Categories
Uncategorized

Musuh yang Terakhir

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. (1 Kor. 15:26).

.

.

.

.

Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan kita sebagai orang percaya. Kita mengalahkan musuh kita. Nats kita menyebutkan bahwa musuh kita yang terakhir yang dibinasakan adalah maut. Jika maut adalah musuh terakhir yang dibinasakan, maka siapa musuh sebelumnya yang sudah dikalahkan? Dalam konteks bacaan kita, secara khusus dalam ayat 24, dijelaskan bahwa Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah sesudah membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Artinya, bahwa Kristus sebelumnya telah mengalahkan Iblis dan seluruh kaki tangannya (Band. Ef. 6:11-12; 1 Kor. 2:6,8).

.

.

Jika Iblis sudah kalah maka maut juga sudah kalah. Kata ‘dibinasakan’ berasal dari kata Yunani Katargeitai yang berarti “membuat sesuatu menjadi tidak berdampak”. Bentuk kata Katargeitai yaitu present. Dalam bahasa Yuhani, present  adalah tindakan yang dikerjakan saat ini secara terus menerus. Maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa maut sudah tidak berdampak saat ini dan akan terus tidak berdampak sampai pada puncaknya yaitu kebangkitan kita diakhir zaman.

Berdasarkan nats kita, ada dua kemenangan yang kita peroleh.

.

.

  1. Menang terhadap Iblis. Jangan mau terikat lagi dengan kuasa setan. Kita bukan miliknya. Kita adalah milik Kristus dan semua milik Kristus merdeka dari kuasa gelap (Yoh. 8:36). Iblis seperti singa yang mengaum-ngaum yang siap menerkam kita saat lengah. Tetapi kita adalah pemenang karena itu kita melawan Iblis dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:8-9). Sudahkah kita memiliki iman yang teguh?

    .

    .

  2. Kuasa maut tidak berdampak lagi pada kita. Kita masih lemah dan mati suatu saat nanti tetapi kuasa maut tidak bisa berkuasa lagi atas kita. Saat ini kita sudah menang atas kuasa maut. Kita tidak perlu lagi takut kepada maut. Paulus berkata dalam Filipi 1:21. Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Karena kita percaya bahwa saat kita mati, kita akan bersama dengan Kristus di Firdaus. Dan pada saat Yesus datang. Kita dibangkitkan dan diberi tubuh yang tidak fana lagi.

    .

    .

Sebagai pribadi yang sudah menang bersama Yesus dalam kematian dan kebangkitanNya, marilah kita terus membangun persekutuan dengan Tuhan baik secara pribadi maupun berkelompok di rumah, gereja ataupun di tempat lain. Persekutuan bersama Tuhan akan membuat iman kita semakin teguh dalam melawan Iblis.

.

.

Persekutuan kita juga membuat kita semakin mengasihi Tuhan, menjauhkan diri dari dosa dalam bentuk apapun dan dan apabila kita mengalami kematian, itu menjadi titik awal sukacita yang berlimpah yang Tuhan sudah sediakan bagi kita. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

TETAPLAH MENJADI SETIA

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 5:1-11

.

.

.

.

“Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.”

.

Lukas 5:10b

.

.

.

.

Dalam Perikop ini mengisahkan tentang penjala ikan yang Tuhan jadikan sebagai penjala manusia. Ada beberapa Hal yang dapat kita pelajari dari sikap Petrus dalam Perikop ini, bagaimana menjadi pribadi yang tetap setia:

.

.

  1. Taat (ayat 1-7)
    Bagian ini menceritakan panggilan Tuhan Yesus kepada Petrus dan kedua rekannya, Yohanes dan Yakobus. Pada waktu itu, Tuhan Yesus melihat mereka sedang membersihkan jala bersama para nelayan yang lain. Rupanya, semalaman mereka berkerja dengan sia-sia. Mereka tidak mendapat tangkapan sama sekali. Lalu Tuhan Yesus naik ke perahu Petrus dan meminta dia untuk menebarkan jalanya. Sepintas lalu, tidak ada yang salah dalam perintah ini. Tetapi jika kita perhatikan, perintah ini sangat janggal.
    Secara logis, Petrus bisa menolak perintah Tuhan Yesus ini. Dia adalah seorang nelayan, sementara Tuhan Yesus dididik sebagai tukang kayu seperti ayahnya. Tentu saja, Petrus lebih tahu tentang menjala ikan dibanding Tuhan Yesus (ingat, pada waktu itu Petrus belum sepenuhnya tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah). Kemudian, pada saat itu hari sudah terang. Jika malam sebelumnya saja para nelayan tidak mendapat ikan, apalagi siang hari!
    Namun demikian, Petrus tetap saja menuruti perintah Tuhan Yesus. Dia pun bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya, tepat seperti apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Apa yang terjadi? Petrus memperoleh hasil tangkapan yang luar biasa banyak. Sampai-sampai jalanya pun robek! Bahkan ketika teman-temannya datang membantunya, dua perahu mereka hampir tenggelam karena terlalu banyaknya ikan yang didapat.
    Marilah kita belajar dari Petrus, yang taat terhadap apapun arahan Tuhan Yesus walaupun terlihat tidak masuk akal. Tuhanlah yang memiliki pelayanan sehingga Dialah yang berhak menentukan arah pelayanan. Dan hanya Dialah yang mampu menjadikan pelayanan kita berbuah. Hal yang tidak mampu dilakukan oleh manusia.

    .

    .

  2. Selalu berserah kepada Tuhan (ayat 8-9)
    Setelah mendapatkan tangkapan yang begitu banyak, Petrus langsung tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Bahkan dia “mengusir” Tuhan Yesus. Petrus tahu, Orang yang ada di hadapannya itu bukan orang biasa. Petrus tidak layak untuk berdekatan dengan-Nya.
    Tetapi Tuhan Yesus malah berkata, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Ternyata, sikap Petrus itu justru menunjukkan bahwa dia memiliki hati yang benar untuk dibentuk menjadi seorang murid. Pada waktu Samuel memilih Daud di antara kakak-kakaknya, dia berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam. 16:7).
    Betapa kelirunya jika dalam menjalankan panggilan Tuhan, kita malah membanggakan diri. Ada seorang hamba Tuhan yang pada waktu pertama kali berkhotbah, dia tidak bisa tidur karena takut. Tetapi setelah belasan tahun berkhotbah, dia merasa tidak perlu lagi melakukan persiapan. Seseorang yang begitu senangnya begitu terpilih dalam pelayanan gereja, setelah sekian lama dia merasa biasa dengan pelayanan tersebut. Akibatnya, dia menjauh dari Tuhan. Masih sibuk terlibat dalam pelaynaan, tetapi tidak lagi berdoa dan membaca firman Tuhan. Dan yang lebih sering terjadi, banyak orang tua Kristen yang tidak merasa perlu untuk mendidik anak-anaknya dalam firman Tuhan. Mereka merasa, keterampilan hidup yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka sudah cukup menjadi bekal hidup.
    Jika demikian yang terjadi, jangan heran jika suatu saat mereka jatuh dan tidak dipakai oleh Tuhan lagi. Jangan heran melihat para hamba Tuhan jatuh, tokoh Kristen melakukan hal yang tidak terpuji, atau diri kita yang tidak mampu menjalani panggilan Tuhan dengan setia. Jika hati jauh dari Tuhan, maka Tuhan pun tidak akan mau memakai. Ibaratnya, akankah seorang pemilik perusahaan mau mempekerjakan karyawan yang selalu melawannya?

    .

    .

  3. .Mengikut Tuhan seutuhnya (ayat 10-11)

    Setelah Tuhan Yesus memanggil Petrus untuk menjala manusia, Petrus dan kedua rekannya (Yakobus dan Yohanes) pun langsung meninggalkan segala sesuatunya. Mengapa mereka bisa seperti itu? Karena mereka tahu seberapa tinggi nilai panggilan Tuhan Yesus yang akan mereka jalani. Jika tadinya mereka menjala ikan, demi memenuhi kebutuhan fisik, maka sekarang mereka menjala manusia, sesuatu yang bernilai rohani. Jika tadinya melakukan yang bernilai sementara (bagaimanapun ikan bisa busuk dan pasti habis), maka sekarang mereka melakukan yang bernilai kekal. Dan yang lebih penting lagi, apa yang mereka lakukan sekarang tidak akan pernah sia-sia (seperti hasil tangkapan malam sebelumnya). Dalam Ayat 11 “Mereka meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” ketidak utuhan Hati dalam mengikut Kristus menjadi tembok terbesar bagi setiap orang percaya untuk menjadi tetap setia, jadi jika Kita ingin menjadi Pribadi yang tetap setia Maka ikutlah Yesus secara toralitas.

    .

    .

Kita telah belajar dari Petrus bahwa Tuhan mencari orang yang taat kepada kehendak-Nya, rendah hati karena peka dengan kekudusan-Nya, dan sepenuh hati menjalankan panggilan-Nya sehingga pada akhirnya Tuhan mendapatkan Kita tetap setia.

.

.

Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Dibebaskan dari Hukuman

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab : Yeremia 31:1-30

.

.

Bagi seorang yang dihukum karena kejahatannya, tidak ada berita yang lebih diinginkan selain berita pembebasan. Tetapi, berita ini bukan hanya pembebasan dari hukuman, tetapi juga pengampunan akan kesalahannya. Diampuni berarti diterima apa adanya. Inilah berita yang disampaikan oleh Tuhan melalui Nabi Yeremia.

.

.

Bangsa Israel dibuang ke Babilonia oleh Tuhan karena ketidaksetiaan mereka. Bangsa ini dihukum Tuhan sehingga mereka jatuh ke dalam tangan musuh-musuhnya. Di tengah penghukuman mereka, Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya (3). Allah mengampuni bangsa Israel, dan Ia akan menyelamatkan mereka bukan karena apa yang dilakukan oleh mereka, tetapi karena Allah sendiri (7-9). Allah sendirilah yang akan bertindak bagi umat-Nya. Ia akan kembali memberkati umat-Nya sesuai dengan janji-janji-Nya (10-28).

.

.

Berita pengampunan ini bukan hanya bagi bangsa Israel, tetapi bagi setiap manusia hingga saat ini. Allah yang memiliki kasih yang kekal itu adalah Allah yang sama pada masa kini. Ia mau memberi pengampunan kepada setiap manusia.

.

.

Pada akhirnya, setiap orang akan bertanggung jawab atas dosanya (29-30). Mungkin kita tidak sedang ditawan di penjara, tetapi setiap orang yang hidup dalam dosa berada dalam tawanan kegelapan. Di sini Allah menyatakan kasih-Nya kepada setiap manusia. Tidak ada kasih yang lebih besar lagi selain pengorbanan Yesus di kayu salib.

.

.

Tak ada dosa yang terlalu besar sehingga Allah tidak bisa menerima dan mengampuni kita. Apakah kita mau menerima kasih-Nya itu? Respons yang benar adalah membuka diri kepada kasih Yesus dan menerima pengampunan-Nya.

.

.

Bersyukurlah untuk kasih dan pengampunan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sebagai rasa syukur dari orang yang sudah diampuni, kiranya kita makin berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidup dan mau meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini kita lakukan. Mungkin kita tidak langsung berubah total, tetapi dari hari ke hari kita dapat makin menunjukkan ciri manusia baru kita.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Peringatan!

Ditulis Oleh : Sdri. Ria Marissabell

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 15:18 – 16:4a

.

.

Bagian dari menjadi murid Yesus adalah melakukan kehendak-Nya dan memberitakan karya keselamatan-Nya pada dunia. Kenyataannya, tugas ini bukanlah tugas yang mudah dan menjadi pengikut Kristus juga bukan hal yang mudah. Sebelum Yesus mati, Ia sendiri telah berbicara kepada murid-murid-Nya bahwa dunia ini membenci Yesus dan juga akan membenci murid-murid-Nya (Yohanes 15:18-26). Yesus tidak menjanjikan kesenangan dan kemegahan hidup duniawi sebagai upah mengikut-Nya, melainkan memperingatkan akan adanya kebencian dari dunia ini kepada pengikut Yesus. Upah menjadi murid Yesus ada dalam kekekalan dan bukan dalam dunia yang fana ini.

.

.

Pasal 16:1-4a merupakan penegasan kembali akan hal yang disampaikan Yesus pada pasal sebelumnya tentang dunia yang membenci Yesus dan murid-murid-Nya. Ada 2 poin penting dalam bagian ini:

.

.

  1. Isi peringatan
    Peringatan akan hal yang harus ditanggung sebagai pengikut Yesus kembali di tegaskan dalam bagian ini.  Dalam ayat 2-3 tertulis: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu dan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.” Jika kita melihat kondisi dunia saat ini, bukankah hal yang tertulis dalam ayat 2-3 ini juga terjadi? Bisa kita saksikan bagaimana orang Kristen dikucilkan, dianiaya, gereja di bakar, gereja di tutup, gereja di hancurkan oleh orang-orang yang tidak mengenal Yesus. Bahkan banyak orang melakukan kekerasan dan membunuh sambil meneriakkan nama tuhannya, dan hal itu dilakukan oleh orang-orang tidak mengenal Yesus. Mungkin bentuk “penderitaan” yang dialami setiap orang Kristen berbeda-beda, namun inilah bagian dari “pikul salib” yang harus ditanggung murid Kristus.

    .

    .

  2.  Tujuan peringatan
    Dalam ayat 1 tertulis tujuan mengapa hal ini diperingatkan Yesus kepada murid-Nya, yaitu “…supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.” Kemudian ditegaskan sekali lagi dalam ayat 4a “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu. Supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu”. Tuhan Yesus ingin kita pengikut-Nya mengetahui apa yang akan dihadapi dan siap ketika hal tersebut terjadi. Hal ini diberitahukan supaya tidak ada yang kecewa mengikut Yesus, tidak ada yang kecewa menjadi murid-Nya.  Supaya tidak ada orang yang merasa diberikan “janji palsu”, sebab Yesus memang tidak menjanjikan kemegahan duniawi, melainkan upah kerajaan surgawi bagi siapa yang bertekun sampai akhir. Dan Ia setia pada janji-Nya.

    .

    .

Dari bagian firman Tuhan ini kita kembali diingatkan untuk tetap bertekun dalam iman dan pengharapan kepada Allah, meski dalam kesesakan sekalipun. Tantangan dalam perjalanan iman pasti ada, namun Roh Kudus yang menyertai juga selalu ada dan memampukan orang percaya untuk menghadapi tantangan tersebut. Hendaknya kita orang percaya tidak menjadi takut, tapi menjadi tekun dalam iman kita kepada Tuhan Yesus. Karena sukacita sejati tidak terletak dalam kesenangan dan keamanan hidup di dunia ini, melainkan kedamaian di dalam Yesus Kristus. Marilah kita belajar untuk terus setia dan bertekun dalam iman dan pengharapan akan janji Allah, sehingga dapat mempertahankan iman hingga waktunya Tuhan Yesus kembali datang atau kita kembali pulang ke rumah Bapa di surga. Tuhan Yesus memberkati!

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Kristus Bangkit sebagai Buah yang Sulung

Ditulis Oleh : Pdt. Erick Kristovel, S.Th.

.

.

.

.

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi miliknya pada waktu kedatangan-Nya. (1 Kor. 15:20-23)

.

.

.

.

Kita akan memulai dengan pertanyaan teologis yaitu mana yang lebih penting antara kematian atau kebangkitan Kristus? Menurut James Montgomery Boice bahwa pertanyaan ini tidak bisa dijawab. J.M. Boice melanjutkan bahwa meskipun kematian Kristus adalah apa yang secara eksplisit menjadi tujuan yang Ia genapi dalam kedatangan-Nya ke dunia, kebangkitan tidak kalah pentingnya karena kebangkitan menjadi alasan injil salib bisa dipahami, kemudian dipertahankan dan diteruskan selama berabad-abad sampai kepada kita.

.

.

Kita juga tentu mengingat ayat dalam 1 Kor. 15:17 “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” Karena itu kebangkitan Kristus adalah kelahiran dari kematian-Nya dan dengan demikian adalah kemenangan atas kematian dan atas dia yang berkuasa atas kematian yaitu Iblis (Ibrani 2:14).

.

.

Kristus bangkit pada hari ketiga yakni hari Minggu sesudah wafat pada hari Jumat. Hari minggu menjadi hari ibadah kita. Beberapa hal yang menjadi perenungan kita pada saat ini adalah:

.

.

  1. Siapakah yang membangkitkan Kristus? Kristus dibangkitkan oleh Tritunggal. Dibangkitkan oleh Allah Bapa (Gal. 1:1); Dibangkitkan oleh Diri-Nya sendiri (Yoh. 2:19-21; 10:18; 11:25); Dibangkitkan oleh Roh Kudus (Rm. 8:11).

    .

    .

  2. Hakekat kebangkitan Kristus. Herman Bavinck memberikan definisi bahwa kebangkitan Kristus sebagai peristiwa dimana Kristus oleh kuasa ilahi-Nya menghidupkan tubuh-Nya yang mati, menyatukannya dengan jiwa-Nya, dan meninggalkan kubur. Hakekat ilahi Yesus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan dalam kematian kristus, hakekat ilahi Yesus tetap bersama Kristus tetapi hakekat Ilahi tidak mati sama seperti roh manusia juga tidak mati melainkah tubuh fananya saja. Yesus bangkit dengan tubuh yang sama dan mengubah tubuhNya menjadi tubuh kemuliaan. Hakekat manusiawi Yesus tetap bersama Pribadi Kristus baik saat Yesus bangkit, naik ke surga, bahkan juga saat datang kedua kali dan bersama dengan kita di bumi baru.

    .

    .

  3. Yesus bangkit sebagai yang sulung. Kata “sulung” (aparchē) seringkali merujuk pada buah sulung dalam musim panen. Buah pertama itu yang menentukan panen berhasil atau tidak. Kalau buah pertama rusak, berarti semua rusak. Artinya bahwa ketika kata aparchē dikenakan pada kebangkitan Kristus, maka kebangkitan Kristus adalah jaminan bagi kebangkitan-kebangkitan yang lain. Kebangkitan Kristus menjadi payung bagi seluruh kebangkitan orang yang mati di dalam Tuhan. Matthew Henry dalam tafsirannya menyatakan bahwa Kristus bangkit sebagai yang sulung bagi orang-orang yang mati di dalam Tuhan. Kristus bangkit dengan tubuh yang tidak fana lagi dan Yesuslah yang pertama bangkit dengan tubuh seperti itu dan kita pada kedatangan-Nya nanti akan bangkit dengan tubuh yang tidak fana lagi seperti Yesus Kristus (ay. 23).

    .

    .

Kebangkitan Kristus adalah kemenangan terhadap kuasa maut dan kita sudah dimenangkan dan tidak dikuasai maut lagi melainkan kehidupan kekal. Ayat 21-22 menunjukkan bahwa kita sudah mati di dalam persekutuan dengan Adam tetapi hidup kembali di dalam persekutuan dengan Kristus. Seperti Kristus lahir kembali dari kematian demikian kita lahir kembali dari kematian dan ini disebut dengan lahir baru. Kita adalah pribadi-pribadi yang menang dan sudah memiliki kehidupan yang baru maka jangan lagi memberikan tubuh kita dipakai sebagai senjata kelaliman. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (1 Kor. 6:20). Itu pertanda kita sekarang adalah milik Kristus. Hidup kita adalah hak Kristus. Waktu kita adalah hak Kristus. Karena itu pelayanan bukan pilihan tetapi kewajiban kita semua. Pakailah hidup kita yang baru ini untuk melayani Allah, hidup dalam perkenan Allah, dan tidak dipergunakan untuk berbuat dosa.

Kebangkitan Kristus juga menjamin kebangkitan kita di masa yang akan datang saat Dia datang kedua kali. Yesus yang tubuhnya hancur saat dicambuk dan disalib utuh kembali kecuali tangan dan lambung yang akan menjadi pertanda buat kita bahwa kehidupan kekal kita adalah karena pengorbanan Kristus. Seperti apapun tubuh kita saat meninggal, hancur karena kecelakaan, dibakar (dikremasi), disiksa seperti para martir yang dibakar, dipenggal, ditombak, disalib, dan lain-lain. Semua akan kembali utuh pada saat kebangkitan kembali. Kita dibangkitkan dengan tubuh yang sama tetapi tidak fana lagi. Jika Kristus bangkit maka kita juga pasti bangkit. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Nama Baik

Ditulis Oleh: Dellis Zai
>
>
Pembacaan Alkitab: Amsal 22:1-16>
>

 

Nats : Ams 22:1 nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasih orang lebih baik dari pada perak dan emas

Kitab ini SALOMO memberikan banyak hikmat Pendidikan yang dianggap penting dalam mempersiapakan masa depan kau manak muda. Menurut Amsak salomo, Pendidikan akan menjauhkan dari kebodohan (ayt 15), bahkan akan mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri seseorang. Jika Pendidikan yang benar itu diberikan pada saat masih muda, maka itu merupakan investasi yang tepat dan akan memberikan manfaat besar dihari tua kelak (Ayt 6). Pendidikan bukan untuk sesaat belaka, tetapi sepanjang  kehidupan, karena sesorang yang mendapatklan Pendidikan yang baik dan benar, akan mampu memilih jalan yang bijak, bikan jalan orang fasik.

Nama baik adalah bukan sekedar sebuah reputasi, seperti pengertian kebanyakan orang. Nama baik yaitu sebuah  karakter yang baik. Dalam perikop ini, ada 2 hal nama baik yaitu:>
>

  1. nama baik bukan sekedar di puji-puji orang banyak karena keberhasilan atau pencapaian suatu reputasi tinggi tertentu, tetapi nama baik disini berhubungan dengan hal-hal baik di mata Tuhan.

    Artinya orang percaya lebih mementingkan nama baik dihadapan Allah daripada berharga karena keberhasilan, kesuksesan atau pun kekayaan. Kita harus berhati-hati untuk mempertahankan nama baik kita dihadapan Tuhan. Nama baik menjadikan seseorang mampu hiduo bijaksana dan jujur sehingga hidupnya aman dan tentram. Nisa saja penipu memiliki kekayaan besar, yang kemungkinan besar mampu menghidupi kebutuhan jasmani orang lain, namun kekayaan nama baik akan mampu mendorong orang lain datang kepada Tuhan.>
    >
  2. Penghargaan dan hal penting  adalah dikasihi.
    Artinya betapa suatu penghargaan yang melebihi emas dan perak, jika kita memperoleh kasih sayang dari semua orang atau disekitar kita. Tuhan Yesus memiliki kekayaan seperti emas dan perak, namun Ia dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2:52). Dengan demikian, kita harus memandang kekayaan yang sesunggunya adalah jika kita dikasihi Tuhan dan memiliki nama baik dimata Tuhan.>
    >

MARILAH KITA MEMILIKI IDENTITAS YANG BAIK DIDALAM KEHIDUPAN KITA MAUPUN DIMANA KITA BERADA, KARENA IDENTITAS ADALAH HARGA DIRI KITA.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Hidup Ala Kadarnya

 

Ditulis Oleh : Pdt. Joni, S.Th.

.

.
Pembacaan Alkitab :1 Tesalonika 4:1-12

.

.

Ketika kita ditegur karena kekurangan kita atau kesalahan yang kita lakukan, kadang kita berdalih: “Ya, namanya juga manusia. Wajar kalau tidak sempurna.” Bukannya belajar menjadi lebih baik atau berintrospeksi, kita justru mencari “perlindungan” dari kelemahan kita. Tampak bahwa kita melakukan sesuatu hanya ala kadarnya.

.

.

Demikianlah yang terjadi dalam jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus memuji mereka dalam hal hidup berkenan kepada Allah dan kasih persaudaraan (1, 9). Namun, Paulus menambahkan supaya mereka lebih bersungguh-sungguh lagi (1, 10). Dia pun memberikan petunjuk mengenai cara hidup yang bersungguh-sungguh (2-8, 11-12).

.

.

Hidup ala kadarnya dapat ditemui dalam diri semua orang. Ketika orang berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tentu itu benar adanya. Namun, kalimat itu bisa menjadi dalih untuk tidak berusaha melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa dengan sungguh-sungguh. Orang yang sering berkata demikian akan hidup ala kadarnya. Ketika ia merasa bisa melakukan kehendak Tuhan, ya dilakukan. Ketika ia merasa berat, ya tidak dilakukan. Ketika ia berbuat dosa, dengan seketika ia memaklumi dirinya.

.

.

Kalau sudah demikian, nasihat Rasul Paulus sangat tepat, yaitu supaya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kalau kita mau berusaha dan menerima pertolongan Roh Kudus, tentu kita bisa menjalani hidup kudus, melawan godaan, mengendalikan diri, bertobat, dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.

.

.

Bayangkan kalau Tuhan melakukan karya-Nya ala kadarnya. Tak akan ada penderitaan dan kematian di kayu salib sebagai pengampunan dosa. Tak perlulah repot-repot memanggul salib, tak perlulah turun menjadi manusia. Ala kadarnya sajalah dalam mengasihi manusia. Tak perlu pula repot-repot menolong dan menuntun manusia. Tak perlu bersungguh-sungguh amat. Sungguh celaka, kita!

.

.

Mari kita hidup dengan sungguh-sungguh. Jangan hidup ala kadarnya karena Tuhan juga tidak ala kadarnya dalam mengasihi kita.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

MEMPEROLEH KEBEBASAN KARENA IMAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Markus 7:24-30

.

.

 

Kebebasan adalah Hal yang mendasar dalam kehidupan manusia dan seharusnya mencirikan manusia yang bertanggungjawab dalam menentukan dirinya sendiri, tidak ditindas, tidak dibatasi ruang geraknya dan tidak terbelenggu oleh apapun. Semua orang punya impian untuk hidup bebas dalam segala hal. Maka dalam kehidupan ini juga memiliki banyak tawaran-tawaran kebebasan. Bebas dari masalah, bebas secara finansial dan hal lainnya lagi. Namun demikian bebebasan seperti apa yang ada dalam renungan ini ?.

.

.

 

Markus 7:24-37 berbicara tentang memperoleh kebebasan dari belenggu roh jahat, belenggu fisik Dan status sosial karena Iman. Hal ini terjadi dalam kehidupan seorang ibu dari bangsa Siro Fenesia. Cara memperoleh kebebasan karena Iman:

.

.

 

  1. Datang kepada Tuhan (Ayt. 24-25)
    Kedatangan Tuhan Yesus saat itu yang seakan dirahasiakan tidak dianggap sebagai tantangan oleh perempuan Siro Finensia itu untuk datang kepada Tuhan Yesus. Namun ketika ibu itu mendengar tentang Tuhan Yesus seketika itu juga dia datang Dan tersungkur didepan kaki Tuhan Yesus.
    Terkadang keadaan dan kondisi Kita jadikan sebuah alasan untuk tidak membangun hubungan dengan Tuhan. Melalui renungan ini mengajarkan Kita bahwa jangan pernah mundur untuk terus datang kepada Tuhan apapun keadaannya karena itu adalah Tindakan awal dari Iman percaya Kita.

    .

    .

     

  2. Tau diri dihadapan Tuhan (Ayt. 26-28)
    Perempuan tersebut memiliki keberanian untuk memohon belaskasihan Tuhan membebaskan anaknya dari belenggu roh jahat. Ketika perempuan itu memohon, Tuhan Yesus menyadarkan dia bahwa dia tidak termasuk orang yang layak menerima belaskasihan karena ia berasal dari bangsa bukan Yahudi. Namun meskipun demikian Iman perempuan tersebut tidak tergoyahkan malah sebaliknya dia menyadari keberadaannya untuk itu dia hanya berharap sisah atau remah-remah dari belaskasihan Tuhan Yesus.
    Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, Kita seharusnya sadar diri dihadapan Tuhan. Namun jangan ketidak layakan Kita menjadi alasan untuk tidak beriman kepada Tuhan.

    .

    .

     

  3. Kebebasan karena Iman terjadi kepada mereka yang tetap setia (Ayt. 29-30)
    Yang melemahkan, yang berusaha membuat Kita jauh dari Tuhan memang sangat banyak. Namun kesetiaan akan membawa Kita sebagai orang percaya memperoleh kebebasan karena Iman kepada Tuhan Yesus. Sama seperti perempuan Siro Fenesia tersebut yang pada akhir menerima pada yang diharapkan dai Tuhan Yesus karena Iman dan percaya yang di bungkus dengan kesetiaan.

    .

    .

     

Tuhan Yesus memberkati Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Taat (Tidak ada alasan Titik)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Filipi 2:8

.

.

Kehadiran manusia di dalam dunia ini bukan tanpa alasan, melainkan Tuhan memiliki alasan utama yaitu memberitakan firman-Nya kepada semua manusia (Mat. 28:18-20). Melalui perintah tersebut, Tuhan ingin agar setiap orang percaya dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan. Namun, apabila kita kembali merenungkan kehidupan kita sebagai orang percaya, adakah kita sudah melakukan hal tersebut?

.

.

Terlalu banyak orang Kristen yang kurang memahami arti dari perintah agung itu, sehingga tak jarang hal ini membawa sebuah perdebatan di anatara orang Kristen sendiri. Mengapa? Menurut beberapa penelitian yang saya lakukan secara langsung di tempat pelayanan saya – Sumba Timur – terlalu banyak orang Kristen yang menganggap bahwa sesungguhnya perintah agung itu hanyalah diperuntukkan bagi ‘hamba-hamba Tuhan ataupun penginjil’. Tetapi, ada juga yang beranggapan bahwa perintah agung itu harus dilakukan oleh setiap orang Kristen, apapun profesi mereka. Inilah yang menjadi alasan bagi beberapa orang Kristen untuk berpusat pada pertumbuhan iman pribadi.

.

.

Menurut KBBI, alasan merupakan suatu pemikiran yang membenarkan gerakan dan data menuju sebuah kesimpulan. Alasan banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Akan tetapi, hal terpenting bagi orang percaya adalah tentang bagaimana kita dapat menyikap alasan dan mempergunakannya sebagai sebuah hal yang positif. Terutama dalam menyampaikan perintah agung. Jika meliat kembali di dalam latar belakang sejarah dalam Matius 28 itu, kita bisa melihat bahwasanya pada saat Tuhan Yesus memberikan perintah agung itu, terdapat begitu banyak orang dengan berbagai profesi juga. Sehingga, melalui hal ini saja, kita dapat menyimpulkan bahwa perintah agung tidak terbatas pada profesi tertentu, tetapi perintah agung adalah tugas semua orang Kristen yang percaya.

.

.

Lalu, bagaimana cara kita untuk dapat membagikan perintah agung tersebut? Dibutuhkan sebuah keTAATan dalam Tuhan Yesus. Taat berarti ‘Tidak Ada Alasan Titik’, hal ini membuktikan kepada kita secara bersama bahwa Taat bukan saja tunduk, melainka lebih daripada itu, kita tidak memiliki alasan apapun untuk menolak tugas utama orang percaya. Kita dapat melihat contoh dari teladan yang utama, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Dimana Ia telah turun sebagai Manusia, bahkan mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, inilah ketaatan yang menggambarkan kepada kita bahwa tidak ada alasan titik untuk menggenapi rancangan Allah dalam kehidupan kita. Karena, sebanyak apapun alasan yang kita buat dan berikan, rencana Allah akan selalu digenapi. Tidak ada alasan titik juga berart :

.

.

  1. Perendahan Diri
    Seperti perendahan diri yang Tuhan Yesus lakukan kepada Bapa, demikian juga kita sebagai orang percaya, seharusnya dapat melakukan hal itu. Perendahan diri kita menggambarkan tentang penyerahan total untuk seluruh aspek kehidupan kita kepada Tuhan. Dengan perendahan diri secara total, maka kita akan mampu melakukan rencana Tuhan dalam kehidupan kita tanpa perlu memberikan alasan apapun. Karena alasan utama dan satu-satunya dari kehidupan kita ialah memuliakan Tuhan.

    .

    .

  2. Ke’Mati’an terhadap kedagingan
    Mati dalam hal ini bukanlah berarti kita harus mati secara fisik dan dengan disengaja, tetapi lebih kepada ‘mematikan’ kedagingan serta hawa nafsu kita sebagai manusia. Karena, salah satu penghalang terbesar manusia untuk dapat melakukan rencana Tuhan ialah kedagingan kita yang lebih memilih kepada zona aman – takut mengalami perselisihan, perpecahan, dan atau dianggap sebagai penghujat. Sesungguhnya hal itu hanyalah sebuah ‘alasan’ untuk kita tidak melakukan perintah agung tersebut. Toleransi beragama, inilah yang menjadi alasan utama bagi orang Kristen pada umumnya. Sebab itu, ketika kita ‘mematikan’ kedagingan kita, maka kita akan mampu mengerti bahwa perintah agung adalah merupakan hal terpenting dan alasan kita hidup.

    .

    .

Oleh sebab itu, marila mulai saat ini kita bersama-sama membangun pribadi kita untuk mampu mematikan kedagingan kita, sehingga kita mampu merendahkan diri secara total di dalam rencana Tuhan. Karena pemberitaan firman Tuhan bukanlah suatu pilihan, melainkan keharusan. Tidak ada alasan untuk tidak memberitakan firman. Tuhan Yesuss menyertai.

.

.

 

Obedience to God is not about the choice, but it’s about the chance. –

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Categories
Uncategorized

Mengakhiri dengan sempurna

 

”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”

.

.

2 Timotius 4:7

.

.

Setiap manusia punya cerita yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Kita dapat belajar dari tiga tokoh Alkitab bagaimana mereka membangun hubungan dengan Tuhan.

.

.

Pertama, Bileam yang adalah seorang selalu meminta petunjuk dari Tuhan dalam menjalani hidupnya. Dia mengawali hubungannya dengan dengan Tuhan sangat baik karena selalu mengikuti Firman Tuhan (Bilangan 22:8-11), bahkan Bileam mampu melewati godaan dari raja Balak yang akan memberikan hadiah kepadanya. Tetapi pada akhirnya ketaatan Bileam tidak bertahan lama, dia memberi tahu raja Balak bagaimana cara menghancurkan orang Israel. Dari cerita Bileam ini kita dapat belajar bahwa ada orang yang mengawali hubungannya bersama Tuhan dengan baik, bahkan bisa dibilang sangat baik, tetapi tidak bertahan lama. Dan pada akhirnya justru hidupnya jauh dari firman Tuhan.

.

.

Kedua, Markus yang juga disebut Yohanes. Dia adalah anak Maria yang rumahnya selalu digunakan menjadi rumah doa. Markus membangun hubungan bersama Tuhan dengan baik, ini tidak terlepas karena rumahnya selalu menjadi rumah doa (pentingnya rumah kita digunakan untuk beribadah) dan  bahkan Markus ikut terjun dalam pelayanan penginjilan bersama Paulus dan barnabas (Kisah Para Rasul 12:25). Tetapi dalam perjalanan pelayanannya, Markus pun meninggalkan pelayanannya dan memilih kembali ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 13:13) bahkan dampak dari perginya Markus meninggalkan pelayanannya, hingga membuat Paulus dan Barnabas berselisih. Tetapi pada akhirnya, Markus tetap melayani Tuhan meskipun tidak bersama Paulus. Dari Markus kita belajar, mungkin kita mengawali hubungan kita bersama Tuhan itu baik, tetapi aka nada banyak tantangan dan godaan yang akan membuat kita meninggalkan pelayanan itu, tetapi Markus membuktikan bahwa meskipun pernah lari dari pelayanan, dia tetap kembali melayani Tuhan dan bahkan memberikan banyak dampak dalam pelayanan. Dan pada akhirnya, Paulus yang menolaknya untuk ikut kembali bersama-sama mereka dalam pelayanan penginjilan mengatakan bahwa pelayanan Markus penting baginya (2 Timotius 4:11).

.

.

ketiga, kita belajar dari Paulus. Kita pasti sudah mengerti perjalanan hidup Saulus sebelum berganti nama Paulus. Dia yang adalah seorang terpelajar, terpandang dan terkenal dengan ketegasannya. Seorang yang sangat patuh terhadap hukum Yahudi dan bahkan tidak segan-segan menghukum orang yang menentang hukum Yahudi. Stefanus adalah seorang martir pertama yang mati demi mempertahankan imannya juga salah satunya karena keputusan Saulus. Saulus sangat menentang orang-orang yang mengikuti Kristus, tetapi pada akhirnya Tuhan memulikan hati Saulus dan memakai dia menjadi luar biasa dalam pelayanan. Dan Saulus yang kita kenal sekarang sebagai Paulus telah banyak Tuhan pakai untuk membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan.  Paulus mengawali hubungannya bersama Tuhan Yesus dengan buruk, menjadi penganiaya pengikut Tuhan Yesus, bahkan tidak segan-segan untuk memberikan hukuman mati, tetapi sekarang menjadi pemberita Injil yang hebat. Hingga diakhir hidupnya Paulus mampu berkata bahwa dia telah mengakhiri semuanya dengan sempurna,  telah mencapai garis akhir dengan tetap menjaga iman kepada Tuhan Yesus (2 Timotius 4:7). Dari Paulus kita belajar bahwa tidak semua orang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa berawal dari orang baik, ada orang yang mengawali hubunganya bersama Tuhan mungkin dengan buruk, tetapi mau dibentuk dan diproses hingga akhirnya mengakhiri semuanya dengan luar biasa seperti Paulus.

.

.

Pertanyaannya bagi kita, dimanakah posisi kehidupan kita jika kita belajar dari tiga tokoh diatas? Kehidupan kita masih panjang, jangan sampai kita kalah akan godaan yang ada seperti Bileam, atau jika kita sekarang merasa gagal dan ingin mundur dala pelayanan, ingat lah Markus, meskipun pernah meninggalkan pelayanan, tetapi kembali lagi dan melayani kembail hingga menjadi dampak yang luar biasa bagi banyak orang, atau jika kita merasa bukan orang baik dan bukan orang yang pantas untuk melayani Tuhan, ingatlah bahwa seorang penganiaya pernah Tuhan pakai untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa. Kita pun bisa demikian asalahkan kita mau dibentuk dan terus belajar menjadi lebih baik. Tuhan Yesus memberkati.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email