasalahan dalam kehidupan manusia pada umumnya, terlalu banyak dikecewakan akan janji yang diungkapkan, sehingga tidak lagi percaya akan janji. Satu hal yang harus kita mengerti ialah janji Tuhan berbeda dengan janji manusia, karena janji Tuhan tertulis jelas di dalam kebenaran firman-Nya, itu berarti sama halnya dengan perjanjian hitam di atas putih. Dan bukan hanya itu saja, janji Tuhan adalah janji yang membawa kita kepada keselamatan dan kebenaran, bukan kepada kehancuran. Oleh sebab itu, pilihan kita ialah menyimpannya dalam hati atau menghiraukannya.

    .

    .

Demikianlah renungan singkat kita untuk hari ini, marilah kita bersama-sama belajar untuk mengasihi diri sendiri seperti Tuhan mengasihi kita. Dengan demikian kita mampu melakukan ketiga hal diatas, dan percayalah kehidupan kita akan menjadi sebuah kehidupan yang membawa sukacita dan bukan dukacita, serta kehidupan yang mengikuti arus Tuhan dan bukan arus dunia. Tuhan Yesus menyertai.

Life is not about how we act, it’s all about how we through it. –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email