Kategori
Uncategorized

SEMAKIN DIBANTING SEMAKIN MELENTING

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : KISAH PARA RASUL 5:41-42

.

.

. . . . Sebuah bola bekel jika dibanting maka akan memantul kembali bahkan lebih tinggi dibandingkan dari tinggi posisi yang semula, Rasul-rasul yang ada pada saat itu juga demikian. Ketika kita baca dalam Kitab Kisah Para Rasul ini maka kita menemukan banyak kisah-kisah yang menyakitkan yang dialami oleh Para Rasul dan Jemaat Tuhan karena iman kepercayaan mereka. Mereka seringkali dibanting  oleh politik-politik yang ada pada saat itu, dibanting oleh tekanan orang-orang disekeliling yang tidak bersahabat, mereka dibenci bahkan banyak yang dianiaya maupun dibunuh.

.

.

. . . . Tetapi mekipun banyak tantangan yang Rasul-rasul hadapi diibaratkan dengan bola bekel yang semakin dibanting semakin melenting tinggi dalam iman percaya mereka kepada Tuhan Yesus Kristus.

.

.

. . . . Ada 3 hal yang dapat kita pelajari dari jemaat-jemaat Tuhan dan Rasul-rasul pada saat itu:

  1. . . Semakin dibanting semakin melenting dalam memberitakan Injil (Ayt.41)
    .
    . .Ketika para rasul memberitakan Injil mereka dicari bahka dipenjara oleh orang-orang yang tidak senang dengan pengajaran mereka, namun dalam bacaan kita pada saat ini menuliskan bahwa Rasul-rasul tetapi bersukacita dalam penderitaan oleh karena nama Kristus.
    .
    .
  2. . .Semakin dibanting semakin melenting untuk menjadi saksi (Ayt.42)
    .
    . .Penderitaan yang dialami oleh para rasul tidak menjadi  penghalang bagi mereka untuk menceritakan kuasa Kristus dalam hidup mereka, bahkan Penderitaan penghinaan yang mereka alami menguatkan mereka dalam menjadi saksi Kristus. Pengalaman hidup yang sangat berharga yang dapat diceritakan kepada orang lain bagaimana hidup berjalam bersama dengan Kristus.
    .
    .
  3. . .Semakin dibanting semakin melenting dalam membangun hubungan dengan Tuhan (Ayt.42)
    .
    . .Sebagai orang percaya kita harus selalu membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, rasul-rasul dan Jemaat pada saat itu pastinya sangan menjaga hubungannya dengan Tuhan sehingga mereka mampu bertahan dalam keadaan yang tidak mudah sekalipun. mereka bertahan dalam hinaan, mereka mampu menjadi saksi dan semangat memberitakan Injil hal itu tidak lepas dari hubungan yang erat dengan Tuhan.
    .
    .

. . . . Tantangan, masalah  atau persoalan yang kita temui tiap hari, hendaknya menjadikan kita seperti bola yang semakin di banting semakin melenting dalam iman percaya kepada Tuhan dan menjadi saksi-saksi Kristus dalam tuntunan Roh Kudus. Demikian kebenaran Firman Tuhan yang menjadi renungan kita pada saat ini, Tuhan Yesus memberkati.  Amin

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Pemberian Yang Benar

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 2:11

.

.

Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu Bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.”

.

.

.

.

. . . . Bulan desember adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Kristiani, karna dibulan desember ini umat Kristiani akan merayakan kelahiran Sang Mesias.

.

.

. . . . Berbicara tentang natal erat kaitannya dengan perayaan, dekorasi, pesta, tukar kado dan segala sesuatu yang berkaitan dengan bersukacita. Kita selalu berusaha memberikan yang terbaik versi kita sebagai hadiah yang terbaik di momen natal, dan itu bagus, karena semuanya materi dan meiliki nilai/harga. Tapi bagaimana dengan Tuhan, apakah pemberian kita juga hanya bersifat materi? Sesuatu yang memiliki nilai jual?

.

.

. . . . Dalam Matius 2:1-12 menceritakan tentang bagaimana orang Majus datang melihat kelahiran Sang Mesias. Orang Majus adalah orang-orang yang terpelajar dan ahli astronomi, mereka mempelajari tanda lewat bintang dan mencari tahu kebenaranya dengan datang dan bertanya kepada orang Yahudi. Tujuan orang Majus datang adalah melihat Sang Mesias untuk memberikan persembahan mereka kepada Sang Mesias. Persembahan yang mereka berikan adalah emas, kemenyan dan mur.

.

.

. . . . Sering kali, fokus kita hanya kepada emas, kemenyan dan mur iru saja, sesuatu yang bersifat materi dan bernilai. Karna memang ketiga persembahan diatas memang memiliki nilai jual yang tinggi. Tapi ada satu persembahan yang sering dari orang Majus yang sering terlewatkan oleh kita, dan ini adalah persembahan pertama mereka Ketika mereka melihat bayi Sang Mesias, yaitu sujud menyembah Dia. Artinya, pemberian terbaik itu tidak hanya bersifat materi dan berharga. Orang Majus memberikan pelajaran kepada kita bahwa Ketika kita datang kepada Tuhan, maka hal utama yang perlu kita lakukan adalah datang sujud menyembah Dia, kemudian barulah persembahan yang bersifat materi. Kenapa demikian?

.

.

  1. . . Sujud menyembah bukti penyerahan diri.
    .
    . .
    Penyerahan diri kepada Tuhan adalah hal utama yang harus kita lakukan, bahkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menegaskan bahwa itu harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan yang berkenan (Roma 12:2).
    .
    .
  2. . .Sujud menyembah bukti kita manusia biasa
    .
    . .Orang Majus termasuk kaum orang-orang yang memiliki Pendidikan yang baik pada zamannya, kaum orang-orang terpelajar dan pintar. Tetapi Ketika mereka berhadapan dengan Sang Mesias, mereka tunduk dan sujud karna semuanya itu tidak ada apa-apanya dihadapan Sang Mesias.
    .
    .
  3. . .Sujud menyembah bukti kita mengenal Tuhan
    .
    . .Ilmu dan kepintaran harusnya membuat kita semakin mengenal siapa Tuhan, bukan malah sebaliknya. Hal inilah yang diperlihatkan oleh orang Majus yang datang ke Betlehem. Hal pertama yang mereka lakukan menunjukan bahwa mereka mengenal Tuhan. Karna yang layak mendapatkan sujud dan sembah kita adalah Dia yang menciptakan kita.
    .
    .

. . . . Dari ketiga poin diatas kita melihat pemberian terbaik kepada Tuhan haruslah memberikan sembah sujud kita terlebih dahulu, itu penting karna itu membuktikan kualitas iman kita kepada-Nya. Tidak salah memberikan materi dan barang berharga, tapi ingatlah esensi dasar pemberian kepada Tuhan adalah sembah sujud kita kepada-Nya.

.

.

. . . . Di momen Natal ini, mari datang kepada Tuhan dengan sembah sujud kita kepadanya Bersama keluarga kita, teman kita, bahkan pacar kita. Sujud sembah Bersama mereka tidak akan di batasi oleh pandemi.

.

.

. . . . Dalam Natal tahun ini, Tuhan Selalu menyertai kita semua, dan diberikan damai sejahtera.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

L.O.V.E (Loyalty, Obedience, Value, Encouragement)

Ditulis Oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : Mazmur 16:11

.

.

. . . .Sesungguhnya jalan kehidupan setiap orang berbeda-beda, karena setiap orang memiliki tujuan hidupnya masing-masing”. Kalimat seperti ini sering sekali dibicarakan dalam berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, hingga dewasa dan lansia. Mengapa? Karena memang pada dasarnya setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan keistimewaan masing-masing. Setiap manusia berusaha menciptakan tujuan hidupnya masing-masing, mereka mencoba menata alur kehidupannya sesuai dengan keinginan dan harapan mereka. Namun, sadarkah kita bahwa terkadang jalan kehidupan kita justru semakin menjauh dari apa yang kita citakan dan harapkan? Dengan begitu, maka kita akan mengalami sebuah depresi bahkan  kekecewaan yang akhirnya akan berujung pada kepahitan/akar pahit dan trauma.

.

.

. Dalam renungan hari ini, kita diajak kembali melihat proses kehidupan dari salah satu tokoh Akitab, yang bahkan dikenal dalam kalangan orang percaya sebagai “sahabat Allah”, ya dialah Daud atau raja Daud. Proses kehidupan Daud adalah proses yang tidak mudah, hal ini dikarenakan ia harus mengalami naik-turun jalan kehidupan. Namun demikian, Daud senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap proses kehidupannya. Ia bahkan menulis Mazmur sebagai puji-pujiannya kepada Tuhan, salah satunya ialah Mazmur 16:11, dimana Daud menggambarkan tentang kebahagiaan serta tujuan hidup yang sesungguhnya bagi orang percaya. Daud menggambarkan bagaimana Tuhan menunjukkan jalan kehidupan kepadanya, sehingga Daud senantiasa menyadari penyertaan Tuhan dan sukacita yang Tuhan maksud dan berikan dalam kehidupannya. Demikian juga dengan orang percaya saat ini. Dalam kehidupan kita mungkin merasakan putus asa, kekecewaan, serta trauma terhadap setiap proses kehidupan yang kita jalani, karena tidak sesuai dengan harapan kita. Akan tetapi, jika kita mengandalkan Tuhan sepenuhnya, serta melakukan hal-hal berikut, maka kita akan melihat bagaimana karya Tuhan yang sungguh ajaib dalam hidup kita.

.

.

  1. . . Loyalty (Loyalitas)
    .
    . .“Loyalitas adalah perasaan kuat untuk menunjukkan kesetiaan”, dari kata-kata tersebut kita dapat belajar bagaimana loyalitas hidup kita berkaitan erat dengan kesetiaan kita. Tuhan telah menunjukkan kesetiaan-Nya melalui pengorbanan di kayu salib, sehingga kita tidak lagi terikat oleh setiap dosa-dosa kita. Oleh sebab itu, jika kita menyadari betapa berharganya kita di mata Tuhan serta menghargai setiap pengorbanan yang telah Tuhan lakukan bagi kita, maka kita pasti menunjukkan kesetian kita kepada-Nya. Amsal 17:17, menyatakan bagaimana loyalitas dan kesetiaan seorang sahabat kepada sahabatnya, demikian juga kita yang adalah sahabat Allah, sama seperti Daud yang menunjukkan loyalitas hidupnya demikian juga kita, setiap orang percaya.
    .
    .
  2. . .Obedience (Ketaatan)
    .
    . .“Ketaatan kepada Allah akan membawa berkat bagi kita dan orang lain”, seringkali banyak orang berpikir bahwa berkat yang dimaksud ialah berkat kekayaan, kesuksesan, kehebatan, dan lain sebagainya. Namun, jika kita melihat tentang apa yang dimaknai dengan ‘berkat’ di dalam firman Tuhan, maka kita akan menemukan bahwa sejatinya berkat yang dimaksudkan adalah sesuatu hal yang tidak pernah kita bayangkan, salah satunya ialah damai sejahtera dan sukacita. Dalam Yohanes 14:27, kita melihat bagaimana Tuhan Yesus meninggalkan damai sejahtera bagi kita semua, hal ini berarti kemanapun kita pergi dan apapun yang kita lakukan, maka hidup kita akan membawa damai itu bagi orang lain. Kita (orang percaya) akan senantiasa merasakan kedamaian yang sejati dan sukacita, tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi dalam hidup ini, karena kita tahu Allah beserta kita.
    .
    .
  3. . .Value (Nilai)
    .
    . .Nilai kehidupan seseorang terletak pada kualitas hidupnya serta teladan yang telah diberikan bagi orang lain. 1 Timotius 4:2 menyatakan bagaimana rasul Paulus mengingatkan kepada Timotius saat itu untuk menjadi teladan dalam perkataan, sikap hidup, maupun pikiran. Demikian halnya dengan kita setiap orang percaya, jangan sampai kehidupan kita justru membawa dan menjerumuskan orang lain kepada ketidakbenaran itu. Oleh sebab itu, kualitas hidup kita dapat dilihat jika kita senantiasa membangun hubungan pribadi kita dengan Tuhan, dengan begitu Tuhan Yesus akan senantiasa menuntun jalan kehidupan kita.
    .
    .
  4. . .Encouragement (Dorongan)
    .
    . .Pada umumnya manusia merasakan sebuah dorongan kuat dalam dirinya jika hal tersebut adalah hal yang diinginkannya atau yang berkaitan dengan dirinya. Berbeda dengan orang percaya, kita akan senantiasa merasakan dorongan kuat dalam diri kita untuk terus mengabarkan kabar baik tentang keselamatan yang dari Allah kepada setiap orang yang belum percaya. Karena itu, kehidupan kita adalah kehidupan yang saling membangun dan saling menasehati (1 Tes.5:11).
    .
    .

. Melalui 4 poin diatas, kita dapat melihat bagaimana Allah menunjukkan jalan kehidupan yang sudah direncanakan sejak semula. Dalam hadirat Tuhan, kita juga senantiasa merasakan apa itu sukacita berlimpah yaitu sukacita yang sesungguhnya dan tidak dibatasi oleh keadaan dan situasi apapun. Kita dapat terus mengucap syukur karena kita tahu bahwa rencana Allah adalah rencana yang terbaik dan tidak pernah mengecewakan kita. Oleh sebab itu, marilah kita mulai saat ini belajar bersama untuk terus hidup mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah, seperti Daud yang senantiasa menyadari bahwa Tuhan memiliki hal yang istimewa baginya. Tuhan Yesus Menyertai.

.

.

Notes :

“It doesn’t matter what live has bring for us, remember that God’s plan is bigger than everything.”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

PERSIAPKANLAH JALAN UNTUK TUHAN

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 3 : 2-3

.

.

.

.

. . . . Ada peribahasa kuna di Timur Tengah yang menyatakan bahwa, “ada tiga hal yang menyusahkan orang, yaitu penyakit, puasa, dan perjalanan”. Perjalanan menjadi salah satu hal yang menyusahkan orang karena pada zaman itu, jalanan yang ada di sana sangatlah buruk. Apa yang disebut dengan jalan tidak lebih dari hanya jalur-jalur alamiah di padang gersang. Tetapi di Yerusalem, raja Salomo melapisi semua jalan yang menuju ke Yerusalem, dengan batu-batu keras berwarna hitam.

.

.

. . . . Dalam konteks jalan yang sangat buruk tersebut nabi Yesaya menyerukan agar meluruskan jalan bagi Yahweh dan penulis Injil Matius menerapkannya pada penyambutan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Kata “persiapkanlah jalan” dimana jalan yang dimaksud adalah jalan raya yang akan dilalui oleh sang Raja. Di zaman itu, jika seorang pejabat diketahui akan datang, maka segala upaya dikerahkan untuk membuat jalan semulus mungkin karena orang penting harus bisa menempuh perjalanan dengan mudah dan cepat.

.

.

. . . . Demikianlah ketika Kristus datang. Dia adalah Tuhan dan Raja. Yesus adalah pribadi yang lebih penting dari sekedar penting. Sehingga jika raja atau pejabat harus disambut dengan jalan yang mulus, bagaimana dengan cara kita menyambut kedatangan Kristus? Jalan yang harus diluruskan itu tentu saja tidak diartikan secara hurufiah melainkan secara rohani bahwa kita harus mempersiapkan hati kita yang sudah diluruskan dan dimuluskan.

.

.

. . . . Yohanes Pembaptis, sebagai pribadi yang mempersiapkan jalan itu menyerukan agar kita bertobat. Pertobatan adalah cara kita meluruskan jalan itu. Apakah pertobatan itu? Di dalam tulisan Yunani secara umum, bertobat berarti mengubah pikiran seseorang (Roma 12:2). Pikiran mempengaruhi tindakan. Pertobatan berarti tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah di generasikan (lahir baru) untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak yang baru.

.

.

. . . . Pertobatan merupakan karya Allah (Kis. 11:18). Tetapi disisi lain kita diperintahkan untuk bertobat dan kembali pada Allah (Yes. 55:7; Yeh. 33:11; Mat. 4:17, dsb). Hal ini disebut dengan paradoks (dua hal yang kelihatannya bertentangan tetapi dua-duanya benar). Menurut Anthony Hoekema, pertobatan terdiri dari 3 aspek yang bersifat satu kesatuan tetapi dapat dibedakan yaitu:

.

  1. . . Suatu aspek intelektual yaitu pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah.
    .
    . . Kita harus menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa tetapi Allah kita yang agung dan kudus mau mengampuni kita.
    .
    .

  2. . . Suatu aspek emosional yaitu perasaan dukacita yang mendalam di dalam hati atas dosa itu sendiri bukan sekedar dukacita karena takut akibat dari dosa.
    .
    . . Kita bukan takut apa akibat dari mencuri tetapi kita takut melakukan pencurian itu. Kita bukan takut apa akibat membunuh tetapi kita takut melakukan dosa pembunuhan. Karena ketika kita mengasihi Allah, kita seharusnya takut untuk menyakiti Allah kita.
    .
    .

  3. . . Suatu aspek volisional yaitu perubahan dalam tujuan dan motivasi kita. Itu sebabnya Yesus berkata bahwa jika kita mengasihi keluarga kita ataupun hal yang lain melebihi Tuhan, kita tidak layak bagi Tuhan (Mat. 10:37-39). Dalam aspek ini juga ada penyangkalan diri dan memikul salib.
    .
    . . Seringkali kita datang pada Tuhan karena janji berkat-Nya. Kita dimotivasi dengan janji bahwa doa kita pasti dikabulkan semua oleh Tuhan. Tentu kita menyukai berkat Tuhan. Tentu kita menyukai kalau doa kita dikabulkan. Tetapi apa sebenarnya yang menjadi motivasi kita untuk datang pada Tuhan? Tetapi yang utama adalah Tuhan itu sendiri. Karena itu perintah yang pertama adalah kita harus mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita (Mat. 22:37). Jika kita adalah pria yang kaya. Kita tidak menyukai wanita yang mau menikah dengan kita karena kita kaya. Kita lebih menginginkan yang tulus. Dan kita pasti juga akan memberikan yang terbaik buat orang yang kita cintai dan mencintai kita dengan tulus bahkan tanpa diminta. Karena itu dalam pertobatan, lihatlah motivasi kita! Apakah kita benar-benar menjadikan Tuhan nomor satu di hidup kita? Dengan janji berkat Tuhan, kita justru menjadi orang yang tidak menyangkal diri dan tidak mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Kita menjadikan Tuhan hanya sebagai sarana untuk kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
    .
    .

. . . . Pertobatan juga merupakan suatu tindakan berkelanjutan seumur hidup. Sebelumnya kita harus bisa membedakan pertobatan awal dan pertobatan berkelanjutan. Pertobatan awal terjadi saat regenerasi (lahir baru). Pertobatan kita sekarang adalah pertobatan yang berkelanjutan. Dalam Roma 12:2 kata “Berubahlah” berbentuk present imperatif Tense. Present dalam bahasa Yunani lebih mengarah kepada Present Continuous dalam bahasa Inggris sehingga Present Imperatif berarti suatu perintah untuk berubah yang dilakukan sekarang dan seterusnya (berkelanjutan).

.

.

. . . . Yohanes pembaptis memberikan alasan bahwa kita harus bertobat karena kerajaan sorga sudah dekat. Perlu diketahui istilah kerajaan sorga ataupun kerajaan Allah memiliki makna yang sama. Baik Yohanes pembaptis maupun Yesus Kristus memulai pelayanan dengan mengingatkan agar bertobat sebab kerajaan sorga sudah dekat (Mat. 4:17). Saat itu memang sudah dekat tetapi saat ini kita sudah hidup sebagai warga kerajaan Allah.

.

.

. . . . Kerajaan Allah adalah kerajaan yang dipimpin oleh Allah sendiri. Kerajaan Allah yang dibahas di Alkitab pertama-tama bersifat present (Mat. 12:28) dan Future (Mat. 26:29). Artinya bahwa kerajaan Allah sudah ada sejak Yesus dan terus ada dan akan mencapai puncaknya pada kedatangan Kristus yang kedua. Sehingga, kita saat ini telah hidup sebagai warga kerajaan Allah. Itu sebabnya Kristus memerintahkan agar kita mengutamakan kerjaan Allah dan kebenarannya (Mat. 6:33).

.

.

. . . . Karena itu sebagai orang-orang yang sudah menjadi bagian dari kerajaan Allah, maka kita kita harus menunjukkan hidup yang sesuai dengan sifat kerajaan Allah itu sendiri. Kita hidup dalam pertobatan yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan.

.

.

. . . . Kita memang tidak mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang pertama lagi melainkan kedatangan Kristus yang kedua. Tetapi dalam menyambut natal pun, saat ini kita harus tetap memiliki pertobatan itu. Sekaligus kita sedang menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali. Bertobatlah setiap hari yang diwujudkan dengan perbuatan kita! Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MENJAGA KEKUDUSAN

Ditulis Oleh : Sdr. Delis Zai

.

.

Pembacaan Alkitab : 1 Petrus 13-25

.

.

.

“…hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,”  1 Petrus 1:15

.

.

.

.

. . . . Hidup dalam kekudusan dan tidak bercacat sesungguhnya adalah kehendak Tuhan bagi setiap manusia, sebab Tuhan telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kejadian 1:27.  Tuhan adalah kudus, maka Ia pun menghendaki manusia kudus seperti diri-Nya.  “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”  1 Petrus 1:16.  Karena Tuhan adalah kudus maka Ia tidak dapat menyatu dengan ketidakkudusan dan segala bentuk kecemaran.  Dengan kata lain kalau kita tidak hidup dalam kekudusan kita pun tidak dapat menyatu dengan Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan, maka dari itu  “…kejarlah kekudusan,”  Ibrani 12:14.  Apabila kita ingin melihat dan mengalami kehadiran Tuhan syarat mutlaknya hidup dalam kekudusan.

.

.

. . . . Salah satu definisi kata kudus adalah berada dalam kemurnian;  bahasa Ibraninya kadosh, yang berarti naik lebih tinggi.  Artinya Tuhan memanggil orang percaya untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, level hidup yang naik ke arah Kristus, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup dan berpikir sebagaimana Kristus berpikir.  Hidup kudus berarti pula hidup terpisah dari segala bentuk dosa dan mempersembahkan hidup hanya bagi Tuhan, karena tubuh kita adalah bait Tuhan.  “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”  1 Korintus 3:16.  Bait Tuhan merupakan suatu tempat yang kudus di mana hadirat Tuhan akan hadir di dalamnya.  Untuk itulah kita harus memelihara tubuh kita agar selalu bersih dan terbebas dari segala bentuk kenajisan dan kecemaran.  Bagaimana caranya?  Kita harus mau hidup dipimpin oleh Roh Kudus setiap hari.  Dengan pertolongan Roh Kudus saja kita beroleh kekuatan untuk meninggalkan perbuatan daging.

.

.

KESIMPULAN

Kekudusan dan kemurnian hidup tidak akan pernah bisa dicapai jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, tanpa bergantung kepada anugerah dan kekuatan dari Tuhan.  Tanpa Roh Kudus kita tidak akan mampu!

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

PAROUSIA

Ditulis Oleh : Sdr. Adiman Hulu

.

.

Pembacaan Alkitab : 2 Petrus 3:1-16

.

“Yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah” 2 Petrus 2:12.

.

.

.

.

. . . . Kedatangan Kristus kali kedua (parousia), merupakan  pembahasan yang terus dibicarakan dalam lingkungan kekristenanan, terlebih-lebih bagi para teolog-teolog Kristen. Kedatangan Kristus kali kedua merupakan penggenapan janji Allah kepada manusia, sebagaimana tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:10-11, “Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke Sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Sorga.”

.

.

. . . . Apakah manusia (orang percaya) bisa mempercepat hari kedatangan Kristus kali kedua tersebut? (ayat nats). Tidak! Manusia tidak berkuasa atas hari kedatangan Kristus kali kedua, sekalipun orang percaya. Kata “menantikan” dalam bahasa Yunani ialah “prosdokaw” (prosdokao), artinya menunggu dengan penuh pengharapan, sedangkan kata “mempercepat” dalam bahasa Yunani ialah “speudw” (speudo), artinya menginginkan dengan cepat. Jadi, yang dimaksud dengan kata “menantikan” dan “mempercepat” adalah suatu sifat orang-orang percaya, yang memiliki harapan agar hari kedatangan Kristus terjadi secepat mungkin. Mereka tidak sabar lagi untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, dimana dalam Kerajaan Sorga tersebut tidak ada lagi kejahatan, melainkan adanya kebenaran, damai sejahtera dan sukacita, (Roma 14:17).

.

.

. . . . Lalu, apakah kita sebagai orang yang sudah percaya diam (pasif) menunggu kedatangan Kristus kali kedua tersebut? Tidak,, sebagai orang percaya ada tiga hal yang harus kita lakukan dalam menanti kedatangan Kristus kali kedua, yaitu:

.

.

  • . . . . Berpegang Teguh Pada Kebenaran (Ayat 3-7)

. . . . Tidak bisa dipungkiri, bahwa saat ini orang percaya juga diperhadapkan dengan orang-orang yang membawa ajaran sesat. Untuk itu, perlu sekali orang percaya harus berpegang teguh pada kebenaran, yaitu Firman Allah (Alkitab). Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan selalu berdoa, membaca dan merenungkan Alkitab, beribadah kepada Tuhan, melayani dan mengajarkan kebenaran tersebut kepada orang lain (bersaksi).

.

.

  • . . . .Jangan Samakan Diri Saudara Dengan Tuhan (Ayat 8-13)

. . . . Seringkali manusia merasa hebat dari Tuhan. Ini sebuah tindakan yang salah. Perlu kita ketahui bahwa Manusia adalah ciptaan, terbatas dan berdosa, sedangkan Tuhan adalah Pencipta, tidak terbatas dan suci. Jadilah orang yang selalu rendah hati dan yang mengandalkan Tuhan, sebab tanpa Tuhan manusia tidak bisa berbuat apa-apa.

.

.

  • . . . .Menjaga Kekudusan Hidup (Ayat 14-16)

. . . . Menjaga kekudusan hidup (tidak melakukan dosa) merupakan sesuatu hal yang sulit dalam kehidupan kita (hidup menurut kedagingan). Tetapi, tidak sulit jikalau kita memberi diri kita di tuntun oleh Roh Kudus setiap hari, sebab Roh Kuduslah yang senantiasa membantu dan menolong kita (hidup menurut Roh).

.

.

“TUHAN TIDAK LALAI MENEPATI JANJI-NYA, SEKALIPUN ADA ORANG YANG MENGANGGAPNYA SEBAGAI KELALAIAN, TETAPI IA SABAR TERHADAP KAMU, KARENA IA MENGHENDAKI SUPAYA JANGAN ADA YANG BINASA, MELAINKAN SUPAYA SEMUA ORANG BERBALIK DAN BERTOBAT” 2 PETRUS 3:9

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MEMELIHARA HUBUNGAN YANG HARMONIS DENGAN TUHAN

Ditulis Oleh : Sdri. Lesnia Lombu

.

.

Pembacaan Alkitab : Ibrani 10:19-25

.

.

.

.

. . . . Sebagai orang percaya kita harus memelihara hubungan yang harmonis dengan Tuhan, karena ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan hubungan manusia dan Tuhan tidak harmonis lagi.

.

.

  1. . . Apa faktor yang dapat menghancurkan keharmonisan antara orang percaya dengan Tuhan ?
    .
    .

    Faktor Eksternal
    .
    a. Kesibukan,
    . . faktor ini menjadi pemicu banyak orang bahkan tidak tertutup kemungkinan terdapat dikalangan orang-orang percaya tidak lagi memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Bahkan karena kesibukan ada banyak anak-anak Tuhan tidak lagi memiliki waktu untuk beribadah. Ini menjadi satu peringatan untuk kita sebagi orang-orang percaya, jangan sampai kita dikendalikan oleh keadaan, diatur oleh waktu dan di taklukan oleh kesibukan, namun kita harus menjadi orang yang dapat menaklukan dan mengatur waktu dengan baik.
    .
    b. Kesuksesan,
    . . faktor ini juga banyak menghancurkan keharmonisan hubungan dengan Tuhan. Pada waktu masa sulit, saat memiliki banyak kekurangan, ketidak mampuan, kondisi memprihatinkan saat itu hubungan dengan Tuhan sangat baik bahkan selalu memiliki waktu untuk tuhan, namun setelah sukses tidak lagi memiliki hati untuk memuji Tuhan, bahkan tidak lagi memiliki waktu untuk bersyukur kepada Tuhan.
    .
    .

    Faktor Internal
    .
    a. Kekecewaan,
    . . banyak orang yang menjauh dari Tuhann karena merasa kecewa dengan kenyataan hidup yang terjadi. Faktor kekecewaan sangat mempengaruhi hubungan dengan Tuhan, faktor ini dapat membuat orang putus asa. Contohnya, ketika seseorang mendoakan sesuatu namun tidak diterimanya dengan waktu yang diharapkannya makan hal tersebut dapat menimbulkan kekecewaan.  Ketika mengalami banyak tantangan dan pencobaan hidup yang tidak kunjung  berhenti dapat juga menimbulkan kekecewaan terhadap Tuhan.
    .
    b. kekuatiran,
    . . setiap manusia pasti memiliki rasa kekuatiran dalam hidupnya. namun ternyata kekuatiran juga menjadi salah satu faktor yang dapat merusak keharmonisan hubungan dengan Tuhan. Kekuatiran yang berujung pada keragu-raguan atas kuasa dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan manusia.
    .
    .
  2. . . Bagaimana memelihara hubungan yang harmonis dengan Tuhan ?
    .
    . . Harus memiliki motivasi yang benar menjadi dalam mengikut Tuhan
    Sebagai seorang Kristen, kita harus memiliki motivasi yang benar untuk mengikut Kristus. Dengan motivasi yang benar orang percaya dapat memelihara hubungan dengan Tuhan. Dalam Firman Tuhan yang menjadi renungan kita pada saat ini mengajarkan kita supada selalu bertekun, namun ketika kita tidak memiliki motivasi yang benar ketekunan itu tidak akan mampu untuk kita lakukan dalam kehidupan sebagai seorang pengikut Kristus. Kita mengikut Kristus bukan supaya kita mendapatkan keselamatan, berkat yang melimpah, atau supaya kita menerima pengampunan, karena sebagai orang percaya kita telah diselamatkan, telah diberkati, bakan telah menerima pengampunan. Lalu mengapa kita harus memelihara keharmonisan tersebut jawabannya adalah karena kita adalah milik Kristus, dan kristus adalah milik kita sebagai orang percaya yang sudah seharusnya memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan.
    .
    . . Tunduk dalam pimpinan Roh Kudus
    .
    . . Sebagai manusia biasa, orang percaya memiliki banyak keterbatasan, karena itu sebagai orang percaya kita harus tunduk dalam pimpinan Roh Kudus. Dalam menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan kita juga sangat membutuhkan pimpinan Roh Kudus. Ketika kita hidup dalam pimpinan Roh Kudus maka yang kita lakukan adalah keinginan Roh dan bukan lagi keinginan daging kita sebagai manusia. Seperti yang Rasul Paulus tuliskan dalam Galatia 5:25 “Jika kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”
    .
    . . Selalu melakukan kehendak Tuhan
    .
    . . Dalam Renungan Firman Tuhan ini mengajak kita sebagai orang percaya untuk selalu melakukan kehendak Tuhan. Dalam konteks pembacaan ini adalah ajakan untuk bertekun beribadah kepada Tuhan. ketika kita tekun melakukan kehendek Tuhan pastinya hubungan selalu harmonis dengan Tuhan.
    .
    .

. . . . Demikian kebenaran Firman Tuhan yang menjadi renungan singkat, biarlah Firman Tuhan ini dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita setian hari. Marilah kita menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, dan tidak membiarkan apapun menghancurkan keharmonisan itu. Tuhan Yesus Memberkati, Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Bukti

Ditulis Oleh : Ev. Almerof Pemburu, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Lukas 7:1-10

.

.

.

.

. . . . Iman adalah keyakinan, sesuatu yang tidak memiliki bentuk dan rupa tapi memiliki objek yang nyata. Sehingga iman yang benar itu harus memiliki bukti, dalam wujud tindakan nyata, sesuatu yang dapat dilihat mata. Jika tidak iman kita adalah iman yang mati.

.

.

. . . . Kisah Tuhan Yesus menyembuhkan seorang hamba perwira ini terjadi di Kapernaum di bagian utara Danau Galilea setelah Yesus mengajar di depan orang banyak pada Lukas 6: 20-49. Penulis Injil Lukas menceritakan tentang seorang perwira Romawi yang tidak disebut namanya, namun dengan terperinci Lukas menggambarkan sifat-sifat mulia dari perwira ini. Kisah ini mau mengajarkan kita tentang apa itu iman yang benar seperti yang dimiliki perwira itu kepada Yesus. Perwira ini merupakan satu-satunya laki-laki di dalam Perjanjian Baru yang mendapat pujian dari Yesus, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”.

.

.

. . . . Di dalam perenungan ini kita belajar 3 tahap sederhana untuk memperlihatkan bukti nyata dari iman seorang perwira.

.

  1. . . Rendah hati (ayat 6b)
    .
    . .Orang yang memiliki iman yang benar tidak akan menyombongkan dirinya denga napa yang ada pada dirinya. Justru iman yang benar kepada Yesus Kristus membuat kita sadar bahwa tidak ada yang lebih besar dan berharga dari kasih Tuhan. Hal ini lah yang dilakukan oleh seorang perwira ini, tidak menganggap jabatan dan posisinya sebagai perwira sesuatu yang pantas disombongkan dihapadapan Yesus Kristus. Bahkan perwira ini menyadari bahwa dirinya juga seorang bawahan. 
    .
    . .Perlu adanya kerendahan hati untuk bisa membuktikan bahwa kita tidak akan mampu tanpa pertolongan Tuhan. Bahkan dalam memperlihatkan bukti iman kita pun kita harus memiliki sikap rendah hati.
    .
    .
  2. . .Percaya (ayat 7)
    .
    . .Berbicara tentang iman, berbicara tentang percaya. Tidak bisa kita berkata bahwa kita memiliki iman tapi tidak percaya kepada objek iman itu. Beriman kepada Tuhan Yesus berarti percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Sama seperti yang dilakukan oleh seorang perwira ini. Dia percaya bahwa dengan hanya mengucapkan sepatah kata saja maka hambanya akan sembuh. Ini menunjukan bukti dari kualitas iman seseorang. Tidak banyak orang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan seperti ini.
    .
    .
  3. . .Taat (ayat 10)
    .
    . .Selain dari rendah hati dan percaya, maka hal yang tidak kalah penting yang perlu kita lakukan adalah taat kepada Tuhan. Tentu berbicara tentang taat tidak sebatas ucapan saja, melainkan ada Tindakan nyata dari ketaatan itu sendiri. Dan ketaatan akan timbul Ketika kita memiliki kerendahan hati dan percaya penuh kepada Tuhan Yesus. Tanpa ketaatan kita tidak bisa membuktikan kualitas iman kita.

.

.

. . . . Tiga tahap diatas adalah hal yang dilakukan oleh perwira untuk memperlihatkan bukti dari kualitas iman nya, bagaimana dengan kita? Sudahkan kita membuktikan iman kita kepada Tuhan?

.

.

“Iman yang besar dapat memindahkan gunung, tetapi iman yang benar tetap percaya meski gunungnya tidak pindah”

(Bigman Sirait)
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

Freedom For All Nation

Ditulis oleh : Anathalia Gabrielle Aguininda Koetin

.

.

Pembacaan Alkitab : I Petrus 2:9-10

.

.

.

.

. . . . “…Bahwa sesungguhnya kemerdakaan itu ialah hak segala bangsa…” demikian isi penggalan kalimat dari UUD 1945. Bangsa Indonesia mengumumkan kemerdakaannya pada 17 Agustus 1945, hal ini menggambarkan bahwa bangsa Indonesia tidak lagi berada di bawah pengaruh penjajahan melainkan menjadi suatu negara kesatuan yang utuh. Bangsa Indonesia dapat mengalami kemerdekaan semua merupakan sebuah proses panjang dan penuh perjuangan dari para pahlawan yang mengorbankan dirinya untuk Indonesia merdeka. Bila Indonesia saja bisa merdeka, bagaimana dengan kehidupan orang percaya?

.

.

. . . . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemerdekaan adalah keadaan dimana dapat berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak dijajah, serta kebebasan dan kemenangan. Akan tetapi, kemerdekaan tidak dapat dibatasi hanya pada keadaan fisik seseorang maupun kelompok/bangsa. Kemerdekaan yang paling utama ialah kemerdekaan yang mampu melepasakan seseorang atau bahkan kelompok dari keterikatan akan dosa. Keterikatan/penjajahan dosa dalam kehidupan manusia diawali dari perbuatan manusia itu sendiri (Kej. 3). Sehingga, kehidupan manusia menjadi terhilang dari kemuliaan Allah (Rm. 3:23), yang berujung pada maut/kematian kekal (Rm. 6:23). Semua perjuangan manusia untuk melepaskan diri dari keterikatan/penjajahan dosa tidak membuahkan hasil sedikitpun, inilah yang menjadi titik keputusasaan dalam hidup. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan sebuah pengorbanan yang kekal.

.

.

. . . . Kasih dan keadilan Allah dibuktikan melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib (Yoh.3:16). Pengorbanan inilah yang menjadi titik balik dari penjajahan dosa kepada kemerdekaan yang kekal. Pengorbanan kekal ini juga menjadi jalan satu-satunya untuk mengalami kehidupan kekal bersama dengan Allah. Akan tetapi, pengorbanan ini sesungguhnya bukan hanya terbatas pada satu individu saja, dalam I Petrus 2:9-10 mengingatkan kita bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan Allah sendiri. Oleh sebab itu, kemerdekaan akan kutuk dosa merupakan bagian dari setiap orang yang percaya. Lalu, bagaimana cara kita agar dapat mengerti tentang kemerdekaan itu?

.

.

  1. . . Menjadi bagian dari yang terpilih
    .
    . . Terpilih bukan berarti kita layak karena kehebatan, kekuatan, dan bahkan apa yang telah kita lakukan untuk menerima kemerdekaan itu. Terpilih berarti bahwa Allah telah sejak semula memberikan kesempatan tersebut dan kita meresponinya. Oleh sebab itu, menjadi bagian yang terpilih adalah suatu kebanggan bagi kita – khususnya orang percaya – karena dengan demikian kita menyadari bahwa kita tidak lagi berada dalam kutuk/penjajahan dosa. Kehidupan kita tidak lagi menjadi milik kita sendiri, melainkan menjadi milik Allah sepenuhnya. Respon yang kita berikan menjadi bukti bahwa kita menerima kemerdekaan itu dan menyadari bahwa kehidupan kekal dari Allah adalah satu-satunya harapan kita sebagai orang percaya. Kita dapat berharap dan bergantung sepenuhnya kepada Allah dan rancangan-Nya bagi kehidupan kita.
    .
    .
  2. . . Memanggil keluar orang-orang dalam kegelapan
    .
    . . Sebagai orang percaya yang telah menerima kemerdekaan kekal dari Allah, seharusnya tidak menjadikan kita sebagai individu atau kelompok eksklusif. Akan tetapi, kemerdekaan yang kita terima justru menjadikan kita sebagai individu atau kelompok yang memiliki simpati dan empati yang kuat untuk juga menarik sebanyak mungkin orang untuk dapat menerima kemerdekaan yang sama. Kita yang semula berada dalam kegelapan kini berpindah ke dalam terang, dan sumber Terang itu (Allah) menginginkan agar semua umat manusia juga berada dalam terang yang sama. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya kita harus mulai melangkah untuk menarik sebanyak mungkin orang dalam kegelapan untuk berpindah pada terang Allah.
    .
    .
  3. . . Memiliki hati yang penuh belas kasihan
    .
    . . Belas kasihan adalah suatu perasaan yang lebih kuat dari empati, sehingga memunculkan usaha untuk mengurangi penderitaan orang lain. Belas kasihan dari Allah terbukti dari pengorbanan Anak-Nya yang Tunggal sebagai penebusan dosa manusia, ini berarti bahwa Allah tidak hanya memiliki empati terhadap manusia yang berada dalam penjajahan tetapi justru melakukan sesuatu hal untuk melepaskan penderitaan manusia. Inilah yang Tuhan inginkan bagi setiap orang percaya, yaitu memiliki usaha untuk tidak hanya terlepas dari penderitaan tetapi justru melepaskan yang lain dari penderitaan itu juga.
    .
    .

. . . . Melalui renungan singkat hari ini, kita belajar bagaimana pentingnya kemerdekaan terhadap kehidupan manusia. Kemerdekaan satu-satunya yang Allah berikan adalah kemerdekaan bagi semua orang. Mulailah dari diri sendiri untuk melangkah dan meninggalkan kenyamanan hidup untuk melakukan usaha menarik sebanyak-banyaknya orang dari kegelapan. Tuhan Yesus Menyertai.

.

.

Notes :

”God’s freedom doesn’t mean that we are an exclusive people, but make us to be one. So, keep the spirit of freedom to find and get another nation for God”

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email
Kategori
Uncategorized

MENYAMBUT RAJA

Ditulis Oleh : Pdt. Erik Kristovel, S.Th.

.

.

Pembacaan Alkitab : Matius 2:3-6

.

.

.

.

. . . . Orang Majus datang dari Timur ke Yerusalem untuk menemui seorang Raja yang baru lahir. Secara etika mereka harus menjumpai dahulu raja yang ada di Yerusalem dan sebagai tamu terhormat, mereka diijinkan untuk menemui raja Herodes secara langsung.

.

.

. . . Diceritakan bahwa Herodes terkejut (Seharusnya “terganggu”) karena mendengar seorang raja yang baru lahir lalu bertanya kepada para imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi tentang raja orang Yahudi. Fakta yang mengejutkan adalah para ahli Taurat dan imam kepala mengetahui berdasarkan Mikha 5:1-2 bahwa akan lahir raja mereka yang akan memimpin mereka. Mereka menyadari bahwa itu adalah Mesias yang mereka nantikan. Tetapi sikap mereka yang seharusnya menjadi contoh umat justru pasif. Ada apa dengan mereka? Apa karena mereka takut kepada Herodes?

.

.

. . . Karena itu kita perlu memahami siapa raja Herodes Agung ini. Pertama-tama, raja Herodes Agung ini adalah raja yang mampu mengambil hati orang Yahudi. Raja ini membangun Bait Allah yang megah yang dibangun selama 46 tahun (Yoh. 2:20). Para Imam dan Ahli Taurat tentu saja merasa bangga dan bahagia dengan kehadiran bait Allah yang luar biasa ini. Walaupun bait Allah ini belum selesai dibangun (dibangun 18 tahun sebelum Kristus), tetapi sudah cukup untuk mengambil hati orang Yahudi. Yang kedua, raja Herodes yang terkenal hebat dan jenius ini memiliki sikap kejam. Raja Herodes mudah marah dan curiga. Herodes pernah membunuh isterinya sendiri, ibu mertuanya dan 3 anak laki-lakinya hanya karena curiga kalau mereka ingin merebut takhtanya.

.

.

. . . Mungkin mereka takut karena hal-hal di atas. Mungkin juga para imam kepala dan ahli Taurat terlalu terlena dengan kemewahan di kerajaan? Kita tidak tahu pasti akan hal itu. Yang kita tahu pasti adalah mereka tahu kebenaran tetapi mereka hanya berdiam diri dan tidak menyembut kelahiran raja mereka sendiri yang mereka pikir akan membebaskan mereka dari penjajahan.

.

.

. . . Jadi ada dua sikap yang perlu kita perhatikan dari tokoh-tokoh ini dalam menyambut kelahiran Yesus.

.

1. . . . Raja Herodes yang terganggu dan akhirnya memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah 2 tahun di Betlehem

.

2. . . . Ahli Taurat dan imam kepala yang pasif.

.

.

. . . Bagimana dengan sikap kita menyambut kelahiran raja kita di masa natal ini? Kita tertanggu seperti Herodes? Terganggu karena kita sudah menyusun acara keluarga di masa liburan? Terganggu karena kita punya pekerjaan dan lemburan? terganggu dengan semua acara yang kita sudah susun sejak lama?

.

.

. . . Atau kita seperti imama kepala dan ahli Taurat yang pasif? Pasif dalam masalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Pasif dalam hal-hal rohani. Kita berpikir bahwa yang penting kita ikut natal,  membuat acara yang mewah dalam natal, mendapatkan kado natal, dan mengikuti semua undangan natal. kita tidak secara aktif memberikan hati dan pikiran kita pada Tuhan. Kita lebih memilih hal yang menyukakan hati kita dibandingkan dengan apa yang disukai Tuhan.

.

.

. . . Karena itu, mari kita menyambut Raja kita yang telah lahir sebagai seorang raja Agung yang harus kita hormati. Kita datang dengan penuh kerendahan hati yang menyadari diri kita sebagai hamba. Seperti orang majus yang memberikan yang terbaik untuk Yesus, Kitapun menyambut raja kita dengan pemberian yang terbaik yang bisa kita berikan pada Tuhan yaitu tubuh kita (Roma 12:1). Tubuh yang hidup, kudus, dan yang berkenan pada Allah. Sehingga hal itu akan berdampak pada sukacita natal kita yaitu sukacita karena kelahiran Raja kita. Tuhan memberkati kita. Amin.

Share on whatsapp
WhatsApp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on email
Email