Categories
Uncategorized

DIKEMBALIKAN 100 KALI LIPAT.

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki, atau saudaranya perempuan, bapanya atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.

(Matius 19:29)

.

.

.

.

Saat berbicara tentang mengikut Yesus, apakah yang kita pikirkan? Pikul salib? Sangkal diri? Atau upah apa yang akan saya dapatkan? Dalam ayat ini Petrus bertanya tentang apa upah mereka saat mengikut Yesus (ay. 27).  Mereka berpikir bahwa mereka sudah meninggalkan segala-galanya. Pertanyaan ini juga pasti mewakili pertanyaan murid-murid yang lain bahkan kita saat ini? Apa upah saya ketika melayani? Apa upah saya apabila saya setia pada Kristus?

.

.

Jika kita melihat konteks bacaan ini, maka pertanyaan ini dilandasi oleh peristiwa dimana seorang muda yang berpikir sudah melakukan seluruh hukum Taurat pulang dengan sedih karena dia tidak bersedia menjual semua hartanya dan memberikan hasilnya pada orang miskin untuk mengikuti Yesus. Petrus melihat jelas kami lebih baik karena kami meninggalkan segalanya. Muncullah pertanyaan itu.

.

.

Pertanyaan ini jelas muncul karena secara manusiawi dalam melakukan sesuatu akan selalu memikirkan untung rugi dari setiap perbuatannya. Bahkan jika mengorbankan sesuatu, apa yang akan didapatkan dari pengorbanan itu?  Dalam dunia bisnis pun pengorbanan yang dilakukan diperhitungkan secara cermat dalam memikirkan keuntungan besar apa yang akan didapatkan.

.

.

Bagaimana dengan mengikut Yesus? Apa yang kita dapatkan? Mengikut Yesus menderita. Apa akhirnya yang menjadi Ending dari penderitaan yang saya alami. Saat menonton film, kita melihat penderitaan dan pengorbanan dari pemeran utama yang akhirnya berbuah manis di ending film tersebut. Apakah seperti itu pengorbanan kita pada Yesus?

.

.

Pertanyaan seperti ini sebenarnya tidak pantas untuk dipertanyakan karena dua alasan.

.


1. Tuhan sudah memberikan anugerah keselamatan bagi kita ketika kita percaya padaNya

.

2. Tuhan mahatahu dan mahasegalanya yang tahu bagaimana dia memberikan yang terbaik buat kita.

.

.

.

Namun Yesus menjawab pertanyaan ini dengan baik. Salah satu jawaban yang paling mencengangkan dan banyak dipakai oleh orang-orang masa kini adalah Tuhan akan mengembalikan semuanya saat kita mengutamakan Tuhan dibandingkan keluarga kita dengan nilai 100 kali lipat. Injil Markus juga menulis 100 kali lipat dan Lukas menulis lipat ganda. Intinya upah yang akan diterima melebihi dari yang kita korbankan. Bahkan dalam Lukas 18:30, janji itu akan diberikan pada masa kini yaitu saat kita masih hidup di dunia. Lalu apa upah yang 100 kali lipat itu?

.

.

Kita tidak mungkin mengartikan janji ini secara hurufiah karena akan berujung salah kaprah. Para rasul tidak menerima kembali jala, perahu, rumah dalam jumlah 100 kali lipat. Kita juga tidak bisa berpikir bahwa janji ini akan digenapi ketika kita sudah bersama Tuhan di bumi yang baru. Karena janjinya adalah masa kini. Kita juga tidak bisa mengartikan ayat ini dengan apabila kita mengorbankan uang 1 juta buat gereja akan diganti menjadi 100 juta karena dalam perikop sebelumnya bahwa orang kaya justru disuruh jual hartanya lalu menekankan bahwa lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lubang jarum dibandingkan dengan orang kaya masuk surga. Bukan berarti tidak boleh kaya. Itu sebabnya kita tidak bisa mengartikan janji ini bersifat duniawi tetapi lebih kepada berkat-berkat rohani.

.

.

Kita punya keluarga yang baru yang jauh lebih banyak daripada sebelumnya yaitu saudara-saudara seiman (Band. Mat. 12:46-50). Hudson Taylor berkata bahwa ia tidak pernah berhasil berkorban bagi Allah karena setiap kali ia mengorbankan sesuatu bagi Allah, ia menemukan begitu banyak berkat sehingga ia merasa lebih baik dan bukannya lebih buruk ketika menyerahkan apa yang dimilikinya. Matthew Henry berkata dalam mengikut Yesus, para rasul menerima banyak dalam hal kebaikan hati, anugerah, penghiburan, kasih Allah, dan berkat-berkat yang lain. Mereka sudah mendapatkan 100 kali lipat itu. Bukan harta mereka bukan isteri mereka tapi kebaikan-kebaikan Allah pada mereka.

.

.

Memiliki persekutuan dengan Tuhan adalah sesuatu yang sangat berharga dalam mengikut Yesus. Terkadang kita mendengar dalam ucapan-ucapan cinta, “asal bersamamu aku bahagia”. “Aku lebih butuh kamu dibandingkan hadiah yang kamu berikan itu.” Walaupun kalau tidak diberikan hadiah kecewa juga. Anak-anak lebih membutuhkan kehadiran ayahnya dibandingkan harta ayahnya. Di sini kita melihat bahwa “Di sini kita melihat bahwa persekutuan dgn Allah adalah harta yang sangat berharga”. Mari kita melihat beberapa tokoh.

.

.

  1. Polikarpus dari Smirna. Saat gubernur Romawi yang berniat membebaskan dia menyuruh menghujat Kristus. Polikarpus berkata, “ Selama 86 tahun aku telah mengabdi pada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja (Kristus) yang telah menyelamatkanku?” Setelah itu Polikarpus dibakar hidup-hidup. Dari sini kita menemukan bahwa persekutuan dengan Kristus adalah harta yang sangat berharga.

    .

  2. Fanny Crosby pencipta lagu “Ku Berbahagia” dalam Kidung Jemaat nomor 392. Buta sejak kecil. Tetapi justru mampu menemukan makna hidup. Mampu melihat keadaannya sebagai berkat yang harus disyukuri. Bahkan saat kehilangan putri satu-satunya, masih mampu menulis lagu Safe in tha Arms of Jesus (“s’lamat di tangan Yesus”). Lagu ini bisa kita lihat di Kidung Jemaat nomor 388. Lagu ini berisi kelegaan karena jiwa anaknya kini telah berada di surga bersama sang pencipta. Sebuah kalimat yang indah yang pernah diucapkannya adalah jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap buta … karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat adalah wajah Juruselamatku. Dalam kisah ini kita juga menemukan bahwa hidup bersekutu dengan Tuhan adalah harta yang sangat berharga. Bukankah hati Yesus pedih ketika Dia terpisah dari Bapa saat menanggung dosa manusia?

    .

    .

Karena itu janji berkat Tuhan yaitu sukacita, damai sejahtera kita dapatkan dengan berlimpah di dunia ini di tengah-tengah penderitaan kita sebagai pengikut Kristus. Karena itu mari terus menjalin persekutuan dengan Tuhan dan menemukan upah 100 kali lipat di dalamnya. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kepedulian terhadap sesama

Ditulis Oleh : Sdr. Dellis Zai

.

.

Pembacaan Alkiab : Galatia 6 : 1-10

.

.

.

.

 

Nats : Galatia 6: karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, terutama kepada kawan-kawan seiman.

.

.

.

.

 

Hal yang paling diutamakan semua orang adalah rasa kepedulian kita terhadap sesama baik saudara, teman, pacar, dan sahabat. Menurut KBBI KEPEDULIAN merupakan suatu perihal yang sangat peduli, dengan kata lain adalah sikap mengindahkan (memperhatikan). Rasa Kepedulian ini sering kali terjadi dikalangan orang zaman sekarang, terutama dalam masa pandemic atau orang-orang  di luar sana mereka menunggu rasa peduli dari orang lain.  Namun, dalam kepedulian kita terhadap sesama jangan pernah sekali-kali bersungut-sungut dalam melakukannya. Tetapi dalam melakukan kepedulian harus tulus untuk melakukannya.

Perenungan firman Tuha hari ini mengajarkan kita bahwa, ada tiga point yang perlu kita lakukan dalam melakukan kepeluian kita terhadap sesama, sebagai orang yang percaya, antara lain:

.

.

 

  1. Jangan bermegah atas kejatuhan orang lain (ayat 1-3)

    .

    Dalam perenungan kita saat ini Paulus menegur keras terhadap orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain, justru orang yang tidak jatuh kerena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap Kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan yang sejati ia tidak akan menghakimi saudara yang sedang jatuh dalam pergumulan. Kita yang rohaninya kuat harus menolong dan mendoakan supaya ke adaan mereka di pulihkan dan diteguhkan dalam Tuhan.

    .

    .

     

  2. .Orang yang melakukan kebaikan, akan menuai yang baik (ayat 4-8)


    Mengapa kita harus menabur kebaikan ? didalam Galatia ayat 7 menjelaskan kalau menabur dalam daging akan menuai kebinasaan dan kalau menunai dalam Roh akan menuai hidup yang kekal. Jadi, kesan Firman Tuhan pada kita taburlah yang baik, jangan tabur yang jahat. Jika engkau menolong orang akan diganti dengan engkau akan di tolong orang Ketika engkau memberkati orang lain kamu akan di berkati. Kenapa? Tuhan melihat semua yang kita lakukan itu, maka   hendaklah kita melakukan seuatu itu dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan dari orang yang kita tolong. Nah, Ketika kita melakukan itu Tuhan akan memberkati kehidupan kita.

    .

    .

     

  3. .jangan jemu-jemu berbuat baik (ayat 9-10)


    Jangan jemu berbuat baik. Orang bisa menjadi lemah, menjadi jemu dan orang berhenti berbuat baik. Tetapi, pesan Tuhan dalam ayat ini jangan jemu berbuat baik. Akan ada waktu menuai tapi jika sebelum waktu untuk menuai kamu berhenti menabur kebaikan, jangan-jangan kamu akan menuai yang tidak baik itu. Mengapa? Kalau kita melakukan yang tidak baik, kita akan menuai yang tidak baik itu. Jadi terus tabur saja yang baik itu. Terutama kepada kawan-kawan kita semua, baru kepada orang yang tidak seiman.

“lakukan lah kebaikan itu dengan setulus hati, dengan tidak bersungut-sungut “

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

VITAMIN A (Andalkan Tuhan)

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : Yeremia 17:1-18

.

.

.

.

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuha, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” Yeremia 17:7

.

.

.

.

Untuk memperoleh tubuh yang sehat, tentunya ada banyak komponen-komponen yang di perlukan. Salah satu komponen tersebut ialah vitamin. Menurut KBBI, vitamin adalah zat yang sangat penting bagi tubuh manusia dan hewan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin berfungsi untuk membantu mengatur metabolisme, mencegah penyakit kronis (seperti penyakit jantung dan kanker) dan untuk memelihara nafsu makan, kesehatan mental dan kekebalan tubuh.

Pembacaan Firman Tuhan hari ini, mengajarkan kita bahwa manusia tidak cukup, hanya memerlukan vitamin secara jasmani untuk memperoleh tubuh yang sehat. Manusia juga memerlukan vitamin secara rohani, yaitu mengandalkan Tuhan (ayat nats), untuk kehidupannya yang lebih baik. Vitamin A (Andalkan Tuhan) tentu saja membantu kita dalam menghadapi kesulitan hidup yang menurut perspektif pemikiran kita sebagai manusia, kita tidak dapat mengatasinya sendiri.

Dalam situasi yang terjadi sekarang yakni masa pandemi Covid-19, secara psikis manusia pasti mengalami tekanan. Ekonomi yang semakin memburuk, salah satu anggota keluarga masuk rumah sakit karena terpapar virus, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana? Konsumsi vitamin A atau dengan kata lain, andalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan Anda.

Ada dua poin penting yang harus kita ketahui bersama, agar kita senantiasa mengetahui apa yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan yang sesungguhnya.

.

.

  • Mengandalkan Tuhan Berarti Kita Percaya Dan Mempercayakan Tuhan

Artinya, mengandalkan Tuhan tidak hanya percaya kepada Tuhan bahwasanya Tuhan sanggup menolong dan menyelamatkan kita ketika dalam kesulitandan pencobaan. Namun, dalam mengandalkan Tuhan diperlukan suatu sikap dimana kita menaruh kepercayaan kepada Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan kita.

.

.

  • Mengandalkan Tuhan Berarti Bergerak Aktif

Ada banyak orang salah mengartikan konsep mengandalkan Tuhan. Mereka berpikir bahwa mengandalkan Tuhan bersifat pasif, dimana mereka diam menunggu Tuhan yang bekerja bagi mereka. Konsep seperti ini tentunya salah, mengandalkan Tuhan bukan berarti kita pasif menunggu segala sesuatu terjadi seperti yang kita inginkan tanpa melakukan apa-apa. Mengandalkan Tuhan berarti harus bergerak aktif dalam melakukan apa yang menjadi bagian kita, sambil percaya bahwa Tuhan pasti menolong dan memberkati kita dalam mengahapi segala sesuatu.

“ANDALKANLAH TUHAN DALAM HIDUP ANDA. KARENA TANPA TUHAN, HIDUP ANDA TIDAK MEMILKI TUJUAN YANG BENAR”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Penyembah yang Benar

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Sejak dari semula manusia dicipta dan dirancang Tuhan untuk menyembah Dia, karena itu secara naluriah manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah sesuatu. Sayang, tidak semua manusia menyembah Tuhan, malah menyembah obyek yang salah: menyembah dewa-dewa, patung, binatang, pohon, gunung, batu, kuburan, matahari dan sebagainya. Padahal tiada lain yang layak disembah selain daripada Tuhan. Adapun arti dari penyembahan (proskuneo) adalah sikap tubuh yang menyembah sampai ke tanah yang menunjukkan suatu penghormatan, pengaguman dan kasih kepada Tuhan.

.

.

Penyembahan itu tidak berbicara tentang bakat atau talenta seseorang dalam hal bernyanyi. Mungkin ada orang Kristen yang berkata, “Suaraku tidak bagus, karena itu aku tidak bisa menyembah Tuhan; karena aku seorang penyanyi yang sudah menghasilkan album rohani maka aku harus banyak menyembah Tuhan; karena dipercaya melayani sebagai worship leader dan singer digereja, maka aku harus meluangkan banyak waktu untuk menyembah Tuhan.” Jika kita memandang penyembahan itu hanyalah sebuah bakat atau talenta semata maka penyembahan kita tidak akan bertahan lama. Perlu digarisbawahi di sini bahwa penyembahan itu adalah sepenuhnya tentang Tuhan. Jika kita menyadari akan hal ini maka kita akan menjadikan penyembahan itu sebagai gaya hidup, di mana kita akan menyembah Tuhan di segala keadaan: baik itu susah dan senang, saat baik atau buruk, kondisi sehat maupun sakit, berhasil atau gagal, keberkatan atau krisis, atau saat ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi sekalipun.

.

.

Penyembahan yang benar kepada Tuhan tidak terbatas pada ruang dan waktu, atau saat menghadiri ibadah di gereja atau persekutuan saja, tapi di mana pun kita berada dan kapan pun itu, karena kita tahu bahwa penyembahan adalah sepenuhnya untuk Tuhan, bukan untuk manusia; Dialah yang menjadi alasan utama kita untuk tetap menyembah.

.

.

Inilah yang sedang Tuhan cari: hati manusia yang dengan kerinduan dan kesadaran penuh datang menyembah Dia, bukan karena tradisi atau liturgi belaka. Tetapi kerinduan untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Sebagaimana tertulis dalam Yohanes 4:23-24 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”


Amin. Tuhan memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kerinduan Yang Terpendam

Ditulis Oleh : Sdri. Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 63:1-5

.

.

.

.

Semua berawal dari bagaimana insiden itu membawa suatu kisah dan kerinduan untuk selalu bersamanya. Kala itu, aku melangkahkan kaki ku mengikuti irama musik yang ku dengarkan melalui earphone. Alunan musik lembut mengiringi langkahku disepanjang trotoar jalan raya menuju ke suatu supermarket. Mentari pagi memperlihatkan senyumannya yang begitu indah, hingga membuat seakan tidak ada satu tempat pun yang dapat luput dari senyumannya. Selaras dengan hal itu, laju kendaraan yang melintas di sepanjang jalanpun berharap untuk mampu menciptakan alunan musiknya sendiri.

.

.

Sesampainya di Supermarket, aku pun langsung berlari kecil untuk mencapai benda yang mencuri perhatianku, dan pastinya sangat aku butuhkan untuk saat ini. Tanpa aku sadari, ketika tangan ini mencoba meraih benda tersebut, ternyata satu tanganpun ikut meraih benda itu. ‘Sorry, aku duluan’ katanya lembut namun dengan suara bariton khas seorang pria. Namun apalah daya, terdesak oleh keinginan yang kuat hingga tangan inipun mengerti apa yang harus dilakukannya – mempertahankan benda itu. Hingga akhirnya, pria ini pun menyerah dan memberikan benda itu kepadaku, dengan satu syarat. Aku harus memberikan nama dan nomor hp ku.

.

.

Berawal dari pertukaran no hp itulah, kini kami semakin dekat bahkan mengenal satu dengan yang lain. Satu hari tanpa pesan darinya atau pertemuan dengannya, seakan kita hidup di dunia yang berbeda. Pertemuan itu menciptakan kerinduan yang selalu hadir dan memenuhi hari-hari ku. Senyumannya, suaranya, alunan musik yang ia mainkan tiap kali bertemu, bahkan setiap detik kebersamaan kami adalah sebuah rasa yang ingin selalu aku abadikan.

.

.

Berdasarkan ilustrasi di atas, kita dapat sama-sama belajar tentang bagaimana sebuah pertemuan, perkenalan, dan hubungan akan terus menimbulkan rasa ingin selalu bersama dengan seseorang yang kita kasihi. Itulah yang juga di alami oleh Daud. Pertemuan hingga pengenalannya akan Allah membuatnya ingin selalu berada di dalam hadirat Allah. dalam keadaan apapun, Daud tetap merasakan bahwa ia selalu memiliki kerinduan yang terpendam, yaitu kerinduan untuk selalu dekat dan bercengkraman dengan Allah. Lantas, bagaimana dengan kita sebagai orang percaya saat ini? Sudahkah kita mengenal-Nya secara pribadi? Sudahkah kita membangun hubungan dengan-Nya? Dan sudahkan kerinduan yang terpendam itu selalu hadir dan memenuhi hari-hari kita? Sehingga kita ingin selalu untuk berada di dalam hadirat-Nya..

.

.

Sebagai orang percaya kita sering menganggap bahwa persekutuan keluarga, ibadah Minggu, serta beberapa kegiatan pendalaman Alkitab sudah cukup untuk membangun relasi dengan Tuhan. Kita sering beranggapan bahwa Alla mengerti ketika kita sibuk, Allah mengerti ketika kita lelah, dan Allah juga mengerti ketika kita melakukan semua pekerjaan untuk membawa kehidupan menjadi lebih baik, sehingga dapat memberikan persembahan terbaik setiap Minggunya. Dari semuanya hal itu, sadarkah kita bahwa Allah hanya menginginkan satu hal, yaitu persekutuan pribadi dengan-Nya. Dari kisa Daud kita dapat belajar beberapa hal tentang ciri seorang percaya yang memiliki kerinduan terpendam kepada Allah, yaitu :

.

.

  1. Kekosongan Hidup Tanpa Kehadiran Allah (ay.2)

    “….Seperti tanah yang tandus tiada berair.” Daud menyadari tentang betapa kosong dan hampa hidupnya tanpa kehadiran Allah. Itulah yang seharusnya dirasakan juga oleh setiap orang percaya. Ketika kita sadar bahwa kehadiran Allah dalam hidup kita adalah segalanya, maka kita akan senantiasa merasakan kekosongan hidup apabila – meskipun kita melakukan banyak kegiatan sekalipun – kita melupakan waktu pribadi bersama dengan-Nya.

  2. Keterpesonaan Akan Keajaiban Allah (ay.3)

    Ada kalimat yang berkata: “Jika tak kenal maka tak sayang.” Mengenal seseorang berarti kita pernah mengalami pengalaman bersama dengannya, sehingga kita mampu mengerti respon dan tindakan darinya dalam meghadapi kehidupan. Begitupula dengan hubungan kita kepada Allah, jika kita hanya sekedar tahu tetapi tidak pernah mengalami dan menyadari setiap perbuatan-Nya bagi kita, maka kita tidak akan pernah mengalami keterpesonaan yang terus-menerus akan setiap hal yang Allah lakukan dalam kehidupan kita.

  3. Kehidupan Yang Memuji & Menceritakan (ay.4-5)

    Dari kesemuanya itu, kekosongan hidup, serta keterpesonaan kita akan setiap keajaiban yang Allah lakukan dalam hidup ini, maka kita sebagai orang percaya pasti akan meresponi hal tersebut dalam keseharian kita. Ya, kehidupan yang memuji dan menceritakan kasih Allah kepada semua orang. Sehingga, melalui hal tersebut orang lain bisa merasakan dan mengalami hal yang sama dengan yang kita alami, yaitu pengalaman pribadi dengan Alla. Dan melalui itu semua, kitapun pasti akan merasakan seperti apa yang Daud rasakan, dimana kerinduan kita kepada Allah seakan menjadi kerinduan yang terpendam, karena kita selalu ingin berada dalam hadirat Allah. Tuhan Yesus menyertai.

“When we knew God and built our relationship with Him to understand what He want us to do. Believe it, that part of ourself will always need and miss Him in every second in life. It is called, true love.”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

SHALOM

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yoh. 16 : 31-33

.

.

.

Diminggu sengsara ini kita mendengarkan khotbah bahwa mengikut Yesus berarti memikul salib dan menyangkal diri. Memikul salib berarti penderitaan. Bagaimana perasaan kita? Ada Shalom? Shalom itu bahasa Ibrani yang dalam bahasa Yunani disebut eirene yang berarti damai.

.

.

Karena itu mari kita melihat ayat yang menjadi perenungan kita saat ini. Di ayat ini kita belajar bahwa Yesus memberitahukan bahwa para murid akan tercerai berai dan gagal tetapi Yesus akan tetap memberikan damai sejahtera pada mereka karena Yesus telah mengalahkan dunia.

.

.

Karena itu ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini:

.

  1. Gagal bukan berarti kehilangan iman. Kita melihat persis seperti yang dikatakan oleh Yesus saat Yesus ditangkap mereka benar-benar tercerai berai bahkan Petrus menyangkal Yesus. Tetapi para murid tidak kehilangan iman mereka (kecuali Yudas Iskariot). Dalam mengikut Yesus, kita adalah orang-orang yang sering meragukan Tuhan (bukan tidak percaya). Kita bingung dan mempertanyakan banyak hal yang terjadi dalam hidup kita. Cobaan silih berganti. Ada kekhawatiran dan ketakutan. Namun itulah realita dan itu semua justru membentuk iman kita semakin dewasa di dalam Tuhan.

    .

    .

  2. Kristus menjanjikan damai sejahtera di tengah-tengah penderitaan. Kata “penganiayaan” dalam ayat 33 diterjemahkan sebagai tribulation atau kesengsaraan dalam terjemahan KJV dan trouble yang berarti kesukaran dalam terjemahan NIV. Artinya kita bisa melihat lebih luas bahwa penderitaan yang dimaksuk bukan sekedar penganiayaan tetapi lebih luas lagi dalam aspek kehidupan kita yakni segala macam kesukaran, kesengsaraan, pencobaan, dan lain-lain.

.

.

Kristus memberikan kontras yang menarik dalam ayat 33 yakni para murid hidup di dunia dan menderita. Para murid harus tinggal di dalam Kristus. Terjemahan secara hurufiahnya seperti ini : “Di dalam Aku damai sejahtera kalian miliki. Di dalam dunia penganiayaan/penderitaan kalian miliki”. Artinya, Tuhan tidak mengatakan bahwa untuk mendapatkan damai sejahtera sejati maka penderitaan dijauhkan dari kita. Tetapi penderitaan pasti kita alami dan disaat yang bersamaan kita mengalami damai sejahtera karena kita bersama Kristus. Ini adalah janji Kristus.

Beberapa hal yang menguatkan kita bahwa janji Kristus ini pasti digenapi adalah

.

  1. Kristus mahatahu (Band. ay. 30 dan 32). Frasa “akan datang dan sudah tiba saatnya” artinya bahwa apa yang Yesus sampaikan adalah sebuah kepastian walaupun murid-murid cerai berai di beberapa saat kemudian. Apa yang Kristus ketahui adalah sebuah kepastian dan itu semua menggenapi rencana Allah. Penderitaan yang kita alami juga untuk menggenapi rencana Allah (Roma 8:28-30). Dan itu semua untuk kemuliaan Allah. Tuhan sangat mengerti penderitaan kita karena itu Dia menjanjikan damai sejahtera pada kita disaat mengalami penderitaan. Mari kita percaya pada rencana agung Allah.

    .

  2. Kristus sudah menang (ay. 33). Walaupun dalam konteks itu Yesus belum mengalami kematian dan kebangkitan. Namun Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu dimana segala sesuatu bagi Allah itu adalah masa kini. Kalau dalam bahasa Inggris kata kerjanya biasanya diberikan akhiran –ing. Dalam konteks kita Yesus memang sudah mengalahkan dunia dua ribu tahun yang lalu. Yesus mengalahkan Iblis. Karena itu, janji damai sejahtera ini menguatkan kita bahwa Yesus pasti menggenapinya. Ketika Kristus mengalahkan dunia maka kita semua juga sudah mengalahkan dunia. Hal diperkuat oleh rasul Paulus dalam Roma 8:37 bahwa kita semua lebih daripada pemenang. Kita mengalami aniaya bahkan baying-bayang maut tetapi di dalam Kristus kita tetap mengalami damai sejahtera karena dalam ayat 38-39 dari Roma pasal 8 menegaskan bahwa tidak ada penderitaan, bahkan kuasa yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus bahkan kematian sekalipun.

.

.

Di dalam Kristus ada damai sejahtera walaupun disaat bersamaan kita mengalami penderitaan bahkan kematian. Dengan tegas lagi rasul Paulus yang berada dalam penjara menulis surat kepada jemaat di Filipi bahwa kematian adalah keuntungan (Flp. 1:21). Kalimat yang menunjukkan suatu damai sejahtera yang sejati di tengah-tengah penderitaan dan bayang kematian. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mengalami damai sejahtera di tengah-tengah penderitaan kita sebagai pengikut Kristus? Rasa curiga, takut, pasti kita alami tetapi Kristus pasti memberikan damai sejahteraNya pada kita. Tetap percaya dan bergantung pada Kristus. Kristus tidak pernah meninggalkan kita. Janji penyertaan Kristus digenapi dengan memberikan Roh Kudus pada kita yang percaya. Kita tidak pernah sendirian. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

JANGAN KEHILANGAN FOKUS

Ditulis Oleh : Sdri. Seventhina Harefa

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 10:17-20

.

.

.

.

“Namun demikian janganlah bersukacita kerena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga”.

.

.

.

.

Dalam KBBI: Fokus berarti pusat yang merupakan pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan berbagai hal, urusan dan sebagainya. Fokus atau pusat suatu pekerjaan, pelayanan atau kegiatan lainnya yang dilakukan, membutuhkan suatu perhatian penuh dan motivasi yang kuat dari dalam diri untuk menggapai atau mewujudkannya. Tidak jarang, dalam ruang lingkup manusia kerap kali fokus yang sudah ditentukan tidak tercapai bahkan terabaikan sama sekali. Hal ini disebabkan karena dalam proses menggapainya, dihalangi oleh hal-hal lain. Misalnya dalam hal masakan, tentu ketika memasak kita menginginkan rasa masakan yang enak dan tersaji dengan penampilan yang menarik. Hasil masakan seperti itu, akan diperoleh ketika kita memasak dengan fokus dan penuh perhatian. Hasil masakan tersebut juga tidak akan diperoleh ketika pada waktu memasak kita terlena dengan hal-hal lain, mungkin itu menonton, video callan atau perasaan yang sedang terganggu. Kita dapat kehilangan fokus ketika membiarkan diri terlena oleh hal lain yang justru tidak berhubungan sama sekali dengan fokus kita baik itu dalam rung lingkup sekolah, pekerjaan, pelayanan dan lain-lain.

.

.

Lukas pasal 10:17-20 menjelaskan bagaimana ke-70 murid sangat bergembira dan bersukacita karena berhasil melakukan pelayanan mereka. Mereka berhasil melakukan muzizat dengan kuasa dari Tuhan yaitu menaklukan setan-setan, menaklukan ular dan kalajengking serta kekuatan untuk melawan musuh yang akan menyerang mereka. Keberhasilan yang mereka lakukan tentu sangat membahagiakan dan menyenangkan hati. Itu adalah hal yang wajar. Yang menjadi persoalan adalah kebahagiaan yang berlebihan, terlalu puas dengan keberhasilan, yang sesunggunya barulah pada tahap pertama sehingga lupa pada sasaran utama atau apa yang menjadi fokusnya. Di ayat 20, Tuhan Yesus menegur para murid supaya mereka jangan berlebihan bersukacita karena muzizat yang mereka lakukan itu karena hal tersebut dapat membawa mereka pada perasaan yang terlalu puas dan pada akhirnya mereka mecuri kemuliaan Allah. Demikian kita pada saat ini, kita perlu untuk berfokus terhadap tujuan atau fokus yang sudah menjadi planing kita, baik itu untuk kelangsungan hidup kita ataupun pelayanan kita bagi Allah.

.

.

Saudara, ada tiga hal penting yang perlu kita lakukan, supaya kita tidak kehilangan fokus dalam pendidikan, pelayanan atau pekerjaan yang sedang di tekuni:

.

.

  1. Berpegang teguh dalam keyakinan bahwa nama kita terdaftar dalam kitab kehidupan, ayat 20. Tidak dipungkiri bahwa semua populasi manusia di bumi mengharapkan kehidupan bahagia setelah kematian. Namun seperti yang disaksikan oleh Alkitab bahwa setelah kematian ada yang hidup dalam sorga dan ada yang di buang ke neraka. Karena itu, semua manusia berupaya untuk melakukan segala kebaikannya supaya bisa tinggal dalam sorga setelah kematian. Melalui kematian Kristus di salib, menjadi suatu jaminan bagi kita orang percaya, bahwa kita sudah diselamatkan dan nama kita terdaftar dalam kitab kehidupan. Maka ketika kita berpegang teguh pada keyakinan bahwa nama kita terdaftar disurga itu akan menjadi kekuatan bagi kita untuk tetap fokus dan tidak akan kehilangan fokus dalam hal yang sedang kita kerjakan.

    .

    .

  2. Berpusat kepada pemberi Kuasa (TUHAN), ayat 19. Ketika seseorang berpusat hanya pada pemberian, maka pemberian tersebut akan segera habis dan tidak akan ada lagi dan ketika berpusat pada pemberi maka hal yang diberi tersebut akan diberikan lagi setelah pemberian habis. Demikian kita, seharusnya berpusat hanya pada Tuhan, pemberi kuasa tersebut. Ketika kita berpusat pada Tuhan maka seluruh harapan kita dan apa yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik karena hati dan pikiran kita sudah tertuju pada pribadi yang benar.

    .

    .

  3. Konsisten, ayat 17-19. konsisten adalah keadaan tetap dan tidak berubah. Menjadi pribadi yang konsisten adalah hal yang sulit untuk dilakukan oleh kebanykan orang. Kita perlu menjadi pribadi yang konsisten karena hal ini akan dapat membuat pribadi kita bernilai dan di hargai oleh pribadi lain dan juga dapat membuat kita akan tetap bertahan pada fokus kita dan tidak akan pernah dapat terlena oleh gangguan apapun untuk mencapai atau menyelesaikan fokus kita.

.

.

Kita sebagai umat Tuhan mesti fokus untuk melakukan berbagai hal, baik itu dalam hal sederhana bahkan hal yang lebih besar lagi. Dan ingat kita jangan telena untuk hal-hal yang menyenangkan sehingga melupakan hal yang utama.

.

.

TUHAN ADALAH PUSAT DARI SELURUH ASPEK KEHIDUPAN KITA

MAKA KEBERHASILAN APAPUN YANG KITA KERJAKAN HANYALAH UNTUK KEMULIAAN NAMA TUHAN

TUHAN YESUS MEMBERKATI

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MEMANDANG MUKA

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : Yakobus 2:1-13

.

.

.

.

.

.

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka” Yakobus 2:1

.

.

.

.

.

.

Dalam bukunya yang berjudul Blink, Malcolm Gladwell menguraikan bahwa manusia sering salah dalam menilai sesamanya manusia. Misalnya, di sebuah ajang kompetisi nyanyi, tentunya tim juri memilih penyanyi dengan suara terbaik. Ketika calon penyanyi diberikan kesempatan untuk bernyanyi dari balik layar, tim juri bisa menilai penyanyi tersebut dengan objektif berdasarkan kulaitas suara yang mereka miliki masing-masing. Namun, penilaian yang objektif tersebut bisa saja berubah ketika penyanyi mulai bernyanyi di depan  tim juri (tidak di balik layar lagi). Perubahan penilaian tersebut tentunya dipengaruhi oleh kesan pertama tim juri terhadap penampisan fisik para penyanyi, atau bisa dikatakan “memandang muka”.

.

.

Dikutip dari Wikipedia, Memandang muka berarti memberikan perhatian khusus terhadap orang tertentu karena kekayaan, busana atau kedudukan mereka. Dalam pembacaan firman Tuhan, Yakobus berusaha menasihatkan dan membina pembacanya (kedua belas suku di perantauan, Yak 1:1), mengenai hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik. Salah satu nasihat Yakobus yaitu supaya mereka tidak memandang muka, (ayat nats). Yakobus mencontohkan, orang kaya dengan segala kekayaannya, mendapatkan sebuah perhatian khusus, sedangkan orang miskin yang tidak punya apa-apa, sering direndahkan bahkan diremehkan. Kebiasaan menilai sesama dengan memandang muka, bisa menyesatkan bahkan membuat manusia tersebut jatuh dalam dosa.

.

.

Sadar tidak sadar, kita juga sering mengalami atau bahkan melakukan kebiasaan menilai seseorang berdasarkan apa yang kita lihat (memandang muka). Marilah kita belajar menilai orang lain berdasarkan kacamata kasih tanpa terkesan pada tampilan fisik seseorang yang kita nilai.

.

.

Ada tiga poin penting yang dapat kita pelajri dan renungkan bersama, berdasarkan pembacaan firman Tuhan hari ini, yaitu:

.

.

  • Semua Orang Sama Di Mata Tuhan (Ayat 5)

Di hadapan Tuhan, tidak ada yang miskin dan yang kaya, tidak ada yang ganteng/cantik dan yang jelek, tidak ada yang berkulit putih dan hitam. Semua manusia di hadapan Tuhan sama, artinya semuanya dikasihi oleh Tuhan tanpa terkecuali. Untuk itu, hendaklah kita bisa saling mengasihi satu dengan yang lain (tanpa memandang suku, ras, budaya, jabatan, kekuasaan, tampilan fisik), karena kita sadar bahwa kita adalah satu di dalam Tuhan.

.

.

  • Memandang Setiap Orang Dengan Kacamata Kasih (Ayat 8)

Hendaklah kita menerapkan hukum utama yang terulis dalam Kitab Suci. Kita harus memandang setiap orang berdasarkan kacamata kasih, sebagaimana kita memandang diri kita sendiri. Jika Anda melihat seorang petani yang berpakaian kotor penuh dengan lumpur dan wajah yang kotor, maka ingatlah bahwa ia dikasihi Tuhan.

.

.

  • Memandang Muka Adalah Sebuah Dosa (Ayat 9)

Di hadapan Tuhan tidak ada dosa besar dan kecil, semuanya yang namanya dosa dihadapan Tuhan sama. Upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Artinya, sikap atau tindakan memandang muka merupakan tindakan yang salah, bahkan dikatakan sebagai dosa. Jika kita sebagai pelaku, hendaklah kita bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan kita Yesus Kristus.

.

.

“MATA BISA SALAH UNTUK MELIHAT, MULUT BISA SALAH UNTUK BERUCAP. TETAPI HATI YANG DI KUASAI OLEH ROH KUDUS, MEMBUAT KITA TIDAK PERNAH SALAH DALAM MENILAI ORANG LAIN”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

HIDUP DALAM KASIH DAN DAMAI

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 PETRUS 3:8-12

.

.

.

.

Semua orang di muka bumi ini membutuhkan kasih sayang dalam hidupnya. Di sisi lain, semua orang juga membutuhkan damai di dalam hidupnya. Kasih dan damai bagaikan dunia sisi mata uang yang tidak terpisahkan yang menjadi kebutuhan manusia secara umum. Manusia berusaha untuk memperoleh kasih dan damai dalam kehidupannya.

.

.

Sebagai orang percaya, bagaimana supaya Kita menjadi pribadi yang hidup dalam Kasih Dan damai?, Dalam renungan ini ada beberapa Hal yang rahasia hidup dalam Kasih Dan damai:

.

.

  1. Menjaga kesatuan dalam komunitas (Ayat 8)

    .

    Menjaga kesatuan dalam komunitas merupakan kunci pertama untuk hidup dalam kasih dan damai. Dengan cara: seia sekata seperasaan, mengasihi, penyayang, rendah hati dan tidak membalas jahat dengan jahat. Sadarkah kita, setiap kita yang percaya dan menerima Yesus Kristus Tuhan menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadi diberi kuasa menjadi anak-anak Allah, sudah menjadi warga kerajaan sorga/diselamatkan

    .

    .

  2. Meminimalkan hal yang merusak (Ayat 10,11)

    .

    Rahasia hidup dalam kasih dan damai ialah dengan berusaha untuk meminimalkan hal-hal yang dapat merusak komunitas. Rasul Petrus menulis demikian: “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya” – 1 Petrus 3:10-11. Hal yang sering Tuhan ingatkan kepada kita menjaga lidah terhadap yang jahat, menjauhi yang jahat melakukan yang baik dan mencari dan berusaha mendapatkan perdamaian.

    .

    .

  3. Ingat bahwa ada pengawasan dari Tuhan

    .

    Rahasia untuk hidup dalam kasih dan damai ialah dengan selalu mengingat bahwa ada pengawasan dari Tuhan atas kehidupan kita. Dengan mengingat hal itu, maka akan mencegah kita dari melakukan hal-hal yang bisa membuat kasih dan damai hilang dari kehidupan kita. Rasul Petrus menulis demikian: “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat” – 1 Petrus 3:12.

.

.

Berdasarkan firman Tuhan di atas, kita menemukan bahwa seluruh aspek atau totalitas hidup kita ada di dalam pengawasan dan perhatian Tuhan setiap saat terhadap kita anak-anakNya. Doa kita didengar dan dijawab oleh Tuhan. Secara negative Tuhan akan murka terhadap mereka yang berbuat jahat karena tindakan demikian akan merusak kasih dan menghilangkan damai dalam hidup kita. Oleh karena itu, jangan takut menghadapi masalah dan persoalan yang Tuhan ijinkan dalam hidup kita karena ada maksud-Nya yang lebih baik bagi hidup kita.

.

.

Marilah kita hidup dalam kasih dan damai antara sesama. Caranya dengan menjaga kesatuan dalam komunitas, meminimalkan hal-hal yang dapat merusak hubungan kita satu dengan yang lain.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Membangun Bahtera

Ditulis oleh: Sdri. Ria Marissabell

.

.

.

.

Pembacaan Alkitab: Kejadian 6:9-22

.

.

.

.

“Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.” – Kejadian 6:22

.

.

.

.

.

Payung umumnya digunakan untuk melindungi diri dari hujan, namun tidak jarang dan tidak heran sekarang kita melihat orang juga menggunakan payung untuk melindungi diri dari sengatan terik matahari. Kita tidak akan melihat orang tersebut sebagai orang ‘bodoh’ ketika ia menggunakan payung di tengah hari yang panas, mungkin orang tersebut akan dinilai bijak karena dapat menggunakan payung itu dengan efektif. Tetapi bagaimana jika kita melihat orang membangun bahtera di tengah musim panas dan di tengah area yang jauh dari permukaan air laut? Apa yang akan kita pikirkan? Apakah kita akan memikirkan hal yang sama dengan yang kita pikirkan ketika melihat orang yang menggunakan payung di tengah terik matahari tadi?

.

.

Kala itu tidak ada tanda-tanda apapun yang menunjukkan datangnya hujan, tetapi Allah memberikan Nuh suatu perintah yang mengejutkan. Allah tidak memerintahkan Nuh untuk membuat payung sebanyak jumlah orang yang ada di rumahnya, tetapi Allah memerintahkan Nuh membuat bahtera besar. Terdengar sebagai suatu hal yang tidak masuk akal pada masanya, dan itu pulalah yang dipikirkan oleh orang-orang yang hidup di zaman Nuh. Orang-orang ini mungkin mengejek Nuh selama ia membangun bahtera, keluarga Nuh juga mungkin dikucilkan karena hal yang mereka anggap “aneh” tersebut. Tetapi Nuh memilih untuk tetap taat kepada apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Karena Nuh tau orang yang mengolok-oloknya adalah orang-orang yang tuli akan suara Tuhan. Sebab perintah Tuhan adalah suatu kebodohan bagi orang yang akan binasa (band. 1 Kor. 1:18). Apa yang dapat kita pelajari dari ketaatan Nuh di tengah situasi yang “tidak masuk akal”?

.

.

  1. .Iman 


    Allah memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera (ay. 14) karena Allah akan memusnahkan seluruh bumi dan isinya sebab bumi telah rusak dengan segala kejahatan dan kekerasan (Kej. 6:11,13,17), tetapi Allah juga memiliki rencana penyelamatan terhadap Nuh dan keluarganya (ay. 18) sebab ia adalah orang yang tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah (ay. 9). Mungkin jika Nuh menggunakan akal nya untuk mengukur dan memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir besar di tempat yang jauh dari permukaan laut dan kemungkinan kecil terjadinya hujan besar, Nuh akan menolak melakukan perintah Tuhan karena “tidak masuk akal”. Namun, Nuh tidak menganggap pengetahuannya lebih besar dari kehendak Allah. Pergaulannya dengan Allah membuahkan iman yang teguh terhadap perintah-Nya. Nuh memilih untuk percaya sepenuhnya kepada rencana Tuhan dan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.

    .


    Mungkin sering kali dalam hidup kita, Allah menaruh sesuatu dalam hati kita untuk dilakukan. Dari hal yang paling sederhana seperti memberikan senyum kepada orang yang kita temui atau mengambil sampah yang tergeletak di lantai, sampai kepada hal-hal yang terkadang terasa tidak masuk akal. Misalnya mengambil keputusan besar yang juga beresiko besar. Terkadang, karena keraguan kita untuk melakukannya, kita akan memikirkan berbagai alasan yang lebih masuk akal, untuk menolak suatu tugas yang “tidak masuk akal” yang diberikan Tuhan. Singkatnya, kita sering tergoda untuk menggunakan akal kita untuk berargumentasi dengan perintah Tuhan. Tetapi dari respon Nuh terhadap perintah Tuhan, kita dapat belajar bahwa ketaatan tidak berdiri sendiri, tetapi didasari oleh iman atau kepercayaan yang penuh kepada Sang Pemberi tugas. Dan beriman kepada Tuhan juga berarti bahwa kita mengerti dan sadar bahwa rancangan-Nya melampaui kemampuan akal untuk berpikir

    .

    .

  2. Kerja Keras

    .

    Allah memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera yang besar, bukan bahtera yang hanya dapat memuat 8 orang saja, tetapi bahtera yang juga dapat memuat setiap pasang dari mahkluk ciptaan yang hidup di bumi (ay. 19). Dibutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang besar untuk membuat bahtera sebesar itu dengan peralatan yang konvensional dan jumlah pekerja yang sedikit. Mungkin Nuh dibantu oleh anak-anaknya, tetapi tetap tidak sebanding dengan besarnya bahtera yang Tuhan perintahkan untuk ia buat. Tetapi salah satu bukti dari ketaatan Nuh terhadap perintah Tuhan adalah kerja kerasnya dalam melakukan perintah tersebut. Tidak mudah, tapi tidak mustahil. Sebab ia beriman kepada Pemberi tugas, dan taat kepada tugas yang diberikan. Sehingga ia dapat menyelesaikan apa yang ia kerjakan sesuai dengan yang diperintahkan Allah kepadanya (ay. 22).
    .

    Begitu juga dengan kita, tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita, menuntut kerja keras kita sebagai respon dari ketaatan terhadap perintah-Nya. Baik tugas di tempat kerja, di gereja, di sekolah, di tempat umum, dimana pun Tuhan percayakan kita pada suatu tugas, Tuhan menghendaki kita meresponi nya dengan ketaatan yang ditunjukkan dengan kerja keras. Sulit? Ya. Bahkan hal sederhana seperti perintah untuk mengasihi dengan tersenyum kepada orang yang membenci kita, mungkin terkadang terasa sulit. Tetapi apakah hal-hal sulit ini mungkin dilakukan? Ya. Pekerjaan di kantor, tugas yang menumpuk, bahkan masalah rumah tangga yang rumit, semua nya menjadi mungkin terselesaikan ketika kerja keras kita didasari oleh iman kepada Tuhan dan dorongan untuk menaati perintah-Nya.

.

.

Bayangkan jika ketika Nuh membangun bahtera, ia berhenti di tengah jalan sebab orang-orang mengolok-oloknya atau ia mulai meragukan tujuan dari perintah Tuhan tersebut. Mungkin tidak ada yang selamat dari air bah, tidak ada manusia, tidak juga ada ciptaan lain. Tetapi sekarang, kita dapat melihat bahkan merasakan sendiri buah dari ketaatan Nuh terhadap perintah Tuhan. Peradaban manusia yang masih sampai tahun 2022 ini, adalah salah satu buah dari ketaatan Nuh untuk membangun bahtera saat itu. Ketaatan Nuh menjadi berkat bukan hanya untuk keluarganya, tetapi juga untuk begitu banyak orang yang hidup setelahnya. Mari kita renungkan, jika Tuhan memberikan perintah dalam hati kita untuk kita lakukan, apapun dan dimana pun, ada berapa banyak orang yang mungkin akan terberkati dengan kerja keras yang kita lakukan? Jangan biarkan perkataan orang lain atau bahkan keraguan kita sendiri untuk menghentikan kita “membangun bahtera” yang Tuhan perintahkan. Orang lain dapat berkata yang kita lakukan hanya “membuang-buang waktu dan energi”, “sia-sia”, “tidak masuk akal” dan lain sebagainya. Tetapi ketika kita percaya penuh bahwa perintah itu berasal dari Allah maka tidak ada “bahtera” yang dibangun sia-sia. Dan yang harus kita perhatikan dengan hati-hati adalah perlunya crosscheck keinginan di hati dengan perintah Tuhan. Apakah hal tersebut memang ditaruh Tuhan dalam hati kita sebagai perintah untuk kita lakukan? Atau kehendak kita sendiri? Jawabannya kita dapat kita temukan ketika kita bergaul dengan Allah, sebab dengan begitu kita mengetahui kehendak-Nya. Tuhan Yesus Memberkati! Shalom.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email